Kabar duka bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sutopo Purwo Nugroho, atau dikenal sebagai Pak Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) meninggal dunia di Guangzhou, China, Minggu (7/7) dinihari.

 

Sutopo meninggal karena kanker paru stadium akhir, yang sudah bermetastasis (menyebar ke organ lain). Sutopo yang dikenal karena selalu memberikan kabar seputar bencana di tanah air, cukup rajin memberikan update tentang kondisi penyakitnya. Terakhir, ia mengunggah di Instagram pribadinya, pamit bahwa akan berobat ke Guangzhou pada 15 Juni lalu.

 

Sejak divonis kanker paru pada 17 Januari 2018, Sutopo sudah menjalani serangkaian pengobatan. Namun sampai saat ini, angka kesintasan untuk kanker paru memang rendah, paling lama hanya 2 tahun sejak terdiagnosis. 

 

Namun harapan untuk bertahan hidup lebih lama sebenarnya mulai ada dengan ditemukannya berbagai pengobatan terbaru, yakni imunoterapi. Apa itu imunoterapi?

 

Baca juga: Penyebaran Kanker Paru Ketua BNPB Sutopo, Apa Pengobatannya?

 

Imunoterapi Memperpanjang Harapan Hidup Penderita Kanker Paru

Imunoterapi adalah pengobatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melawan sel-sel kanker. Caranya dengan memanfaatkan fungsi sel kekebalan tubuh yaitu sel limfosit T.  Tubuh manusia dibekali sel T yang merupakan bagian dari darah putih, untuk melawan penyakit. Sel T ibarat tentara alami tubuh kita.  

 

Selain sel T, sel darah putih memiliki banyak komponen seperti limfosit, basofil, fagosit, dan lain-lain. Komponen yang berperan dalam melawan kanker adalah sel limfosit T dan sel NK. Tetapi, terkadang meksipun sudah memiliki senjata yang banyak, sel-sel kekebalan kita tidak cukup kuat untuk melawan kanker. 

 

Kanker tumbuh secara perlahan, dan pada awalnya kekebalan tubuh manusia dapat membasmi sel kanker sebelum berkembang lebih lanjut. Seiring waktu, sel kanker bertumbuh makin cepat hingga kekebalan tubuh tidak dapat lagi mengimbangi pertumbuhan kanker. Bahkan beberapa jenis kanker juga memiliki mekanisme untuk menghancurkan sel limfosit T.

 

Jadi, pada prinsipnya imunoterapi ini memanfaatkan mekanisme kekebalan sel-sel tubuh kita sendiri untuk melawan kankernya.

 

Baca juga: Fakta Mengejutkan Kekebalan Tubuh Manusia
 

Cara Kerja Imunoterapi pada Kanker Paru

Sebagian sel kanker sangat pandai. Mereka dapat mematikan sensor sel T dengan cara berikatan dengan sel T. Tujuannya agar sel T tidak mampu mengenali sel kanker. Akibatnya mereka menjadi tidak bisa membedakan sel kanker dan sel sehat. Nah cara kerja imunoterapi adalah memutus ikatan antara sel kanker dan sel kekebalan tubuh ini sehingga kembali bisa mengenali sel kanker dan membunuhnya. 

 

Saat ini obat yang bisa memutus ikatan ini disebut anti PD-1 (nama generiknya pembrolizumab). Tidak semua kanker memiliki PD-L1. Karenanya pula, tidak semua kanker bisa diterapi dengan anti PD-1. 

 

Hadirnya anti PD-1 memberikan pilihan terapi yang lebih banyak bagi pasien kanker paru, dengan efikasi yang baik. Berdasarkan penelitian, pemberian obat ini meningkatkan progression-free survival hingga enam bulan. Progression-free survival (PFS) adalah masa selama kanker tidak berkembang. Ini hal yang cukup menjanjikan, mengingat angka kesintasan (survival rate) pasien kanker paru sangat rendah.

 

Sampai saat ini belum ada konfirmasi dari pihak keluarga, pengobatan apa yang dijalani Pak Sutopo di Guangzhou, namun Tuhan sudah memanggilnya. Selamat jalan Pak Sutopo. Jasa Pak Sutopo yang selalu cepat dan akurat dalam menyampaikan kabar bencana di tanah air akan selalu dikenang masyarakat Indonesia. 

 

Baca juga: Mengenal Gejala dan Pengobatan Kanker Paru