Orang dengan diabetes yang akan menjalani puasa Ramadan, memiliki berbagai risiko yang tak diinginkan, seperti: dehidrasi, hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis dan thrombosis Meskipun demikian sebagian besar pasien diabetes (83-89%) tetap ingin mejalankan puasa Ramadan meskipun mempunyai risiko yang tinggi.

 

Bagi Diabestfriend yang tetap ingin menjalankan ibadah puasa, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan, sehingga dokter dapat membantu pasien diabetes yang ingin menjalankan puasa Ramadan dengan edukasi sehingga mengurangi terjadinya risiko yang tidak diinginkan.

 

Terbukti dari suatu penelitian bahwa edukasi khusus Ramadan pada pasien diabetes memperbaiki kepatuhan pasien pada rekomendasi yang dianjurkan dalam menjalani puasa Ramadan.

 

Baca juga: Puasa Ternyata Bermanfaat untuk Kesehatan Otak

 

Persiapan Puasa Penderita Diabetes

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan jika penderita diabetes ingin menjalankan ibadah puasa.

 

Kebutuhan Nutrisi 

Kebutuhan kalori harian untuk orang dengan diabetes adalah sebanyak 1200-2000 kalori yang didistribusikan untuk sahur (30-40%) dan berbuka (40-50%), ditambah 1-2 camilan sehat (10-20%).

 

Komposisi nutrisi terdiri dari:

  • karbohidrat (40-50%), sebaiknya dengan indeks glikemik rendah sehingga energi dapat dilepaskan secara perlahan

  • protein 20-30% berupa kacang-kacangan, ikan, unggas atau daging

  • lemak 30-35% berupa lemak monosaturasi dan lemak tak jenuh ganda. Lemak jenuh harus dibatasi < 10% dari total asupan kalori harian

  • Asupan serat yang cukup dari buah, sayur

 

Kebutuhan cairan

Mempertahankan tingkat hidrasi sangat penting yakni dengan minum cukup air sebanyak 30-50 cc/kg/berat badan. Namun ini perlu disesuaikan dengan kondisi ginjal dan jantung pasien. Hal ini dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan risiko trombosis atau penggumpalan darah.

 

Makan sahur disarankan seakhir mungkin sebelum memulai puasa. Makanan yang mengandung banyak gula, minuman manis, sirup, jus kalengan, atau jus segar dengan tambahan gula harus dihindari setelah berbuka puasa dan di antara waktu makan.

 

Hindari minuman berkafein karena bersifat diuretik yang dapat menyebabkan dehidrasi.

 

Baca juga: Pedoman Puasa untuk Penderita Diabetes

 

Aktivitas fisik

Selama bulan Ramadan, tetap lakukan aktivitas fisik yang rutin. Olahraga ringan dan sedang dapat dilakukan pada pagi hari atau setelah berbuka puasa. Olahraga berat harus dihindari selama jam-jam puasa dan terutama sebelum buka puasa karena risiko tinggi hipoglikemia dan dehidrasi.

 

Sholat Tarawih yang dilakukan di bulan Ramadan juga merupakan bagian dari aktivitas olahraga sehari-hari karena melibatkan aktivitas fisik yang teratur seperti rukuk, berlutut, dan bangun.

 

Kapan Harus Membatalkan Puasa?

Penderita diabetes yang berpuasa harus segara membatalkan puasa jika kadar gula darah 300 mg/dl atau terdapat gejala-gejala hipoglikemia, dehidrasi, atau penyakit akut lainnya , wajib berbuka.

 

Penyesuaian Obat Diabetes

Penyesuaikan obat oral diabetes mungkin perlu dilakukan selama bulan Ramadan bagi yang berpuasa. Misalnya untuk pengguna obat golongan sulfonilurea jenis lama seperti glibenclamide berisiko lebih tinggi untuk menyebabkan hipoglikemia. Disarankan untuk mengganti ke sulfonilurea generasi kedua seperti gliclazide MR, gliclazide, glipizide atau glimepiride.

 

Saat minum obat dan dosis juga bisa jadi disesuaikan. Obat yang biasanya diberikan 3 kali, maka selama menjalani puasa Ramadan, dosis diang hari dihilangkan. Dosis obat yang diminum saat berbuka kemungkinan akan sama. Namun, dokter akan mempertimbangan pengurangan dosis saat sahur terutama untuk pasien diabetes dengan glukosa darah yang relatif terkontrol guna mengurangi risiko hipoglikemia.

 

Untuk pengguna metformin dan obat diabetes oral golongan lainnya seperti DPP 4 inhibitor, biasanya tidak ada perubahan dosis, hanya perubahan jam minum obat.

 

Penyesuaian dosis insulin lebih kompleks lagi sehingga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan Diabesfriends ya!

 

Baca juga: Gejala Syok Insulin yang Perlu Diwaspadai

 

 

 

Referensi:

Panduan Perkeni “Pedoman Penatalakasanaan DM Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan 2022”