Salah satu spesialisasi dalam dunia kedokteran yang sangat berkaitan dengan teknologi adalah radiologi. Kamu pasti pernah mendengar rontgen, USG, atau X-Ray? Itu semua adalah jenis-jenis pemeriksaan radiologi.

 

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang menggunakan pencitraan untuk menentukan diagnosis penyakit dengan memanfaatkan penyinaran, medan magnet, gelombang suara, atau zat radioaktif. Perkembangan teknologi di bidang radiologi ternyata sudah jauh berkembang. Dulu mungkin Kamu mengenal pemeriksaan radiologi ketika diminta foto paru-paru atau rontgen dada.

 

Setelah difoto, Kamu akan menerima hasilnya berupa foto hitam putih transparan dalam ukuran besar, dan dimasukkan ke amplop. Ada gambar paru di balik tulang rusuk, bukan? Untuk menyimpan file dalam amplop, sedikit merepotkan. Apalagi kalau hilang atau rusak, Kamu harus foto lagi. Kini, dengan teknologi digital, semua data dapat disimpan dalam bentuk file di komputer dan dapat dibaca dokter kapan saja. 

 

Baca juga: Arti 12 Istilah Medis yang Sering Kamu Dengar
 

Wildan Djohani, selau VP Business Development and IT dari grup rumah sakit Ramsay Indonesia, menjelaskan bahwa digitalisasi rumah sakit saat ini menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

 

Apa maksud digitalisasi rumah sakit, secanggih apa serta apa keuntunggannya? Dalam diskusi tentang paparan studi klinis oleh Departemen Radiologi Rumah Sakit Premiere Bintaro, yang diselenggarakan di RS Premiere Bintaro, Kamis (6/9), Wildan memaparkan, inilah beberapa manfaat penggunaan teknologi digital di rumah sakit.

 

1. Menghemat waktu, tempat, dan biaya


Menurut Wildan, banyak sekali kasus hilangnya rekam medik pasien di rumah sakit akibat penyimpanan manual dalam bentuk kertas. “Semakin banyak pasien di rumah sakit, tentu dibutuhkan ruangan penyimpanan file yang semakin besar, dan risiko terselip atau hilang sangat besar. Dengan penyimpanan secara digital termasuk data radiologi, maka penyimpanan lebih mudah dan tidak akan hilang sehingga pasien tidak harus foto ulang yang tentunya paparan radiasi berkali-kali dapat dihindari,” jelasnya.

 

Setelah tersimpan dalam bentuk data digital, dokter dapat langsung membuka di komputer di ruang prakteknya tanpa perlu menunggu petugas mengantarkan. Sebelum era digitalisasi, tambah Wildan, banyak pasien komplain ke dokter di RS Premiere Bintaro karena rekam medis lambat sampai ke meja dokter.

 

Baca juga: Selalu Ditanyai Nama dan Tanggal Lahir di Rumah Sakit? Ini Alasannya!

 

2. Kesalahan obat dan diagnosis dapat dihindari

Tulisan tangan dokter di lembar resep yang seperti cakar ayam, kerap membingungkan pasien bahkan petugas farmasi. Dengan data digital, resep dapat dibaca dengan mudah oleh petugas farmasi sehingga kesalahan diagnosis atau peresepan obat dapat dihindari.

 

Semua data digital tersebut, menurut Erni Rosnawati Rusmana, SST selaku Kepala Departemen Radiologi RS Premiere Bintaro, dapat terlaksana karena penerapan sistem GE Healthcare Centricity Universal Viewer 100 Edition. “Hasil studi independen yang dilakukan oleh Departemen Radiologi menunjukkan, penggunaan sistem baru ini dapat menghemat biaya sebesar 31%, mempersingkat waktu tunggu pasien sebesar 38% dan meningkatkan ketepatan diagnosa pasien sebesar 10%,” jelasnya.



Biaya Radiologi Masuk Paket BPJS

Beberapa fasilitas radiologi terkini yang sudah banyak dimanfaatkan oleh rumah sakit adalah CT Scan, MRI, X-Ray (mammografi, panoramik, BMD), USG dan radiologi intervensional. Ini semua tentu alat yang sangat canggih dan membuat takut pasien akan biaya.

 

Namun menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Dokter Spesialis Radiology Pusat (PDSRI), dr. Vonny N. Tubagus SpRad(K), biaya pemeriksaan radiologi sudah masuk satu paket dalam pelayanan BPJS. Jadi biaya tidak dihitung per tindakan. Misalnya, pasien PBJS yang sakit sakit usus buntu maka seluruh biaya termasuk pemeriksaan USG atau radiologi, sudah masuk satu paket biaya.

 

Baca juga: Hasil Survei BPJS, Peserta Keluhkan Layanan Dokter
 

Vonny menambahkan, tekonolgi di bidang radiologi ini sangat bermanfaat untuk pasien. Meskipun yang menentukan pemeriksaan radiologi adalah dokter, namun pasien tidak perlu khawatir karena alat-alat radiologi terbaru sudah memiliki paparan radiasi lebih minimal.



Bahkan karena keakuratannya, penyakit-penyakit yang dulu sulit didiagnosa, kini dapat terdiagnosa dengan jelas karena teknologi pencitraan. “Misalnya pasien kecelakaan yang masuk UGD, setelah di CT Scan ternyata mengalami pendarahan otak sehingga dapat segera diberikan pertolongan. Dulu, mungkin hal ini tidak dapat segera ditemukan. Diagnosis hanya dilakukan berdasarkan gejala yang dialami pasien,” pungkas Vonny. (AY)