Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dengan penyakit arteri koroner sebagai penyumbang utama. Penyumbatan total pada arteri koroner dalam hitungan menit bisa memicu serangan jantung dan menimbulkan kematian mendadak sehingga harus segera ditangani.

 

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2019, menunjukkan bahwa 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Tidak hanya itu, menurut Survey Sample Registration pada 2014, kematian akibat penyakit jantung koroner di Indonesia ialah sekitar 12,9%.

 

Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang disebabkan penumpukan plak pada pembuluh darah koroner (arteri koroner). Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan suplai darah yang mengandung oksigen ke otot jantung. 

 

Terjadinya penumpukan plak di arteri atau biasa dikenal dengan atherosklerosis dapat menimbulkan sumbatan yang memicu serangan jantung. ‘Serangan jantung’ atau disebut juga dengan sindrom koroner akut (SKA) merupakan faktor penyebab utama kematian. 

 

“Gejala serangan jantung seperti nyeri dada di kiri atau tengah, nyeri ulu hati, nyeri punggung, atau nyeri dada seperti dihimpit atau ditekan benda berat. Nyeri bisa menjalar ke lengan kiri, punggung, bahu, rahang, dan disertai sesak napas, dada berdebar, keringat dingin, mual, ataupun muntah,” ujar dr. Hengkie F. Lasanudin Sp. JP(K), FIHA saat berbicara di acara peluncuran #24JamSiaga Cathlab RSPP.

 

Dokter Hengkie menambahkan, pada saat seseorang terkena serangan jantung, maka terjadi penyumbatan total pada arteri koroner. “Dalam hitungan menit bisa menimbulkan kematian sel-sel otot jantung (miokard), sehingga fungsi jantung akan menurun drastis dan gagal berfungsi (gagal jantung),” ungkapnya.

 

Baca juga: Serangan Jantung dan Henti Jantung, Sama atau Beda?

 

 

Perbedaan Sakit Jantung dan Nyeri Dada Biasa

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu gejala serangan jantung ialah nyeri pada dada. Namun, sebagian orang mungkin masih bingung membedakan antara serangan jantung dan nyeri dada biasa. Lantas, apa sih perbedaan sakit jantung dan nyeri dada biasa?

 

Menurut dr. Hengkie, untuk membedakan antara sakit jantung dan nyeri dada, pertama harus memperhatikan durasi yang timbul. Nyeri pada sakit jantung berlangsung tidak terlalu lama dan singkat. Namun, nyeri pada dada yang menyebar harus diwaspadai sebagai serangan jantung.

 

Baca juga: Jangan Abaikan Gejala Serangan Jantung Ini! 

 

Serangan Jantung Harus Segera Ditangani

Menurut dr. Hengkie, kejadian serangan jantung atau sindrom koroner akut harus segera ditangani. “Kalau merasakan gejala, cari klinik terdekat dan kalau bisa yang ada EKG. Atau datang ke rumah sakit yang ada layanan kegawatdaruratan jantung, seperti di RSPP,” jelasnya. 

 

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RSPP itu pun mengungkapkan, semakin cepat sumbatan arteri koroner dibuka, maka akan semakin banyak sel-sel otot jantung terselamatkan sehingga daya pompa jantung dapat dipertahankan. 

 

Upaya membuka sumbatan tadi, ungkap dr. Hengkie untuk melancarkan kembali aliran darah arteri koroner yang tersumbat total yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode kateterisasi jantung dan dilanjutkan dengan pemasangan cincin jantung atau percutaneous coronary intervension (PCI). 

 

Angiografi koroner atau kateterisasi adalah tindakan memasukkan selang kecil atau kateter ke dalam pembuluh darah arteri dan menelusurinya hingga ke jantung dengan bantuan sinar X untuk mengetahui pembuluh darah koroner yang tersumbar dalam arteri koroner. 

 

Setelah menentukan lokasi atau keparahan sumbatan, maka tindakan akan dilanjutkan dengan pemasangan cincin jantung pada lesi yang dianggap perlu. Cincin jantung yang dipasang dalam arteri koroner terbuat dari jalinan logam kecil yang berbentuk tabung dan digunakan sebagai penyanggah agar pembuluh darah tetap terbuka serta tidak mengalami penyumbatan.

 

Baca juga: Kasus Serangan Jantung pada Wanita Hamil Semakin Meningkat







 

Sumber: 

Dokter Hengkie F. Lasanudin, Sp.JP(K),FIHA, ahli jantung dan pembuluh darah saat berbicara di acara peluncuran #24JamSiaga Catheterization Laboratory (Chatlab) Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) pada Kamis, 1 Agustus 2019.