Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kabar kereta mass rapid transit (MRT) yang ditemukan dalam kondisi telah dicoret-coret. Salah satu rangkaian kereta telah menjadi korban vandalisme oleh pihak yang tak bertanggung jawab. 

 

“Telah terjadi aksi tidak bertanggung jawab vandalisme dalam bentuk coretan grafiti pada badan luar kereta nomor tiga di rangkaian kereta ke delapan (K1 1 18 45) MRT Jakarta,” ungkap pihak MRT Jakarta melalui siaran pers, pada Jumat, 21 September lalu. Dalam keterangan resmi dari pihak MRT tersebut bahwa diduga pelaku aksi vandalisme ini masuk ke lokasi Depo Lebak Bulus dengan memanjat dan melompati dinding Depo Lebak Bulus.

 

Lalu, apakah itu vandalisme dan apa penyebabnya? Menurut Gabriel Moser, Psikolog Sosial di Rene Descartes University dalam Vandalism: Research, Prevention and Social Policy yang dipublikasikan oleh Lund University, definisi vandalisme tergantung pada perspektif yang dipilih. Tiga pendekatan yang berpusat pada kerusakan, pelaku, atau konteks memiliki definisi atas vandalisme yang berbeda, di antaranya:

  • Definisi berdasarkan kerusakan. Vandalisme merupakan kebobrokan atau penghancuran suatu objek dalam lingkungan.
  • Definisi berdasarkan pelaku. Vandalisme merupakan tindakan yang disengaja dan ditujukan untuk merusak atau menghancurkan sebuah objek yang merupakan milik orang lain.
  • Definisi berdasarkan konteks. Jika vandalisme digolongkan sebagai tingkah laku agresif, maka norma sosial menjadi penting. Jadi, vandalisme merupakan tingkah laku yang melanggar norma.

 

Baca juga: Menciptakan Ruang yang Aman untuk Remaja

 

Dikutip dari urban.org, vandalisme dapat berupa graffiti, tanda, gambar, hiasan, atau pengotoran pada objek atau properti. Pelaku vandalisme biasanya menggunakan berbagai alasan untuk membenarkan aksinya, seperti menyampaikan pesan, mengekspresikan rasa frustasi, balas dendam, untuk mendapatkan uang, atau hanya untuk bersenang-senang. Pelaku pun dapat individual atau berkelompok.

 

Selain itu, vandalisme, seperti dikutip dari WebMD merupakan salah satu gejala dari gangguan perilaku yang disebut conduct disorder. Gangguan perilaku merupakan gangguan pada tingkah laku dan emosi yang serius dan dapat terjadi pada anak-anak maupun remaja. Seseorang yang memiliki gangguan ini menampilkan pola perilaku kekerasan atau mengganggu, serta selalu bermasalah dalam mengikuti aturan.

 

Kalau tingkah laku ini berlangsung terus menerus dengan merusak milik orang lain yang dianggap bertentangan dengan norma, hingga mengganggu kehidupan sehari-hari, maka sudah dapat dikategorikan gangguan perilaku. Kebanyakan orang dengan gangguan periaku ini menunjukkan sifat mudah tersinggung, cenderung sering marah-marah, dan memiliki harga diri yang rendah. Beberapa dari mereka juga ditemukan merupakan pelaku penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol.






Apa Penyebab dari Vandalisme?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, vandalisme merupakan salah satu gejala gangguan perilaku. Namun, penyebab pasti dari gangguan ini masih belum diketahui. Beberapa ahli sepakat bahwa penyebabnya tidak tunggal melainkan kombinasi dari faktor biologis, genetik, lingkungan, psikologis, dan sosial yang turut memainkan peran.

  • Biologis. Beberapa penelitian menunjukkan kalau cacat atau cedera di area tertentu pada otak dapat menyebabkan gangguan perilaku. Gejala vandalisme dapat terjadi saat sirkuit sel saraf sepanjang otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, beberapa anak-anak atau remaja dengan gangguan perilaku memiliki penyakit mental lainnya, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan belajar, depresi, atau gangguan kecemasan.
  • Genetik. Banyak orang dengan gangguan tingkah laku memiliki anggota keluarga dengan penyakit mental, seperti mood disorder, gangguan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
  • Lingkungan. Faktor-faktor, seperti kehidupan keluarga yang disfungsional ataupun penerapan disiplin yang tidak konsisten oleh orang tua dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan perilaku.
  • Psikologis. Beberapa ahli meyakini kalau gangguan perilaku dapat mencerminkan perilaku bermasalah dengan kesadaran moral yang kurang, terutama kurangnya rasa bersalah dan penyesalan, serta lambat atau kurang dalam proses berpikir.
  • Sosial. Status sosial ekonomi rendah dan tidak diterima oleh kelompok mereka bisa menjadi faktor risiko berkembangnya gangguan perilaku ini.

 

Baca juga: Pengakuan Mariah Carey Melawan Gangguan Bipolar

 


Bagaimana Tingkah Laku Vandalisme Bisa Dicegah?

Vandalisme dianggap tidak mungkin dicegah. Namun, jika lingkungan rumah dan masyarakat dapat bekerja sama, tindakan ini dapat dikurangi. Caranya dengan terus memelihara kasih sayang dan sikap disiplin dengan seimbang. 

 

Dikutip dari protectedbytrust.com, kebosanan merupakan salah satu pemicu dari vandalisme. Agar anak-anak muda tidak tergerak melakukan vandalisme, dorong dan berikan tempat atau kegiatan alternatif lainnya yang aman dan tidak merusak objek milik orang lain.

 

Baca juga: Penyebab Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Meningkat


Selain itu, edukasi tentang pentingnya merawat properti milik publik kepada anak-anak muda dapat mencegah aksi vandalisme. Kalau Kamu melihat siapapun melakukan aksi vandalisme, seperti mencoret atau membuat graffiti, segeralah beri tahu pada pihak berwajib seperti polisi. (TI/AY)