Kamu pernah mendengar penyakit skoliosis? Jika Kamu pernah mendengar kelainan tulang belakang yang melengkung ke samping, maka Kamu sudah satu tahap mengenali penyakit ini. Punggung seseorang yang normal akan terlihat dalam posisi yang lurus ke tengah. Sedangkan seseorang dengan skoliosis  tulang belakangnya tidaklah rata yang menyebabkan postur tubuh miring sebelah.

 

Skoliosis, meskipun sama-sama menyerang bagian tulang belakang alias punggung namun kelainan ini berbeda dengan kelainan postur yang diakibatkan kebiasaan buruk sehari-hari lho Gengs. Karena kelainan ini terbentuk tidak hanya karena gaya hidup saja, melainkan bisa juga menyerang remaja bahkan anak-anak. Ya, skoliosis bisa menyerang siapapun tanpa mengenal usia.

 

Baca juga: Konsumsi Makanan yang Mengandung Mineral Kalsium Berikut agar Tulangmu Sehat!

 

Jenis dan Penyebab Skoliosis

Sebanyak 80 persen kasus skoliosis, hingga saat ini para ahli belum bisa menemukan alasan pasti penyebab pasti tulang belakang sesorang bisa melengkung. Skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya disebut dengan skoliosis idiopatik. Skoliosis jenis ini tidak bisa dicegah dan tidak dipengaruhi oleh faktor tubuh, usia, olahraga atau diet yang buruk. Akan tetapi, faktor genetiklah yang kemungkinan besar memainkan perang penting dalam terjadinya kondisi ini.

 

Skoliosis bisa dialami anak perempuan maupun laki-laki. Sebanyak 10-20 persen penyakit ini berkembang pada usia 3 sampai 10 tahun, dan hanya 1 persen saja terjadi pada usia yang lebih muda. Akan tetapi, pada usia di atas 10 tahun, penyakit ini lebih banyak dan sering ditemui pada anak perempuan.

 

Jenis-Jenis Penyakit Skoliosis

 

1. Neuromuuskular

Penyakit skoliosisi tipe ini merupakan kondisi kelainan tulang belakang yang disebabkan oleh gangguan syaraf dan otot seperti pada penyakit cereberal palsy atau distrofi otot.

 

2. Kongenital

Penyakit skoliosisi kongenital adalah ondisi kelainan bawaan yang mana tulang belakang tidak terbentuk dengan normal selama bayi berada di dalam kandungan.

 

3. Degeneratif

Skoliosis yang ketiga, umumnya dialami oleh orang dewasa seiring dengan bertambahnya usia. Kodisi ini menyebabkan kerusakan tulang belakang secara perlahan-lahan.

 

Baca juga: Kasur Terlalu Empuk Tidak Baik untuk Kesehatan Tulang Punggung dan Pinggul 

 

Penanganan Penyakit Skoliosis

Tidak semua penderita skoliosis perlu melakukan operasi.  Skoliosis memerlukan penanganan 3 O yang harus dilakukan secara bertahap, yaitu observasi, ontosis, dan operasi. Untuk mengetahui skoliosis disesuaikan dengan penanganan yang tepat, caranya adalah dengan mengukur sudut kemiringan tulang.

 

Jika penderita sudut tulangnya masih di bawah 30 derajat, maka masih termasuk ke dalam tahap observasi. Hal ini karena 90 persen dari kasus skoliosis dengan sudut masih di bawah 30 derajat tidak bertambah bengkok.

 

Penderita penyakit skoliosis yang dianjurkan untuk melakukan olahraga dengan stretching biasanya memiliki sudut antara 30-40 derajat yang menyebabkan ketidakseimbangan otot. Sedangkan untuk skoliosis dengan sudut sudah di atas 40 derajat sangat diperlukan intervensi atau operasi untuk menghindari kemungkinan risiko terburuk.

 

Risiko terburuknya, jika penyakit skoliosis sudah mencapai 70 derajat pelengkungan tulang, maka akan menyebabkan gangguan fungsi paru-paru, dan di atas 100 derajat akan mengganggu fungsi jantung.

 

Cara Mendeteksi Skoliosis Sejak Dini

Mendeteksi penyakit skoliosis sebenarnya bukan hal yang sulit. Akan tetapi, untuk balita apalagi bayi, orang tua perlu mendeteksi kemungkinan penyakit ini. Karena tulang belakang bayi belum terbentuk secara sempurna alias belum bisa duduk tegak, maka perhatikanlah struktur tulang belakang anak dengan jeli, terutama saat memandikan.

 

Seringlah meraba-raba bagian tonjolan tulang belakang anak khususnya di bagian dada dan punggung. Adakah bagian ruas tulang belakang yang lebih menonjol atau miring posisinya.

 

Apabila menemukan yang tidak beres, segera konsultasikan dengan dokter. Semakin cepat ditemukan dan ditangani, maka kelainan tersebut bisa dihilangkan tanpa perlu ada tindakan operasi. Resiko kecacatan pun menjadi lebih kecil apabila dilakukan koreksi sejak dini.

 

Baca juga: Kenali Penyebab Osteoporosis dan Cara Mencegahnya!

 

 

Referensi:

 https://health.clevelandclinic.org/best-ways-to-recognize-scoliosis-in-your-child/

https://www.scoliosissos.com/news/post/can-you-get-scoliosis-at-any-age

https://www.bangkokhospital.com/en/disease-treatment/scoliosis-can-occur-at-any-age