Sedang hangat dibicarakan, pasti Geng Sehat sudah tidak asing dengan serial Game of Thrones. Kalau mengikuti serial TV yang sangat terkenal ini, pasti sudah tidak asing lagi dengan Emilia Clarke, aktris yang memerankan Daenerys Targaryen.

 

Siapa sangka aktris cantik ini pernah mengidap aneurisma otak? Akibatnya, Emilia 2 kali mengalami stroke akibat pecahnya pembuluh darah di otak, yang hampir merenggut nyawanya, pada 2011 dan 2013. Saat pertama kali terjadi, Emilia sedang berolahraga di gym. Padahal, saat itu usianya masih 24 tahun.

 

"Tiba-tiba saya mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa di kepala. Saya merasakan tekanan yang sangat berat, dan dengan cepat, saya sadar saya tidak bisa berdiri dan berjalan. Saat itu juga saya tahu mengalami kerusakan otak," jelas Emilia dalam wawancara bersama CBS Maret lalu.

 

Untungnya, Emilia segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani operasi perdarahan otak subarachnoid. Bahkan, 6 minggu kemudian aktris yang saat ini berusia 31 tahun itu bisa langsung melanjutkan syuting Game of Thrones.

 

Namun, 2 tahun kemudian, Emilia harus dilarikan ke rumah sakit akibat pecahnya pembuluh darah lagi. Bahkan, pada kali kedua ini, ia hampir saja meninggal dunia. "Kali kedua ada sedikit bagian otak saya yang mati. Kalau bagian otak tidak menerima darah bahkan hanya satu menit saja, maka bagian itu tidak lagi bisa bekerja," jelas Emilia.

 

Meskipun Emilia sempat merasa ketakutan dan pesimis, ia berhasil sembuh dari kedua kondisi berbahaya tersebut. Bahkan, Emilia membuat badan amal 'SaveMe' untuk rehabilitasi penyakit saraf.

 

Aneurisma otak memang merupakan kondisi yang sangat berbahaya dan bahkan bisa menyebabkan stroke serta kematian. Lalu, apa penyebab aneurisma? Apa gejalanya? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: BE-FAST, Cara Cepat Deteksi Stroke

 

Aneurisma Otak

Aneurisma otak adalah kelaianan pembuluh darah di otak, di mana pembuluh darah membesar seperti balon. Aneurisma otak rentan pecah, sehingga menyebabkan pendarahan otak (stroke hemoragik).
 

Pada kebanyakan kasus, aneurisma otak yang pecah terjadi di antara otak dan jaringan tipis yang menyelimuti organ itu. Aneurisma otak yang pecah adalah kondisi yang sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin.

 

Pembesaran pembuluh darah ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada pembuluh darah di otak, bisa juga di pembuluh besar di dada atau perut. Ketika pembesaran belum terlalu besar, tidak ada gejala yang muncul.

 

Satu-satunya mendeteksi kelainan pembuluh darah adalah melalui pemeriksaan angiografi. Dan seringnya ditemukan tidak sengaja ketika cek kesehatan rutin. Terdeteksi sejak dini sangat membantu, mencegah agar tidak semakin membesar dan pecah di kemudian hari. 

 

Gejala Aneurisma Otak

Meskipun tidak selalu menimbulkan gejala, namun aneurisma kadang menimbulkan gejala, terutama jika ukurannya sudah semakin besar atau saat aneurisma pecah. Sakit kepala parah dan mendadak adalah gejala utama pecahnya aneurisma otak.

 

Selain sakit kepala hebat, ini adalah beberapa gejala lain aneurisma otak:

  • Mual dan muntah
  • Leher kaku
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Kekejangan
  • Mata sayu
  • Kehilangan kesadaran
  • Linglung

 

Baca juga: Bolehkan Penderita Aneurisma Melakukan Aktivitas Berat?

 

Aneurisma otak yang belum pecah umumnya tidak menyebabkan gejala tertentu, apalagi jika ukurannya kecil. Namun, aneurisma otak yang ukurannya besar bisa menimbulkan tekanan pada jaringan dan saraf otak, sehingga menyebabkan:

  • Nyeri di bagian atas dan belakang salah satu mata
  • Pupil melebar
  • Perubahan penglihatan atau penglihatan ganda
  • Mati rasa pada salah satu sisi wajah

 

Baca juga: Awas, Gejala Pertama Fibrilasi Atrium adalah Stroke!

 

Penyebab Aneurisma Otak

Sampai saat ini penyebab aneurisma otak belum diketahui. Diduga ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini. Faktor-faktor tersebut berkontribusi pada kelemahan dinding arteri sehingga meningkatkan risiko pecah. Aneurisma otak sendiri lebih banyak menyerang wanita ketimbang pria.

 

Beberapa faktor penyebab aneurisma otak bisa berkembang seiring dengan waktu dan gaya hidup, sementara sebagian faktor lainnya bisa muncul sejak lahir. Untuk faktor penyebab aneurisma otak yang berkembang adalah:

  • Usia semakin tua
  • Merokok
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Kecanduan obat-obatan terlarang, khususnya kokain
  • Kecanduan alkohol
  • Beberapa jenis aneurisma otak juga bisa terjadi setelah cedera di kepala atau karena infeksi darah.

Sementara itu, untuk faktor risiko penyebab aneurisma otak yang ada sejak lahir adalah:

  • Sindrom Ehlers-Danlos yang bisa melemahkan pembuluh darah.
  • Penyakit ginjal polikistik, yang merupakan gangguan keturunan yang menyebabkan munculnya kantung yang berisi cairan di dalam ginjal, sehingga meningkatkan tekanan darah.
  • Aorta yang tidak normal (terlalu sempit).
  • Riwayat keluarga aneurisma otak.

 

Baca juga: 8 Penyakit Ini Menyebabkan Wajah Mati Rasa

 

Apa yang Terjadi Jika Aneurisma Otak Pecah?

Ketika aneurisma otak pecah, perdarahannya biasanya hanya terjadi beberapa detik. Perdarahan itu bisa menyebabkan kerusakan langsung pada sel-sel di sekitarnya. Perdarahan itu bisa merusak sel-sel otak. 

 

Aneurisma otak juga meningkatkan tekanan di dalam otak. Kalau tekanannya terlalu parah, maka darah dan oksigen tidak bisa masuk ke otak. Kondisi tersebut bisa menyebabkan hilangnya kesadaran atau bahkan kematian. 

 

Komplikasi yang bisa terjadi setelah aneurisma otak pecah adalah:

Perdarahan berulang. Aneurisma otak yang pecah meningkatkan risiko pendarahan berulang. Hal tersebut bisa merusak semakin merusak sel-sel otak.

 

Vasospasme. Setelah aneurisma otak pecah, pembuluh darah di dalam otak akan menyempit. Kondisi ini bisa mengganggu aliran darah ke sel-sel otak terjadilah stroke iskemik yang menyebabkan kerusakan otak yang semakin parah.

 

Hidrosefalus. Ketika aneurisma otak pecah dan menyebabkan perdarahan di antara otak dengan jaringan di sekitarnya, darah tersebut juga menghalangi sirkulasi cairan di otak dan saraf tulang belakang. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penumpukan cairan yang meningkatkan tekanan pada otak dan merusak jaringan. Inilah yang disebut hidrosefalus. (AY)

 

Sumber:

Mayo Clinic. Brain aneurysm. Januari. 2019.