Bayi yang baru lahir sering kali membuat orang tua dan orang disekelilingnya gemas karena tingkah dan wajah lucunya. Bayi akan mengalami beberapa fase dalam perkembangannya dan tumbuh lebih cepat, apalagi pada usia emas. Pada fase tersebut, akan ada kejadian yang dilalui si kecil yang dinamakan dengan ‘wonder weeks’.

Wonder weeks ditemukan oleh dua peneliti dari Belanda yaitu Dr. Frans X. Plooij dan istrinya, Dr. Hetty van de Rijt dan menuliskan buku yang berjudul “Wonder Weeks “ pada tahun 1992. Wonder weeks dilihat sejak bayi tumbuh dengan cepat dan mengalami kemajuan fisik dan mental yang cepat yaitu sekitar usia 20 bulan.

Bayi yang mengalami wonder week ditandai dengan 3C: crying (menagis), clingy  (menempel pada ibunya), dan cranky (rewel) walaupun si kecil sedang tidak dalam keadaan sakit. Durasi wonder weeks bisa terjadi

Baca juga: Anak Perempuan Setara dengan Anak Laki-laki

 

Apa Itu Wonder Weeks?

Wonder weeks adalah istilah untuk menjelaskan fase perkembangan mental yang dialami bayi pada 20 bulan pertamanya. Pada saat fisiknya bertumbuh, diperkirakan bayi mengalami kecemasan yang lebih tinggi. Anak yang mulai mendadak rewel menjadi tanda-tanda bahwa ia akan mengalami loncatan pertumbuhan dan perkembangan pada sistem otak serta sarafnya. Pola pikir dan sensorik bayi pun juga menjadi lebih peka. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan neurologis yang besar terjadi pada otak bayi berusia dibawah 20 bulan.

Bayi memiliki 10 tahapan perkembangan mental yang sering ditandai dengan perilaku rewel yang terjadi pada usia-usia tertentu, yaitu:

  • 5 minggu, Changing situation

Bayi mulai bisa menyadari dan memberikan respon pada berbagai stimulus di lingkungannya karena organ, metabolisme dan inderanya yang mulai berkembang

 

  • 8 minggu, Pattern

Saat ini bayi tidak lagi merasa bahwa lingkungannya adalah kesatuan stimulus, namun mampu melihatnya lebih detail dan terpisah. Misalnya, bayi mulai menyadari tangan dan kakinya sendiri

 

  • 12 minggu, Smooth transition

Bayi mulai menyadari dan mengasah pergerakan tubuhnya. biasanya bayi akan memulai gerakan dengan kaku, kemudian ia akan membiasakan dirinya dan mulai mampu bergerak lebih lembut.

Baca juga: Amati Selalu Perkembangan dan Psikologis Anak

 

  • 19 minggu, Events

Bayi mulai mampu merasakan panca inderanya seperti melihat, mendengar, merasa, mencium, dan mengecap

 

  • 26 minggu, Relationship

Bayi mulai menyadari adanya hubungan. Misalnya jarak antara jauh dan dekat, sehingga terkadang bayi akan memberikan respon saat orang yang dikenalnya sedang menjauh atau mendekat

 

  • 37 minggu, Categories

Bayi mulai mengelompokkan serangkaian stimulus dalam menyadari suatu objek. Misalnya, ia mulai mengetahui bahwa kucing adalah hewan berbulu serta anjing bukanlah kuda. Ia mulai menyadari ciri-ciri binatang.

 

  • 46 minggu, Sequences

Bayi mulai mengenali dan mengetahui urutan dari sebuah kegiatan. Misalnya saat sedang mandi dan airnya dialirkan melalui kepala, berarti ia harus menutup matanya atau saat ia makan berarti harus memegang sendok

 

  • 55 minggu, Programs

Bayi menyadari keseluruhan urutan kegiatan, misalnya setelah mandi ia harus menggunakan minyak telon kemudian pakaian. Atau setelah bermain, mainan tersebut harus dikembalikan ke tempatnya.

 

  • 64 minggu, Principles

Saat ini, anak akan mengetahui adanya aturan untuk suatu kejadian. Misalnya ia mulai menyadari bahwa untuk membuat dirinya digendong, ia perlu menangis dan berteriak.

 

  • 75 minggu, Systems

Anak mulai bisa menyesuaikan prinsipnya sesuai dengan lingkungan. Ia mulai dapat memilih ingin menjadi anak yang seperti apa. Misalnya seorang anak yang jujur, sabar, dan perhatian atau malah sebaliknya

 Baca juga: Jika Anak Terlambat Bicara

 

Hal ini terjadi karena tubuh bayi perkembangan stimulus, metabolisme dan indera. Pada fase ini, orang tua diharapkan lebih membuka mata dengan pertumbuhan, perkembangan, perubahan perilaku, dan respons emosional anak-anak bukan melihat perubahan tersebut sebagai perilaku nakal anak. Orang tua juga bisa memberikan penanganan dan pendidikan yang tepat sesuai tahapan perkembangan mental anak. Seperti nilai-nilai sosial yang baik, seperti meminta tolong pada seseorang dengan cara yang baik. Atau mengajari anak agar displin seperti mengembalikan barang-barang ke tempat semula dimana ia mengambilnya.

Jangan lupa untuk memberitahu dan mengajarkan anak bahwa marah, berteriak pada seseorang atau memukul bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Tapi jangan memarahi anak jika ia melakukan kesalahan, anak akan menjadi takut dan bersikap tertutup. (AD)