Puasa tinggal beberapa hari lagi sebelum hari raya Idul Fitri tiba. Selama sebulan berpuasa, tubuh sudah beradaptasi dengan asupan makan yang berkurang, namun dengan jam makan yang lebih teratur, yaitu dua kali sehari saat buka dan sahur.

 

Dengan kata lain, puasa membuat kita terbiasa dengan pola makan sehat dan tidak berlebihan. Dijelaskan dr. Vikie Nouvrisia Anandaputri, M.Gizi, SpGK, bulan Ramadan sebenarnya bisa menjadi cara untuk kembali berkomitmen menjalani gaya hidup sehat dan seimbang.

 

“Karena di bulan Suci ini, kita diajar untuk memiliki kesadaran untuk mengendalikan diri secara menyeluruh, baik dengan cara mengatur kebiasaan makan hingga mengatur emosi. Ini mengapa puasa bermanfaat langsung untuk kesehatan fisik dan mental,” jelas dr. Vikie dalam webinar yang diselenggarakan Good Doctor Technology Indonesia dan The London School of Public Relation (LSPR) Communication & Business Institute, Jumat, 22 April 2022.

 

Beberapa penelitian, sambung dr. Vikie, menjabarkan bagaimana puasa yang dilakukan secara rutin bisa mengontrol kadar gula darah sehingga menekan risiko terjadinya resistensi insulin. Tak hanya itu, puasa secara rutin juga memberikan waktu istirahat untuk sistem pencernaan.

 

Pada saat berpuasa juga terjadi pembakaran kalori, bahkan penurunan massa lemak sehingga dengan berpuasa dapat mencegah obesitas. Alhasil metabolisme tubuh jadi lebih efisien untuk membakar kalori dalam tubuh.

 

Nah, saat kita tidak lagi berpuasa, bagaimana sebaiknya pola makan yang diterapkan? Apalagi di hari raya biasanya banyak sekali makanan enak dan berlemak. Ikuti tips dari dr. Vikie berikut ya!

 

Baca juga: Puasa Ternyata Bermanfaat untuk Kesehatan Otak

 

Makanan Lebaran dan Fakta Nutrisi di Dalamnya

Selain menjadi ajang berkumpul keluarga dan kerabat, lebaran juga lekat dengan menikmati makanan khas lebaran yang bersantan, berlemak, dan tinggi kandungan gula seperti pada kue dan minuman manis.

 

Konsumsi makanan khas lebaran ini bisa berlangsung sampai 2 minggu lho Gengs! Pasca lebaran, kita masih menghabiskan kue lebaran dan ngemil sana sini. Jangan heran jika timbangan perlahan geser ke kanan tanpa disadari.

 

Ingin tahu berapa kalori sih makanan khas lebaran itu? Dijelaskan dr. Vikie, ada empat jenis makanan yang perlu diwaspadai di hari raya, yaitu makanan bersantan, berlemak, digoreng, dan makanan/minuman manis.

 

Makanan Bersantan

Tahukah Gengs, opor ayam memiliki kandungan lemak 27-40% lho! Komponen terbesar makanan ini adalah santan yang terbuat dari kelapa. Minyak kelapa terdiri dari lemak jenuh dengan komposisi terbanyak adalah asam laurat.

 

"Santan tidak mengandung kolesterol karena kolesterol hanya ada di lemak hewani. Namun, santan apalagi yang dipanaskan berulang-ulang akan menghasilkan minyak jenuh yang menyebabkan kadar LDL atau kolesterol jahat dalam darah meningkat. LDL akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah," jelas dr. Vikie.

 

Menyiasati Makanan Bersantan

- santan tidak dimasak terlalu lama, dan dimasukkan terakhir ke dalam masakan.

- Makanan bersantan sebaiknya tidak dipanaskan berulang, sehingga masaklah secukupnya saja.

- saat mengonsumsinya, ambil bagian kuah bersantan secukupnya saja.

- sertakan makanan berserat seperti sayur untuk membantu mengurangi penyerapan lemak.

 

Baca juga: Hati-hati Mengonsumsi Makanan Ini Saat Lebaran untuk Diabetesi

 

Makanan berlemak

Selain masakan bersantan, di hari raya juga banyak terhidang makanan berlemak hewani seperti daging, kulit ayam, jeroan dan sebagainya.

 

"Lemak hewani ini mudah meningkatkan massa lemak tubuh dan menyebabkan obesitas. Selain lemak jenuh, ada kandungan kolesterol pada makanan-makanan dari hewani ini yang jauh lebih berbahaya jika dikonsumsi berlebihan, karena akan meningkatkan risiko penyakit jantung," jelas dr. Vikie.

 

Untuk menyiasati makanan berlemak, ikuti tips berikut:

- Ambil secukupnya dan tidak usah menambah.

- Sertakan sayuran saat menyantap makanan berlemak hewani.

- Lebih baik pilih lauk rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, ikan, dan kacang-kacangan.

- Ambil lauk tanpa kuah berlemak, buang kulit ayam, atau gajih pada daging.

 

Baca juga: Survei: Setelah Idul Fitri, Berat Badan Orang Indonesia Bertambah 6 Kg!

 

Makanan digoreng

Makanan yang digoreng mengandung lemak trans. Selain terdapat pada makanan yang digoreng, lemak trans juga bisa ditemui di margarin, mentega, makanan kemasan, daging olahan dan makanan siap saji.

 

Sama seperti kolesterol, lanjut dr. Vikie, lemak trans dapat meningkatkan LDL dan menurunkan HDL di dalam darah.

 

Oleh karena itu, batasi makanan yang digoreng dan pilih cara masak selain menggoreng. Misalnya dipanggang, direbus, dikusus atau tumis dengan sedikit minyak sehat.

 

Makanan dan minuman manis

Nah, ini biasanya tidak pernah absen dari menu lebaran. Nastar, kastengel, putri salju, terbuat dari tepung sederhana dan tinggi gula. "Tak hanya tinggi gula, namun juga tinggi lemak karena mengandung butter atau mentega," jelas dr. Vikie.

 

Cara menyiasatinya:

  • Batasi jumlahnya dengan tidak mengonsumsi berlebihan.

  • Ambil 1 kali dari toples lalu letakkan di piring kecil.

 

Baca juga: Penyebab Ingin Terus Makan Makanan Manis
 

Penting untuk Generasi Muda

Informasi kesehatan di atas, penting untuk generasi muda di Indonesia yang semakin sadar akan kesehatan. Program edukasi kesehatan yang diselenggarakan Good Doctor LSPR bertajuk "Good Knowledge, Good Health" yang berlangsung sejak Oktober 2021 dan berakhir pada April 2022, bisa menjadi contoh keberhasilan bahwa dengan pemahaman ilmu kesehatan yang baik, generasi muda bisa bergaya hidup lebih sehat.

 

Head of Medical, PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan, menyebutkan, capaian keberhasilan dari program edukasi ini, dr. Adhiatma pun optimis akan semakin tercipta masyarakat yang sehat karena generasi mudanya sudah memiliki bekal literasi kesehatan yang mumpuni.

 

Baca juga: Masih Muda Kok Sakit Jantung? Begini Cara Mengelolanya Sebelum Terlambat!