“Jika kamu terbangun di pagi hari dan hal pertama yang sanggup Kamu pikirkan hanyalah tentang menulis, maka Kamu pasti seorang penulis.” Rainer Maria Rilke, penyair besar kesusastraan Jerman abad 20, menuliskan kutipan ini dalam bukunya Letters to A Young Poets. 

 

Bagi sebagian orang, menulis mungkin kerap dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan menjemukan. Ternyata, anggapan itu sangat berseberangan dengan pendapat ilmuwan. Para ahli justru menilai kegiatan menulis sebagai hobi istimewa yang sangat menyehatkan.

 

Menulis rupanya menyimpan manfaat lebih dari sekadar kemampuan memilah dan merangkai kosakata. Bertepatan dengan Love to Write Day pada 15 November, telusuri yuk manfaat menulis untuk kesehatan fisik serta kebaikan mental!

Baca juga: Cara Menulis dan Dapat Hadiah di GueSehat

 

Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh

Terapi menulis telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan daya ingat, dan mengurangi potensi stres akut. Menulis juga dapat meningkatkan mood, memberikan rasa kesejahteraan yang lebih besar, dan mengurangi kekosongan dalam pekerjaan.

 

James W. Pennebaker di University of Texas, Austin, telah melakukan penelitian tentang aktivitas menulis selama bertahun-tahun, yang bertujuan untuk menyembuhkan. Mengutip Pennebaker, saat seseorang diberi kesempatan untuk menulis tentang gejolak emosionalnya, mereka cenderung jarang sakit serta mengalami perubahan fungsi kekebalan tubuh.

 

Sel-sel kekebalan tubuh yang dikenal dengan T-lymphocytes ini bisa diperkuat berkat aktivitas menulis. Penulisan yang ekspresif membuat orang mengevaluasi kembali kehidupan mereka. Menuliskan peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan akan membantu Kamu untuk lebih memahami momen tersebut.

 

Alih-alih menjadi terobsesi secara tidak sehat terhadap suatu masalah, menulis justru memicu seseorang untuk terus fokus dan maju. Dengan demikian, tingkat stres menurun dan kesehatan pun meningkat. Pennebaker menyimpulkan dalam The Secret of Pronouns, “Saat menulis, kesehatanmu pun menjadi lebih baik.”

 

Pasalnya, saat menulis Kamu sebetulnya sedang mengasah otak kiri, yang berkaitan dengan analisa dan rasionalitas. Saat Kamu melatih otak kiri, otak kanan akan bebas untuk berkreasi, memperkuat intuisi, dan merasakan lebih dalam. Intinya, menulis bisa menyingkirkan masalah mental, sehingga Kamu menggunakan semua daya otak untuk memahami diri sendiri, orang lain, serta dunia sekitar dengan lebih baik. 

 

Meningkatkan Sel Darah Putih

Masih terkait dengan riset James Pennebaker, kegiatan menulis dapat pula dikategorikan sebagai terapi yang mampu menetralisasi, bahkan menyembuhkan berbagai penyakit jiwa serta depresi sekalipun. Pennebaker telah membuktikan dalam penelitiannya di Fakultas Psikologi Universitas Southern Methodist, bahwa orang yang mengalami suatu penyakit mental akibat masalah sosial atau trauma akibat peristiwa berat di masa lalu, akan merasa lebih sehat lewat terapi menulis.

 

Para responden yang berpartisipasi dalam riset ini, diuji sampel darahnya, baik sebelum menulis maupun sesudahnya. Hasilnya, terdapat peningkatan sel darah putih pada saat mereka sudah menuliskan curahan hati terhadap peristiwa atau trauma sosial yang pernah dialami. 

Baca juga: Trauma Masa Kecil Bisa Menyebabkan Penuaan Dini

 

Kesehatan Jasmani dan Mental Seimbang

Dilansir dari Journal of Consulting and Clinical Psychology, orang-orang yang senang menulis pada umumnya memiliki kondisi mental yang lebih sehat daripada mereka yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Kesehatan mental tentunya akan memberi stimulasi yang positif pada tubuh.

 

Untuk jangka panjang, terapi menulis bisa mengurangi tekanan darah, memperbaiki fungsi paru-paru juga lever, mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit, meningkatkan mood, membuat perasaan lebih baik, serta mengurangi gejala-gejala trauma. Terapi ini bisa bermanfaat bagi orang yang mempunyai berbagai masalah kesehatan. Pada penderita asma, terdapat perbaikan fungsi paru-paru setelah mengandalkan fungsi terapi menulis.

 

Kesehatan Psikologis Terjaga

Saat ini, terapi menulis juga selalu digunakan sebagai salah satu metode dalam psikologi klinis, untuk membantu pasien yang berjuang dengan masalah hidup. Menurut Karen Baikie, psikolog dari University of New South Wales, menuliskan peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan, serta penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental. 

 

Dalam studinya, Baikie meminta partisipan menulis 3 sampai 5 peristiwa hidup yang penuh tekanan selama 15-20 menit. Hasil studi menunjukkan, mereka yang menuliskan hal tersebut meningkatkan kesehatan fisik dan mental secara signifikan daripada mereka yang menulis topik-topik netral.

 

Pada awalnya, terapi menulis ekpresif ini akan meningkatkan kadar stres, menstimulasi suasana hati yang negatif, gejala-gejala fisik, serta menurunkan mood. Akan tetapi, ke depannya banyak studi yang telah menemukan bukti mengenai manfaat terapi menulis bagi kesehatan. Para partisipan melaporkan, mereka merasa lebih baik, baik secara fisik maupun mental, setelah menulis.

Baca juga: 6 Hobi yang Dapat Menambah Kecerdasan dan Menyehatkan!
 

Berkorelasi Erat dengan Kebahagiaan

Tulisan yang ekspresif juga dikaitkan dengan peningkatan mood, kesejahteraan, dan tingkat stres yang berkurang, menurut Adam Grant, sebagaimana dilansir dari huffingtonpost.com. Penelitian oleh Laura King juga menunjukkan bahwa menulis tentang pencapaian tujuan dan impian masa depan dapat membuat orang lebih bahagia dan lebih sehat.

 

Bersama Jane Dutton, Adam Grant menemukan bahwa orang-orang yang bekerja di bidang penggalangan dana, berhasil meningkatkan penghasilan sebesar 29 persen dalam waktu 2 minggu setelah mengalihkan rasa stres dengan membuat jurnal harian.

 

Lewati Masa-masa Sulit

Masih berdasarkan pengamatan Adam Grant, dalam sebuah penelitian yang melibatkan insinyur yang belum lama berhenti bekerja, periset menemukan adanya korelasi positif antara hobi menulis dengan potensi menemukan pekerjaan baru.

 

"Para insinyur yang menuliskan pemikiran dan perasaan mereka tentang kehilangan pekerjaan, dilaporkan cenderung tidak melampiaskan emosinya lewat amarah, minuman keras, ataupun aktivitas fatal yang sia-sia. Tiga bulan setelahnya, 26 persen mantan pegawai yang gemar menulis, mendapatkan pekerjaan setelah melalui 1 interview kerja saja. Pada bulan ke-8 pasca-penelitian, lebih dari 52 persen insinyur yang terbiasa menulis  secara ekspresif telah mendapatkan perkerjaan kembali,” ungkap Adam Grant.

 

Hasil studi ini sesuai dengan riset yang pernah dilakukan oleh James Pennebaker bersama Sandra Beall. Dalam penelitian tersebut, partisipan diminta untuk berusaha menuliskan perasaan terdalam mereka tentang kejadian traumatis besar dalam hidup. “Meskipun saya belum pernah berbicara dengan siapa pun tentang apa yang saya tulis, akhirnya saya dapat mengatasi rasa sakit akan masalah tersebut, alih-alih mencoba untuk menutup diri,” ungkap salah satu peserta.

 

Sebagai Latihan Mengungkapkan Rasa Syukur

Kapan terakhir kali Kamu menghitung semua hal yang harus disyukuri dalam hidup ini? Memiliki jurnal bisa membantumu merasa lebih bahagia, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California dan University of Miami.

 

New York Times melaporkan bahwa memiliki hobi menulis jurnal dapat meningkatkan kebahagiaan, kesehatan, serta hal-hal baik dalam kehidupan. Selain itu, menuliskan apa yang Kamu syukuri selama 15 menit setiap malam bisa membantu Kamu tidur lebih nyenyak, menurut sebuah studi psikologi terapan.

 

Dengan menuangkan rasa syukur ke dalam sebuah jurnal, kepribadianmu lambat-laun akan semakin rendah hati. Sebab Kamu melibatkan Tuhan sebagai sumber kekuatan, yang memungkinkan segala hal baik terjadi dalam hidupmu. Dan biasanya, apa yang disampaikan dari hati pasti sampai ke Maha Pemilik Hati.

 

Tampaknya, waktu memang menjadi poin paling penting agar rutinitas mengekspresikan diri melalui tulisan bisa berjalan alami serta memberi dampak positif. Terus jadikan hobi menulis sebagai bagian dari keseharian, ya. Kamu bisa mencurahkan pikiranmu tidak hanya melalui sebuah jurnal, namun juga via blog.

 

Suatu studi menemukan bahwa blogging dapat memicu pelepasan hormon dopamin, yang akan membuat Kamu merasa senang dan bugar. Jika terlanjur jatuh cinta dengan kegiatan menulis, Kamu juga bisa memotivasi diri untuk serius menekuni bidang ini.

 

Sesekali, sempatkan untuk mengikuti workshop menulis agar gaya tulisanmu berkembang. Banyak berinteraksi dengan para penggiat kepenulisan, agar semakin banyak informasi dan pola pikir positif yang Kamu dapatkan.

 

Tidak perlu terbebani dengan bagaimana cara mengaplikasikan bakat dan ilmu yang sudah dipelajari. Jika kamu memang memiliki niat dan impian yang murni sebagai penulis, ketekunan akan mengantarkan Kamu sendiri pada jalan terbaik. (TA/AS)

Baca juga: Menulis Adalah Terapi Jiwa