Kamu pasti sering mendengar istilah saraf kejepit. Duuh...membayangkan aja ngilu. Salah satu gejala utama saraf kejepit adalah nyeri, dengan derajat ringan hingga berat. Nyeri yang hebat bisa menyebabkan mobilitas menjadi terbatas. Apa saja pilihan terapi saraf terjepit?

 

Dalam dunia kedokteran, saraf terjepit sebenarnya adalah Hernia nukleus pulposus (HNP), suatu kondisi yang diakibatkan menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.  HNP dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang, tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen lumbal atau pinggang yang sebagian besar pada segmen L4-L5, L5-S1. Saraf terjepit juga bisa terjadi pada ruas leher C5-C6 atau C6-C7. 

 

 

Baca juga: Tak Mengenal Usia, Begini Cara Mendeteksi Skoliosis!

 

Tidak Mengenal Usia

Saraf terjepit ini juga bisa mengenai segala usia, baik muda maupun tua.  Pada usia muda umumnya disebabkan oleh cedera dan beban berat pada tulang belakang sehingga menyebabkan penonjolan bantalan tulang atau diskus intervertebralis. Sedangkan pada usia tua disebabkan proses degenerasi, dan hilangnya elastisitas batalan tulang.  

 

Faktor risiko saraf terjepit ini cukup banyak, antara lain usia, cedera (baik jatuh akibat kecelakaan atau olahraga), aktivitas dan pekerjaan (duduk lama, mengangkat ataupun menarik beban yang berat, sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, terpapar getaran yang konstan, olahraga berat, merokok, berat badan berlebihan, dan batuk dalam waktu yang lama.

 

Gejala dan Terapi Terbaru Saraf Terjepit

Saraf terjepit ini dapat menimbulkan beragam gejala bergantung pada lokasi jepitan saraf itu terjadi. Namun pada umumnya dikatakan mengalami saraf terjepit apabila mengalami salah satu dari tiga gejala berikut :

  • Komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, kebas, baal yang terasa di tangan atau kaki.
  • Komponen motorik (gerakan), misalnya kekuatan anggota gerak melemah.
  • Komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil, dan buang air besar.

 

Nyeri akibat saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Biasanya saat nyeri ini sudah berlangsung lama, penderitanya mulai mencari solusi untuk mengatasi nyerinya.

 

“Kini dunia medis sudah berkembang semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya,” papar dokter spesialis bedah saraf Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, dalam Diskusi Media “Solusi Terkini Saraf Terjepit Tanpa Operasi, dengan Kateter RACZ dan DiscFX” yang akan diselenggarakan Klinik Nyeri Dr. Indrajana, pada Kamis, 15 Juli 2021. 

 

Teknologi IPM ini dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX. “Semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter,” jelas Ketua Indonesian Neurosurgical Pain Society (INPS) ini lebih lanjut.

 

Ditambahkan dr. Mustaqim Prasetya, SpBS, dulu kondisi saraf terjepit perlu ditangani dengan operasi terbuka yang memiliki banyak risiko dan proses pemulihannya lama. Kini seiring dengan majunya teknologi kedokteran, saraf terjepit sudah dapat diatasi dengan teknologi invasif minimal tanpa bedah terbuka dengan risiko yang lebih minimal. 

 

"Saraf terjepit sudah dapat ditangani tanpa perlu rawat inap, dan proses pemulihannya cepat.  Selain itu, biaya jauh lebih terjangkau dibandingkan operasi terbuka dulu," jelasnya.

 

Baca juga: Penyebab Saraf Terjepit yang Menghambat Mobilitas

 

Operasi Minimal Invasif untuk Saraf Terjepit

Dr. Danu Rolian, SpBS, memaparkan solusi terkini tanpa operasi untuk saraf terjepit, yakni menggunakan Kateter RACZ dan DiscFX. Ini adalah Salah satu Teknik IPM untuk mengatasi nyeri tanpa operasi. Kateter RACZ berukuran mikro dan akan dimasukkan ke dalam rongga epidural di tulang belakang.

 

Kateter RACZ ini juga disebut dengan neuroplasty epidural. Fungsinya menghantarkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri menjadi berkurang atau mereda.  "Prosedur kateter RACZ ini hanya membutuhkan waktu 30-45 menit, sehingga tidak perlu rawat inap sehingga pasien bisa langsung pulang,” jelas dr. Danu.

 

Teknologi IPM terbaru lainnya adalah teknologi DiscFX yang dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang sehingga nyeri bisa tuntas. Keunggulan DiscFX adalah hanya memerlukan sayatan kecil sehingga biusnya cukup lokal saja dan tanpa rawat inap. “Proses tindakan juga cepat dan dapat dilakukan pada beberapa bantalan tulang yang menonjol sekaligus.” 

 

Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, DiscFX ini dapat memberikan perbaikan kualitas hidup penderita saraf terjepit lebih baik karena dapat terbebas dari siksaan nyeri akibat saraf terjepit.

 
Baca juga: Jangan Takut, Kini Operasi Tulang Belakang Sangat Aman