Mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono kini masih menjalani pengobatan kanker darah atau leukemia yang dideritanya, di Singapura. Menurut kabar terbaru, istri mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini baru saja mendapatkan kandidat donor sumsum tulang belakang, yakni adik kandungnya sendiri, Pramono Edie Wibowo. Sebagai calon donor, Pramono dinyatakan  memenuhi syarat.

 

Seperti yang kita ketahui, beberapa waktu lalu Ani didiagnosis leukemia akut. Pengobatan kanker pada umumnya adalah kemoterapi dan radiasi. Namun, kenapa Ani membutuhkan transplantasi sumsum tulang belakang?

 

Berikut penjelasan lengkap tentang transplantasi sumsum tulang belakang sebagai pengobatan leukemia!

 

Baca juga: 4 Jenis Leukemia pada Orang Dewasa, Seperti Dialami Ani Yudhoyono

 

Apa Itu Transplantasi Sumsum Tulang Belakang?

Sumsum tulang adalah jaringan yang berada di dalam tulang besar manusia. Sumsum tulang memiliki tekstur yang lunak seperti spons, dan mengandung sel induk. Sumsum tulang memproduksi 3 jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah (trombosit).

 

Sumsum tulang terbanyak berada di tulang belakang. Sebagian sumsum tulang lainnya bisa ditemukan di dalam darah. Transplantasi sumsum tulang belakang adalah metode pengobatan penyakit-penyakit keganasan pada darah. Prosedur ini bisa menjadi pengobatan efektif untuk menyembuhkan beberapa jenis kanker, seperti leukemia dan limfoma. Transplantasi sumsum tulang belakang juga bisa dijadikan pengobatan untuk neuroblastoma. 

 

Meskipun kemoterapi dan radiasi bisa membunuh sel kanker, efek samping dari kedua pengobatan itu dapat merusak jaringan sehat lain, termasuk sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel-sel darah terganggu. Tujuan transplantasi sumsum tulang belakang adalah mengembalikan fungsi sumsum tulang agar dapat menghasilkan sel-sel darah yang sehat.

 

Jika transplantasi berhasil, sel-sel darah baru yang dihasilkan dari transplantasi bisa menghancurkan sisa sel-sel kanker.

 

Sebelum Transplantasi Sumsum Tulang Belakang, Kemoterapi dan Radiasi Dilakukan

Kanker darah seperti leukemia dan limfoma bersumber dari kerusakan di pabril sel darah yaitu sumsum tulang. Maka sebelum transplantasi dilakukan, pengobatan  kanker yang utama yakni kemoterapi dan radiasi tetap dilakukan. Tujuannya menghancurkan sel-sel kanker di sumsum tulang belakang.

 

Tanpa sumsum tulang belakang yang sehat, sistem kekebalan tubuh juga menurun. Kamu tidak memiliki sel darah putih yang cukup untuk melindungi tubuh dari infeksi. Hal ini menyebabkan penderita kanker mudah terkena penyakit dan mengalami pendarahan tak terkontrol. Bahkan, penyakit ringan seperti flu atau demam sekalipun, bisa menjadi berbahaya pada penderita kanker.

 

Jadi, selama menjalani pengobatan, penderita kanker harus berada dalam ruang isolasi. Biasanya, penderita kanker harus dirawat di ruang isolasi hingga sumsum tulang yang sehat kembali berfungsi.

 

Darimana Memperoleh Donor Sumsum Tulang Belakang?

Transplantasi sumsum tulang belakang hanya bisa dilakukan jika ada pendonor yang cocok.  Hal ini disebut transplantasi alogenik. Selnya harus menyerupai sel sumsum tulang belakang.

Jadi, donor sumsum tulang belakang bisa diperoleh dari:

  • Saudara kandung
  • Orang lain yang memiliki sumsum tulang belakang yang cocok

 

Baca juga: Kondisi Bu Ani Setelah Menjalani Terapi

 

Menyocokkan Donor Sumsum Tulang Belakang

Setiap orang memiliki protein pada permukaan sel darahnya. Tim medis akan membandingkan permukaan sel darah Kamu dengan sel darah pendonor. Biasanya, saudara kandung memiliki protein yang cocok. 

 

Proses pengecekan ini disebut HLA typing atau tissue typing, dan dilakukan di laboratorium. Tim medis akan mencari protein yang disebut HLA marker dan histocompatibility antigen. Hasilnya menunjukkan seberapa cocok HLA pasien dan pendonor.

 

Transplantasi Tidak Cocok dan Setengah Cocok

Transplantasi sumsum tulang belakang sebenarnya juga bisa dilakukan tanpa donor yang cocok. Hal ini disebut transplantasi tidak cocok. Adapula yang disebut dengan transplantasi sumsum tulang belakan setengah cocok (haplo indetical). Berarti hasil tesnya hanya menunjukkan 50% kecocokan.

 

Risiko Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Setiap pengobatan memiliki risikonya masing-masing, termasuk transplantasi sumsum tulang belakang. Pengobatan ini umumnya menyebabkan risiko penyakit graft versus host (GvHD).

 

GvHD adalah penyakit dimana sel imun menyerang sel tubuh sendiri, karena tubuh menolak sumsum tulang donor yang dianggap benda asing. Gejala GvHD yang perlu diwaspadai, meliputi:

  • Diare
  • Berat badan turun
  • Penyakit kuning
  • Ruam kulit
  • Sesak napas

 

GvHD yang parah bisa membahayakan nyawa pasien. Namun, GvHD ringan bisa menimbulkan manfaat tersendiri. Pasalnya, sel imun tersebut juga bisa membantu menyerang sel kanker yang masih tersisa. GvHD ini ditangani dengan pemberian obat penekan sistem imun atau imunosupresif. 

 

Proses Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Pertama-tama, donor harus menjalani operasi pengambilan sel induk sumsum tulang belakang. Selama operasi, pendonor berada di bawah anestesi umum atau bius total. Artinya, pendonor akan kehilangan kesadaran sepenuhnya.

 

Selama proses transplantasi, pendonor berada dalam posisi tidur menyamping. Kemudian dokter menyuntikkan jarum ke dalam kulit pada bagian tulang pinggul. Setelahnya, dokter akan mengambil sumsum tulang dengan menarik suntikannya secara perlahan.

 

Untuk memperoleh sumsum tulang yang cukup, dokter harus menyuntikkan jarum ke beberapa bagian pelvis. Biasanya, jumlah sumsum tulang belakang yang diambil adalah 1 liter.

 

Prosedur ini berlangsung selama sekitar satu jam. Saat bangun, pendonor akan merasakan sejumlah hal, seperti:

  • Ngantuk akibat anestesi
  • Nyeri di bagian yang disuntik
  • Lebih lelah dari biasanya, selama 1 - 2 minggu

 

Kemungkinan donor harus dirawat di rumah sakit sekitar 1 - 2 hari setelah pengambilan sumsum tulang belakang. Setelah itu, sumsum tulang belakang yang sudah diambil itu akan dimasukkan ke tubuh penderita kanker, lewat jalur intravena. Jadi, prosesnya mirip dengan proses transfusi darah. (UH/AY)

 

Baca juga: Bu Ani Kena Kanker Darah, Kenali Tipe dan Gejalanya!

Sumber:

Cancer Research UK. Bone marrow transplant. Maret. 2015.

WebMD. Bone Marrow Transplants and Stem Cell Transplants for Cancer Treatment. Januari. 2017.

Very Well Health. How Bone Marrow and Stem Cell Transplants Work. Agustus. 2018.