Baru-baru ini, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan salah satu media terkemuka di Amerika Serikat, penyanyi paling sukses di dunia industri musik, Mariah Carey, untuk pertama kalinya mengakui diri pernah bergelut dengan gangguan bipolar. Bipolar adalah salah satu gangguan mental dengan gejala depresi berkepanjangan sekaligus gejala mania (eforia berlebihan). Karena dua gejala yang saling bertolak belakang inilah maka disebut bipolar.

 

Dilansir dari people.com, Mariah mengungkapkan, dirinya pertama kali terdiagnosis permasalahan psikologis ini pada tahun 2001. Kala itu, Mariah sempat dirawat akibat kekalutan mental yang cukup intens hingga memengaruhi kondisi fisiknya. Awalnya Mariah tidak percaya akan hasil diagnosis dokter. Opsi perawatan yang dokter sarankan pun, hanya ia hiraukan.

 

“Periode Itu merupakan tahun-tahun terberat yang pernah saya alami. Hingga saat ini pun, saya merasa hidup dalam kepalsuan hanya karena tidak pernah mengungkapkan sisi kelam tersebut. Saya tidak berhenti merasa takut jika ada seseorang yang mengetahui dan kemudian mengekspos permasalahan bipolar yang saya alami,” papar diva yang telah mencetak keuntungan lebih dari 200 juta dolar ini.

 

Tak sanggup melewati tekanan psikologis, pelantun lagu hits We Belong Together ini akhirnya beralih pada perawatan medis demi kesembuhannya. Kini, 17 tahun pasca diagnossi bipolar tersebut, ibu dari kembar Monroe dan Moroccan ini memutuskan untuk berbagi perasaan yang ia miliki tentang bipolar. Mariah mengaku, agar kesehatan psikologisnya membaik, ia memilih berinteraksi dengan orang-orang dan kegiatan yang positif, seperti kembali menyibukkan diri dengan menulis lagu dan bekerja sebagai produser musik. Anak-anak menjadi salah satu motivator terbesarnya untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang lebih stabil.

 

“Tidak ada pengobatan yang lebih ampuh daripada menghabiskan waktu sambil tertawa bersama anak-anak. Sangat penting bagi saya untuk memastikan bahwa saya memberikan kesempatan dan perlindungan terbaik bagi si Kembar. Mereka harus merasa dicintai dan didukung tanpa syarat,” imbuhnya. Beratnya perjuangan Mariah Carey, tentu membuat kita semua penasaran bagaimana sebenarnya kondisi psikologis yang harus dilalui saat seseorang didiagnosis bipolar. Simak yuk, ulasan selengkapnya! 

Baca juga: Mudah Sedih dan Senang disaat Bersamaan? Waspadai Bipolar Disorder!

 

Apa Itu bipolar?

Menurut psikolog klinis, Kevin Gilliland, pengidap bipolar digambarkan sebagai orang yang moody sehingga kadang menyulitkan orang lain yang bekerja sama dengan mereka. Bipolar dikenal sebagai masalah psikologis mental yang ditandai oleh perubahan suasana hati yang ekstrem. Gejalanya dapat mencakup suasana hati yang kerap berubah-ubah. Kadang pada periode tertentu ia menunjukkan gejala bersemangat yang luar biasa, atau biasa disebut periode mania.

 

Di saat lain pasien bipolar mengalami fase depresi. Fase depresi ini berlangsung dalam waktu yang berbeda bagi setiap orang. Sebagian mengalami fase mania selama 2 minggu, ada pula yang mengalami beberapa kali dalam setahun, sementara sisanya bisa jadi jarang mengalami fase mania. Karena itulah, bipolar juga dikenal dengan istilah manic depression.

 

Orang dengan permasalahan bipolar, rentan mengalami kesulitan dalam mengelola tugas sehari-hari (baik di sekolah maupun di kantor), atau mempertahankan sebuah hubungan. Mereka disarankan untuk mengikuti beberapa opsi perawatan medis agar kondisinya lebih baik. Dilansir dari healthline.com, sekitar 2,8 persen orang dewasa atau sekitar 5 juta orang di Amerika Serikat didiagnosis mengidap bipolar. Usia rata-rata ketika mereka mulai menunjukkan gejala bipolar adalah 25 tahun. 

Baca juga: Apa Beda Skizofrenia dengan Bipolar?

 

Gejala bipolar

Ada tiga gejala utama yang dapat terjadi dengan gangguan bipolar, yaitu mania, hipomania, dan depresi.

Saat mengalami mania, seseorang dengan gangguan bipolar mungkin merasa emosional tinggi. Mereka bisa merasa bersemangat, impulsif, euforia, dan penuh energi. Selama episode mania, mereka juga dapat terlibat dalam perilaku seperti:

  • Menghabiskan uang untuk berbelanja secara impulsif.
  • Keinginan berhubungan seks sangat tinggi sehingga perpotensi melakukan hubungan seksual yang tidak aman.
  • Menggunakan narkoba.

 

Hipomania umumnya terkait dengan bipolar II. Gejalanya mirip dengan mania, tetapi tidak separah itu. Tidak seperti mania, gejala hipomania tidak membuat pasien bipolar menimbulkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau dalam hubungan sosial. Namun, perubahan suasana hati orang-orang yang mengalami hipomania, tetap perlu diperhatikan.       

                                        

Sedangkan selama fase depresi, berikut ini gejala yang dapat dialami oleh pasien bipolar:

  • Merasakan kesedihan yang dalam.
  • Kerap merasa putus asa.
  • Kehilangan semangat.
  • Kurangnya minat dalam menjalani kegiatan yang pernah mereka nikmati.
  • Sulit memiliki waktu tidur yang normal.
  • Terlintas ide untuk bunuh diri

 

Perbedaan bipolar pada pria dan wanita

Pria dan wanita didiagnosis dengan gangguan bipolar dalam jumlah yang sama. Namun, gejala utama gangguan ini mungkin berbeda dantara keduanya.

Gejala bipolar pada wanita

Dalam banyak kasus, seorang wanita dengan yang terdiagnosis bipolar, biasanya menunjukkan gejala-gejala berikut ini.

  • Diagnosis bipolar terjadi pada usia 20-an hingga 30-an.
  • Mengalami fase mania yang lebih ringan.
  • Lebih sering mengalami fase depresi.
  • Fase mania serta depresi yang dialami terjadi beberapa kali dalam setahun.
  • Menunjukkan gejala yang sama dengan penyakit tiroid, obesitas, gangguan kecemasan, dan migrain.
  • Berisiko lebih tinggi untuk menjadi alkoholik seumur hidup. 

Wanita yang terdiagnosis bipolar juga memiliki risiko kambuh lebih tinggi daripada pria. Hal ini dikarenakan situasi perubahan hormonal lebih sering terjadi pada wanita akibat siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause.  

 

Gejala bipolar pada pria

Umumnya, pria mengalami gejala bipolar yang berbeda dengan wanita. Berikut ini di antaranya.

  • Pria mengalami fase mania yang lebih parah daripada wanita.
  • Cenderung melampiaskan rasa depresi pada penggunaan obat-obat terlarang.
  • Pria rentan berkepribadian ganda ketika menghadapi fase mania. 

Pria yang mengalami masalah bipolar, jauh lebih mengkhawatirkan daripada wanita. Pasalnya, sangat sedikit dari mereka yang termotivasi untuk mendapatkan perawatan dokter. Tak jarang, pria lebih memilih untuk mengakhiri tekanan psikologisnya dengan mengakhiri hidup. 

 

Bagaimana bipolar terdeteksi 

Menurut dr. Gillard, seorang psikiatri kadang sulit mendiagnosis bipolar. Hal ini karena gejala depresi berkepanjangan dan tidak muncul gejala mania. Beberapa penderita bipolar membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum dinyatakan bipolar, dan sebelumnya hanya dinyatakan menderita gangguan depresi.  Bagaimana seseorang dapat memiliki gangguan bipolar sampai saat ini tidak dapat dijelaskan dengan pasti. Kemungkinan besar ada kaitan dengan faktor genetis dan pengaruh lingkungan. Inilah beberapa faktor yang diduga memicu bipolar:

 

Faktor genetik. Jika orang tua atau saudara kandungmu memiliki gangguan bipolar, maka Kamu pun cukup berisiko. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua orang memiliki keturunan dengan riwayat bipolar di keluarganya, juga positif terdiagnosis bipolar.

Adanya gangguan pada struktur otak. Abnormalitas dalam struktur atau fungsi otak dapat meningkatkan risiko bipolar.

Faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan juga dapat meningkatkatkan risiko bipolar. Contohnya, mengalami stres dalam skala ekstrem, adanya pengalaman traumatis, hingga mengidap penyakit tertentu.

Baca juga: 5 Selebritis Hollywood ini Pernah Depresi!

 

Terapi untuk bipolar

Kunci untuk pengobatan bipolar adalah obat dan terapi. Selain itu, sangat penting bagi pasien bipolar untuk menciptakan ritme harian yang teratur. "Memiliki rutinitas harian dapat memengaruhi suasana hati kita dengan cara positif atau negatif," ujar dr. Gilliland. Menurutnya, ada alasan khusus mengapa mengidap bipolar menjadi tantangan tersendiri bagi selebritis.

 

“Profesi selebritis menuntut jadwal kerja yang sangat tidak teratur. Jadwal ini selalu merusak jadwal tidur mereka. Akibatnya, gaya hidup tidak sehat ini pun berpengaruh besar pada suasana hati selebriti sehingga mereka rentan mengalami bipolar,” pungkas dr. Gilliland. Karenanya, penting bagi pasien bipolar untuk memiliki tim pendukung dalam keluarga dan aktivitas yang positif agar terhindar dari penyalahgunaan alkohol serta narkoba.

 

Bagi Mariah Carey, ada alasan tersendiri di balik keputusannya untuk membeberkan perjuangannya melawan bipolar. “Saat ini kondisi kesehatan saya sudah semakin stabil, sehingga saya pun nyaman berbagi hal ini. Saya berharap kita semua bisa bersama-sama melepaskan stigma buruk terhadap orang-orang yang mengalami permasalahan psikologi. Tuduhan yang menghakimi, hanya akan membuat mereka semakin terisolasi. Bipolar hanyalah sebuah tahapan, sama sekali bukan sesuatu yang mendefinisikan dirimu,” tandas selebritis yang pernah dinobatkan sebagai wanita dengan kaki jenjang terindah ini. (TA/AY)