Indonesia semakin dekat dengan penyebaran virus Zika setelah sebanyak 115 orang di Singapura ditemukan telah terinfeksi, Kamis (1/9), termasuk satu WNI yang tinggal di sana. Lalu apa yang terjadi dengan keamanan kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan waspada pada virus Zika? Peningkatan keamanan pun dilakukan di beberapa bandara dan pelabuhan di Indonesia dengan menyiagakan petugas kesehatan, menyediakan alat pemindai suhu tubuh/ thermal scan, mewajibkan penumpang yang datang dari Singapura untuk mengisi health alert card (HAC), serta menyediakan ruangan pemeriksaan hingga karantina. Setelah kasus ini muncul, Kementerian Kesehatan pun menerbitkan travel advisory atau saran tidak bepergian ke Singapura untuk sementara waktu. Dilansir dari Kompas, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia akan semakin memperketat potensi masuknya virus Zika di Indonesia. "Kita yang mau bepergian (ke Singapura) mungkin boleh memikirkan, kalau kepentingannya sangat penting ya apa boleh buat. Tapi kalau bisa ya ditunda," tutur Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/8). Untuk itu, bagi WNI yang terpaksa harus pergi ke Singapura dianjurkan mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat oles anti nyamuk dan tidur dengan kelambu atau tidur di kamar dengan jendela dan ventilasi yang menggunakan kasa anti nyamuk. Sementara untuk ibu hamil tidak dianjurkan untuk bepergian ke daerah penyebaran Zika. Wanita yang baru pulang dari daerah penyebaran virus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk ini pun dianjurkan untuk menunda merencanakan kehamilan selama 8 minggu. Sebelumnya, keberadaan virus Zika di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Lembaga Eijkman ketika memeriksa 261 sampel darah pasien demam berdarah di Kota Jambi. Pada 2014-2015 terjadi kejadian luar biasa demam berdarah dengue (DBD) di sana. Dari total sampel yang dikumpulkan ternyata ada satu sampel yang positif terinfeksi virus Zika. Setelah ditelisik, menurut riwayat perjalanan pasien, ia tidak pernah ke luar negeri atau daerah lain.

2,6 Miliar Orang Terancam Zika

Dilansir dari Time terdapat studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal eLife telah mengungkapkan bahwa virus Zika kemungkinan menyebar ke negara-negara panas dan lembab, tepat di atas dan di bawah khatulistiwa, yaitu sekitar 2,6 miliar orang terancam risiko terjangkit virus ini. Virus Zika memang dinilai tidak terlalu berbahaya bagi kebanyakan orang. Namun, virus ini terbukti dapat menghambat perkembangan otak pada janin wanita hamil. Pada banyak kasus telah menyebabkan bayi mengalami mikrosefali, suatu kondisi di mana terhambatnya perkembangan otak bayi sehingga ukuran kepala bayi menjadi lebih kecil dari proporsi tubuhnya. Virus Zika disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mudah berkembang di daerah panas dan beriklim lembab. Hal ini tentu menjelaskan mengapa angka terbesar dari orang yang terinfeksi virus Zika berada di Amerika Selatan. Contohnya di Brazil, yang sudah ada sedikitnya 1,5 juta kasus hingga saat ini dengan lebih dari 1.000 kasus bayi mengalami mikrosefali. Keterangan ini kemudian memperkuat bagaimana Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi mengalami penyebaran virus Zika. Namun, dengan meningkatkan waspada virus zika yang telah disarankan oleh kementerian kesehatan diharapkan bisa terhindar dari penyebaran virus Zika dengan melakukan 3M Plus yaitu mengurus, menutup, memanfaatkan barang bekas dan Plus menaburkan bubuk larvasida di penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, dan menggunakan kelambu pada tempat tidur.