Masih ingat film Habibie Ainun? Ya, film yang diangkat dari kisah nyata dari Mantan Presiden B.J. Habibie dan istrinya itu berdasarkan buku yang ditulis oleh B.J. Habibie sendiri. Pasalnya, sepeninggal istrinya, B.J. Habibie tenggelam dalam rasa kehilangan dan kesedihan yang teramat sangat karena cintanya yang begitu mendalam. Psikosomatis malignant istilahnya.

 

Menurut cerita Bapak Habibie, tim dokter mengatakan, jika dia tak berbuat apa pun, Habibie bisa mengikuti jejak istrinya. Maka, dokter pun memberi 4 saran. Pertama, Habibie dirawat di rumah sakit jiwa. Kedua, tetap di rumah tapi ada tim dokter dari Indonesia dan Jerman yang ikut merawat. Ketiga, curhat kepada orang-orang yang dekat dengan Habibie dan Ainun. Keempat, dengan menulis. Habibie pun memilih menulis. Dan dalam waktu 2,5 bulan, jadilah buku berjudul Habibie Ainun yang ditulis Habibie jika ia mengalami depresi.

 

Penelitian awal tentang manfaat menulis ekspresif dilakukan oleh Pennebaker & Beal tahun 1986 di Amerika. Hasilnya menyebutkan bahwa kebiasaan menulis tentang pengalaman hidup yang berharga dapat menurunkan masalah kesehatan. Beberapa penelitian yang lainnya menyebutkan bahwa menulis dalam jangka panjang dapat menurunkan stres, meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, memengaruhi mood, merasa lebih bahagia, bekerja dengan lebih baik dan mengurangi tanda-tanda depresi. Sedangkan dalam aspek sosial dan perilaku, menulis dapat meningkatkan memori, nilai rata-rata siswa sekolah, dan kemampuan sosial linguistik. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, ternyata menulis ternyata bukan sekadar media untuk menuangkan ide dan gagasan, tetapi juga sebagai terapi untuk kesehatan fisik dan mental.

 

Beberapa waktu lalu saya sempat mengalami stres dikarenakan sedang ada masalah dengan salah satu anggota keluarga. Karena tidak dapat diungkapkan, rasanya hati saya gelisah terus menerus. Tidur pun tidak tenang. Sepanjang hari rasanya kepikiran terus. Akhirnya saya menulis.

 

Sejak kecil memang saya hobi menulis. Biasanya saya menulis cerita fiktif. Namun kali ini saya menulis artikel-artikel untuk guesehat.com. Hahaha... Tidak disangka, dalam waktu 2 hari saya bisa membuat 7 artikel dan setelah itu memang perasaan saya jauh membaik. Saya juga tidak menyimpan kegelisahan lagi dan tidur pun nyenyak. Padahal artikel-artikel yang saya tuliskan tidak ada hubungannya dengan mencurahkan isi hati atau apa pun.

 

Tidak heran banyak orang yang senang menulis buku harian. Ternyata menulis memang bisa menjadi terapi jiwa.

 

Saya jadi ingat, Dewi Lestari, penulis Supernova pernah bilang, "Menulislah saat sedang patah hati." :)

 

Ayo, semangat menulis!