Gengs, belum lama ini kita disuguhi berita mengenaskan, tentang kematian gajah-gajah Sumatera karena perburuan liar. Binatang dilindungi ini diburu karena dianggap hama. atau diambil gadingnya. Padahal gajah sebenarnya hewan yang bersahabat. Ia juga berguna untuk kelestarian bumi. Salah satunya dari kotoran gajah yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kertas daur ulang.

 

Meskipun terkesan tidak lazim dan agak jorok, faktanya inovasi ini menawarkan alternatif dan sumber daya yang lebih sederhana dibandingkan proses pembuatan kertas menggunakan kayu. Metode terbaru pembuatan kertas ini, bahkan sudah dipublikasikan di American Chemical Academy dan telah diadaptasi oleh para pelaku bisnis kertas di dunia, termasuk Indonesia. 

Baca juga: Mari Jaga Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan! 

 

Ada apa di feses gajah?

Gajah adalah herbivora. Berkat pola makannya yang hanya mengonsumsi tumbuhan, feses dari hewan berbelalai panjang ini mengandung serat tinggi serta kaya akan selulosa (komponen utama bahan baku kertas). Tidak semua feses hewan pemakan tumbuhan bisa diolah kembali menjadi produk daur ulang seperti ini. Contohnya, feses sapi yang sangat halus dan tak berserat. Gajah ini pengecualian.

 

Menurut Andrew Bismarck, seorang doktor filsafat di Universitas Wina, Austria, dengan sejumlah tahapan tepat, kertas yang dihasilkan dari proses daur ulang feses gajah ini, jauh lebih kuat dan lebih multifungsi daripada kertas konvensional. “Bayangkan jika metode ini diterapkan di pusat cagar alam gajah. Akan ada jutaan pohon di hutan yang bisa kita selamatkan, dari limbah gajah yang bermanfaat,” ujar Bismarck. 

 

Proses mendaur ulang limbah gajah dilakukan secara  modern dan bersih. Tahapan paling penting adalah memisahkan serat di feses dengan komponen feses lain menggunakan air. Tak hanya disterillisasi sehingga bebas mikroorganisme berbahaya, bahan kertas juga dihilangkan dari bau yang tidak sedap. Setelah itu baru diolah seperti mengolah kertas dari kayu. 

 

Tingginya kadar serat dalam feses gajah, membuat kertas yang dihasilkan memiliki tekstur lebih kasar dan tebal. Selain itu, kertas ini tak ada bedanya dengan kertas lain. Penggunaan campuran bubur kertas pun menjadikan kertas daur ulang ini seputih kertas pada umumnya.

Baca juga: Hobi Snorkeling? Waspadai 3 Hewan Ini Ya!

 

Potensi bisnis kertas daur ulang dari limbah gajah

Saat pemburu ilegal gencar mengincar gading gajah, tidak demikian dengan pelaku bisnis kertas daur ulang. Mereka justru mengincar fesesnya. Para pebisnis ini tersebar di penjuru dunia, mulai dari Kenya, Sri Lanka, Thailand, hingga Indonesia. Menurut John Matano, salah seorang pengusaha dari Kenya, bisnis kertas daur ulang dari feses gajah sangat mendulang untung. Kertas yang dihasilkan dari feses ini pun, terbilang sangat baik. Bisnis Nampath Paper yang ia geluti, tidak hanya membuka peluang kerja bagi 42 orang pegawai. Melainkan juga menghasilkan profit sebesar $23.000 atau sekitar 325 juta rupiah per tahun.

 

Di Indonesia sendiri, bisnis kertas daur ulang ini sudah digeluti oleh 2 perusahaan, yait PooPaper dari Taman Safari Indonesia dan Bali Safari & Marine Park. Dalam sehari, sekitar 2,5 ton feses gajah dari Taman Safari Indonesia diolah menjadi pupuk kompos dan kertas daur ulang. Sedangkan Bali Safari & Marine Park  yang sudah memanfaatkan limbah gajah untuk didaur ulang sejak tahun 2011, bisa menghasilkan 50-100 lembar kertas daur ulang per hari. 

 

Geng Sehat, rupanya ada banyak cara menyelamatkan lingkungan dan pohon yang semakin langka di bumi. Terkadang hanya dibutuhkan kreativitas sederhana untuk menyelamatkan lingkungan sambil membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Kalau Kamu, sudah ada ide unik apa nih, yang kira-kira bisa dijadikan peluang usaha? (TA/AY)

Baca juga: Mums, Ajarkan si Kecil Belajar Mencintai Lingkungan

 

 Hewan Peliharaan Sesuai Zodiak - Guesehat