Apakah belakangan ini Kamu sering sakit perut? Atau sering buang air besar dengan feses cair? Mungkin saja Kamu mengalami kolitis atau peradangan usus besar. Walaupun tidak dapat dideteksi secara dini, namun kolitis merupakan penyakit yang serius jika tidak diobati.

Seperti yang dikatakan oleh Dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD-KGEH., ahli penyakit dalam di RSPI Puri Indah, mengatakan bahwa kolitis adalah suatu proses peradangan yang terjadi pada bagian dinding dalam (mukosa) usus besar yang menyebabkan gejala nyeri, meradang, diare, dan perdarahan anus.

Baca juga: Ini Penyebab Radang Usus yang Anda Alami!

 

Penyebab Kolitis

Penyebab seseorang mengalami kolitis umumnya berbeda-beda. Apa saja jenis radang usus jika dilihat dari penyebabnya?

  • Kolitis akibat infeksi

Terdapat 3 jenis bakteri dan virus yang dapat menyebabkan seseorang mengalami peradangan.

  • Bakteri: terjadi jika mengonsumsi makanan yang terdapat bakteri di dalamnya. Bakteri yang sering menginfeksi adalah Salmonella, E. Coli, Campylobacter, dan Shigella. 
  • Virus: yang dapat menyebabkan radang usus adalah cytomegalovirus, biasanya menyerang seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Kasus ini memang jarang terjadi namun tetap harus diwaspadai.
  • Parasit: biasanya penyebab usus meradang ini giardia, yang masuk ke dalam tubuh akibat air tercemar. Biasanya parasit ada di dalam kolam renang, air sungai, atau air danau, sehingga mudah menginfeksi tubuh seseorang yang suka datang ke tempat tersebut.

 

  • Kolitis dan Inflammatory Bowel Syndrome (IBD)

Penyakit IBD ini berhubungan dengan autoimun yang disebabkan oleh kelainan genetik. Radang ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang menciptakan antibodi yang dapat merusak lapisan usus manusia sehingga terjadi peradangan.

IBD memang berasal dari dalam tubuh, namun tidak akan semakin parah jika tidak ada pemicunya, seperti infeksi virus, obat-obatan tertentu, dan paparan sinar radiasi. Kondisi yang terjadi pada penderita IBD biasanya kolitis ulseratif atau cohrn disease.

 

  • Kolitis akibat insemik

Isemik terjadi karena suatu jaringan tubuh mengalami kerusakan sel, yang menyebabkan gangguan aliran darah, seperti sumbatan pembuluh darah arteri kolon sehingga usus tidak mendapatkan makanan. Lama-kelamaan jaringan usus rusak hingga muncul luka dan peradangan. Orang-orang yang dapat mengalami kondisi ini di antaranya:

  • Orang yang lanjut usia (lansia). Aliran darah yang tidak lancar dapat memperbesar risiko terserangnya lansia terhadap penyakit ini, apalagi yang memiliki riwayat penyakit seperti jantung, diabetes, dan kolesterol.
  • Seseorang dengan atrial fibrilasi, yang memiliki gangguan aliran darah di dalam tubuhnya.
  • Orang yang mengalami anemia atau tekanan darah rendah.
Baca juga: Sering Terkena Masalah Pencernaan? Bisa Jadi Sindrom Usus Bocor!

  

  • Kolitis akibat alergi

Kondisi ini bisa disebabkan oleh makanan yang membuat seseorang alergi. Yang terpenting adalah menghindari seseorang dari penyebab alerginya

 

Gejala Kolitis

Terdapat beberapa gejala yang umum terjadi ketika seseorang mengalami kolitis, di antaranya:

  • Sakit perut
  • Kram perut
  • Diare, dengan atau tanpa darah saat BAB
  • Sulit BAB atau sembelit
  • Kembung
  • Mulas

Selain itu ada juga seseorang yang mengalami kondisi seperti :

 

Gejala yang muncul umumnya mirip satu sama lain, hanya saja yang membedakan adalah lamanya gejala dan gejala tambahan lainnya. Sakit atau nyeri yang terjadi akibat peradangan membuat otot-otot usus tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga makanan yang seharusnya dicern,  justru dikeluarkan kembali yang menyebabkan diare. Diare terjadi akibat usus tidak mampu menyerap air. Hal ini yang mengakibatkan radang usus terjadi.

 

Pengobatan Apa yang Harus Dilakukan?

Jenis pengobatan yang dilakukan berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya. Namun, pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya radang usus adalah mengonsumsi banyak air mineral per harinya.

  • Kolitis akibat infeksi atau bakteri biasanya ditangani dengan memberikan obat dan antibiotik yang umumnya akan membaik dalam 3-4 hari tergantung kondisi tubuh penderita. Jika terkena amoeba, akan diberikan obat antiamoeba.
  • Kolitis isemik dapat diobati dengan cara memberikan obat-obatan yang membuat aliran darah membaik. Kemudian, pasien biasanya akan diberikan cairan yang lebih untuk menghindari dehidrasi.
  • Kolitis dengan IBD biasanya membutuhkan pengobatan jangka panjang yang harus selalu dikontrol. Biasanya dokter memberikan obat dengan jangka 3-6 bulan. Jika semakin parah, dosis akan ditambah. Sebaliknya, jika membaik dosis akan dikurangi. 
  • Nyeri perut dan diare yang hilang dalam 2-3 hari biasanya tidak perlu diberikan obat. Namun bagi yang mengalaminya lebih dari 5 hari, disarankan untuk mengonsumsi parasetamol. Dan untuk menghentikan diare biasanya diberikan loperamid.
Baca juga: Usus Buntu, Makanankah Penyebabnya?

 

Biasanya seseorang dengan usia di atas 50 tahun harus segera melakukan medical check up secara menyeluruh untuk melihat tanda-tanda timbulnya kolitis melalui cek laboratorium atau Fecal Occul Blood Test (FCBT). Namun tidak dimungkiri, seseorang dengan usia 20 tahun ke atas juga dapat mengalami kolitis. Untuk itu, sangat disarankan menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah terserangnya kolitis. Usahakan selalu mengonsumsi serat, menghindari alkohol, berhenti merokok, dan kurangi mengonsumsi makanan berfermentasi, seperti ikan asin, dan ikan yang diasap menurut Dr. Hendra. (AD/AS)