Mums dan Dads pasti tahu jika saat ini di Indonesia masih banyak anak-anak yang bertubuh pendek karena kekurangan gizi. Kita mengenalnya dengan stunting. Sayangnya, tidak semua orang tua paham bahwa perawakan pendek tidak semata-mata karena faktor genetik. Jika kedua orang tua, ayah dan ibu, memang secara genetik berperawakan pendek, bisa jadi memang si Kecil akan mewarisi sifat itu. Namun tetap saja, dengan pendekatan yang benar, perawakan pendek bisa dicegah, apalagi jika penyebabnya karena gizi.

 

Menurut Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, Sp.A(K), Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, stunting itu membawa konsekuensi jangka panjang. Anak stunting tidak mampu bersaing di masa depannya, karena biasanya kecerdasannya pun jauh lebih rendah daripada anak yang cukup gizi. Untuk lebih tahu tentang stunting, dampak, dan pencegahannya, berikut ini penjelasan lengkap dari dr. Damayanti, dalam diskusi bertema "Stunting, Gagal Tumbuh, dan Pencegahannya" di Jakarta pada 18 Juli 2018.

Baca juga: Stunting Itu Apa, Sih?

 

Dampak Mengerikan Stunting

Berdasarkan data dari seluruh Indonesia, angka stunting cukup merata Gengs, yaitu lebih dari 20% di seluruh provinsi, termasuk DKI Jakarta. Akibatnya, Indonesia menempati peringkat ke-5 stunting terbanyak di dunia. “Anak stunting empat kali lebih mudah meninggal, dan IQ-nya turun 11,” tutur dr. Damayanti.

 

Masih belum cukup? Umumnya, pendapatan mereka saat dewasa pun berkurang hingga 22%. Pasalnya, kemampuan kognitif (kecerdasan) mereka tidak terlalu baik, maka kemungkinan besar hanya bisa menjadi pekerja kerah biru. Bahkan bekerja di pabrik pun sulit, karena umumnya tinggi badan tidak mencukupi. Alhasil, anak stunting hanya akan menjadi buruh panggul. Bayangkan jika kualitas anak-anak di Indonesia seperti itu, maka cita-cita mengentaskan kemiskinan tidak akan tercapai.

 

Kenali Ciri Stunting, Pendek Akibat Kurang Nutrisi

Pendek memang bisa disebabkan oleh short stature atau bawaan genetik, maupun patologis. Yang patologis terbagi lagi, ada yang proporsional dan tidak proporsional. Yang tidak proporsional misalnya cebol. Sedangkan stunting biasanya proporsional.

 

Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan karena asupan nutrisi yang kurang, sehingga anak tidak tumbuh maksimal. Dengan kata lain, stunting adalah persoalan anak tidak tumbuh optimal seperti seharusnya karena kekurangan gizi.

Baca juga: Waspada Mums, Cacingan Membuat si Kecil Tumbuh Stunting!

 

 

Penyebab Stunting

Stunting bisa diawali dari bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR). Jadi, ‘modal’ anak memang kurang sejak awal. Tapi penyebab paling sering adalah pada periode post natal (setelah lahir), misalnya:

  1. Anak tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Alasannya bisa karena ekonomi keluarga yang kurang atau orang tua tidak tahu cara memberi makan anak dengan benar.

  2. Akibat abuse atau kekerasan pada anak.

  3. Anak sering sakit, misalnya sering mengalami demam. Meski asupan nutrisinya bagus, harus terpakai untuk mengatasi demamnya.

 

Berapa Pertambahan Berat dan Tinggi Badan yang Normal?

Idealnya, petumbuhan anak berjalan linear. Pertambahan berat badan (BB) diikuti dengan peningkatan tinggi badan (TB). Pertumbuhan paling cepat terjadi dalam setahun pertama. Setelah itu mulai turun, lalu naik lagi saat anak puber, yakni pada usia 10 tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk anak laki-laki.

 

Sejak si Kecil lahir hingga usia 1 tahun, bagian yang banyak tumbuh adalah batang tubuh. Karenanya, bayi tampak montok dan perutnya sedikit buncit. Setelah usia 1 tahun hingga remaja, yang bertumbuh pesat adalah bagian kaki (tulang panjang). Pada ujung-ujung tulang panjang inilah terdapat lempeng pertumbuhan. Lempeng ini yang akan bertambah, sehingga tulang makin panjang.

 

Dokter Damayanti menegaskan, “Bawa ke dokter bila anak pendek. Harus dicari tahu apakah normal atau patologis. Hanya dokter yang bisa menentukan itu,” tegasnya. Stunting selalu diawali dengan berat badan kurang dan perlahan turun, tetapi dibiarkan saja sehingga masalah menjadi berlarut-larut.

Baca juga: 3 Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan
 

Cegah Stunting dengan Asupan Nutrisi dan Tidur Cukup!

Untuk membentuk lempeng ini, dibutuhkan energi dan protein. Protein, terutama hewani, berperan membawa hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH). Ini diproduksi di hati lalu menuju lempeng pertumbuhan dan otot, sehingga tubuh makin panjang.

 

Maka bila tidak ada protein, tidak ada yang mengangkut hormon tersebut. Bila defisiensi nutrisi dibiarkan berkepanjangan, pada akhirnya keseimbangan hormonal akan terganggu. Produksi GH terganggu, anak pun menjadi makin pendek.

 

Tak kalah penting, pola tidur anak juga harus baik. GH diproduksi saat anak tidur dalam. Karenanya anak harus tidur nyenyak, terutama di malam hari. “Produksi GH paling tinggi pada pukul 23.00 hingga 02.00. Namun, ini tak akan terjadi bila tidur anak tidak nyenyak. Dan, GH baru keluar setelah anak tidur selama tiga jam,” papar dr. Damayanti. Ini berarti, anak harus tidur pukul 20.00, agar GH bisa diproduksi pukul 23.00. Selain itu, produksi GH juga dipengaruhi oleh latihan fisik dan asupan asam amino yang adekuat. (AY/AS)