Stunting atau kondisi pertumbuhan anak yang tidak normal, biasanya disebabkan oleh buruknya nutrisi. Stunting sendiri kerap dikaitkan dengan fisik anak yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Padahal tak hanya itu, stunting memiliki arti yang cukup mengkhawatirkan. Dilansir dari dinkes.go.id penderita stunting akan mudah sakit bahkan menderita penyakit berat sekelas jantung koroner dan diabetes mellitus! Sebenarnya, apa itu stunting dan mengapa penyakit ini dapat berisiko mematikan?

 

Pengertian dan penyebab stunting

Sebelum membahas pengertian stunting secara ilmiah, tahukah Mums apa itu stunting? Atau, saat ini adalah pertama kalinya Mums mendengar istilah ini? Dilihat dari namanya stunting berasal dari kata asing yang mungkin tidak semua orang dapat mengucapkannya dengan benar.

 

Stunting adalah kondisi ketika seorang anak mengalami masalah kesehatan khususnya kurang gizi kronis akibat beberapa faktor. Menurut UNICEF (1998), faktor seorang anak dapat menderita stunting terbagi menjadi dua jenis yaitu langsung dan tidak langsung.

 

Penyebab langsung paling umum disebabkan oleh asupan makan dan kondisi kesehatan yang buruk, sedangkan penyebab tidak langsung berasal dari lingkungan anak yang meliputi pola pengasuhan anak, sanitasi lingkungan, hingga pemanfaatan pelayanan kesehatan.

.

Jadi, kecukupan gizi yang baik tidak hanya datang dari makanan maupun minuman yang dikonsumsi anak Mums, tetapi juga faktor lingkungannya. Kemudian masih dalam penjelasan tentang stunting, Dinas Kesehatan RI juga menambahkan fakta jika stunting dapat terjadi sejak sang Anak masih berbentuk janin. Hanya saja tidak dapat diketahui gejalanya, hingga dirasakan ciri-cirinya saat usia anak genap dua tahun.    

Baca juga: Stunting Itu Apa, Sih?
 

Bagaimana ciri-ciri anak stunting?

Masih seputar gizi, ketika kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dengan baik, maka akan menyebabkan beberapa dampak mulai dari yang ringan hingga berat. Apa sajakah itu?

 

Menurut dinkes, kurang gizi dapat menyebabkan penderitanya mudah sakit akibat sistem imun yang lemah, postur tubuh tidak akan tumbuh secara maksimal ketika dewasa atau yang kita sebut sebagai stunting, penurunan kemampuan kognitif, hingga menyebabkan kematian mendadak khususnya pada bayi dan anak yang juga dapat merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

 

Namun ternyata tidak hanya itu Mums, dampak stunting juga dapat dibedakan menurut jangka waktunya. Jangka waktu pendek yang diartikan pada masa kanak-kanak dapat membuat perkembangan anak menjadi terhambat, fungsi kognitif dan kekebalan tubuh menurun, serta menyebabkan gangguan sistem pembakaran.

 

Sedangkan pada jangka panjang atau saat anak telah tumbuh dewasa, dapat menyebabkan risiko penyakit degeneratif yang mematikan seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan obesitas.

 

Cacingan salah satu penyebab stunting!

Stunting ternyata tidak melulu disebabkan karena malnutrisi, melainkan dapat pula akibat sebuah penyakit yang terdengar sepele yaitu cacingan! Dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK yang merupakan seorang pakar gizi klinik di sebuah rumah sakit di Jakarta membenarkan fakta ini.

 

Lalu, apa kaitannya cacingan dengan stunting? Menurut penjelasan ilmiah, hubungan antara cacingan dan stunting ternyata dapat dibedakan berdasarkan dampaknya. Dampaknya pun dibedakan lagi menurut jangka waktu seseorang menderita cacingan.

 

Cacingan dalam jangka pendek akan menyebabkan seseorang kekurangan zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Proses ini sendiri merupakan peristiwa yang sangat penting dalam tubuh, sebab hemoglobin memiliki peran dalam mengangkut oksigen ke bagian-bagian tubuh. Jadi, apabila hemoglobin tidak terbentuk akibat kekurangan zat besi maka penderita akan mengalami anemia atau penyakit kekurangan darah.

 

Sedangkan dampak jangka panjangnya, penderita akan mengalami kekurangan gizi atau malnutirisi. Sayangnya, cukup sulit untuk mengetahui apakah seseorang menderita kekurangan gizi atau tidak sebab penderita kurang gizi tidak selalu memiliki perut buncit dan tubuh yang kurus, tetapi anak yang fisiknya terlihat sehat pun ternyata dapat kekurangan gizi.

 

Malnutrisi dalam jangka waktu panjang inilah yang berbahaya, khususnya dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan mental penderitanya. Ciri-cirinya biasanya dilihat dari nilai IQ atau tingkat kecerdasannya yang berada di bawah rata-rata. Nah, untuk itu jangan sampai anak Mums menderita cacingan ya!

 

Baca juga: 4 Cara Mencegah Cacingan
 

Cara mencegah stunting   

Dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vector dan Zoonotik dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam duskusi tentang "Cacingan dan Stunting" di Jakarta, belum lama ini mengatakan jika stunting merupakan permasalahan kesehatan yang serius. Pasalnya, stunting dapat diderita oleh setiap anak mulai dari dalam kandungan. 

 

Jane menunjukkan data dari WHO yang mencengangkan, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia untuk kategori anak yang menderita stunting. Hasil riset Kesehatan Dasar pada 2013 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI juga menguatkan fakta tersebut.

 

Anak penderita stunting di Indonesia ternyata memiliki jumlah yang lebih banyak dari tiga negara lainnya di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar sejak 2013. Bahkan, jumlah ini merupakan peningkatan dari 2007 yang sempat menurun 1% pada 2010. Yang artinya, penderita stunting di Indonesia saat ini jumlahnya sudah mencapai 8,9 juta anak!

 

Mengapa data-data tersebut penting untuk diketahui? Bukankah data tersebut menjadi bukti jika tugas pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masih banyak? Bukan! Sebagai orang tua, Mums tetap memiliki andil paling besar untuk menjaga kesehatan si Kecil.

 

Data-data ini justru merupakan bukti jika orang tua saat ini masih belum peduli akan kesehatan sang Anak. Ya, meskipun anak Mums terlihat sehat, gemuk, dan aktif bergerak, bukan berarti kesehatannya di masa depan terjamin aman.

 

Usia 0 sampai 18 tahun, anak merupakan tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Bahkan, di negara tetangga kita pemerintahnya telah menetapkan aturan untuk hidup sehat. Sederhananya, tidak boleh ada yang obesitas! Bayangkan jika peraturan tersebut berlaku di Indonesia, mungkin hampir sebagian besar penduduknya menerima hukuman dari pemerintah. U

 

ntuk itu, sebelum peraturan itu benar terjadi dan khususnya untuk “menyelamatkan” masa depan anak Mums, perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap kesehatan.

 

Jadi, adakah hubungannya dengan pencegahan stunting? Setelah mengetahui data kesehatan anak Indonesia terkini, dr. Jane mengajak para orang tua untuk mulai memerhatikan kesehatan anak yang dapat dimulai dari diri sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah

  • Memerhatikan asupan nutrisi saat hamil maupun nutrisi anak saat sudah lahir. Pastikan Mums mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur ketimbang karbohidrat. Dr. Elizabeth pun menganjurkan agar masyarakat Indonesia mulai mengonsumsi daun kelor yang ternyata mengandung nutrisi berkali lipat dari sayur atau buah lainnya.
  • Mengonsumsi obat cacing yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan usia. Dalam programnya, Pemerintah bidang kesehatan juga telah menjalankan pemberian obat cacing secara rutin atau setap 6 bulan sekali pada setiap sekolah di Indonesia.
  • Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik kebersihan diri maupun lingkungan.
  • Ikut aktif dalam memerhatikan kebersihan lingkungan, seperti membuang sampah di tempatnya, menjaga kebersihan rumah, buang air besar di toilet, dan memastikan pembuangan limbah harus mengalir.
  • Meningkatkan kebersihan diri dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun, membersihkan dan memotong kuku, menutup makanan, serta memakai alas kaki jika akan menginjak tanah.
Baca juga: Sudah Benarkah Cara Anda Mencuci Tangan?
 

Mudah kan Mums pencegahannya? Selain dilakukan untuk diri sendiri, Mums juga disarankan untuk membiasakan perilaku hidup sehat ini dengan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Mulai dari sekarang ya Mums, jangan tunggu sampai sakit! Biaya pengobatan jauh lebih mahal dari kebutuhan sehari-hari lho Mums! (BD/AY)