Selama 1 dekade terakhir, penggunaan e-book di masyarakat kian populer, terutama di kalangan anak muda. Mungkin dulu Kamu sering mendengat istilah kutu buku, sebutan bagi orang yang tekun berkutat dengan buku. Tetapi kini, potret remaja yang tampak asyik membaca e-book melalui smartphone atau tablet di genggamannya, sudah menjadi pemandangan biasa di sekitar kita. Meski e-book terkesan lebih praktis, rupanya buku memiliki beragam manfaat kesehatan yang lebih baik lho Gengs, dibandingkan buku digital! Bertepatan dengan Hari Kesadaran Membaca Buku yang diperingati setiap 6 September, telusuri yuk, manfaatnya satu persatu!

 

Buku Membantu Tidur Lebih Cepat

Menurut sebuah penelitian di Harvard Medical School, para peneliti menemukan bahwa membaca e-book memiliki dampak buruk pada kesehatan secara keseluruhan, khususnya terhadap siklus jam biologis tubuh. Siklus yang juga dikenal dengan jam sirkadian ini berfungsi untuk yang menyinkronkan ritme harian antara waktu tidur dengan isyarat waktu dari lingkungan sekitar. 

 

Tim peneliti melakukan studi selama dua minggu. Selama masa riset, mereka meminta 12 partisipan untuk membaca di iPad sebelum tidur. Kemudian, di minggu ke-3, partisipan diminta untuk mengulangi studi, namun dengan membaca buku biasa. Hasilnya sangatlah menarik.

 

Baca juga: Membaca sambil Tiduran Bisa Merusak Mata?
 

“Peserta yang membaca e-book, cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk  tertidur,” ungkap Anne-Marie Chang, seorang ahli saraf dari Divisi Gangguan Tidur di  Brigham and Women’s Health Care Center, Foxboroughs, Amerika Serikat. “Akibatnya, waktu tidur dan sekresi hormon melatonin yang dihasilkan oleh tubuh mereka pun berkurang. Berbeda dengan orang yang membaca buku cetak. Buku justru membuat seseorang lebih cepat mengantuk sehingga jam sirkadian mereka tetap normal.”

 

Kenapa dampaknya begitu berbeda? Hal ini dikarenakan, pada dasarnya membaca e-book lebih menyita energi ketimbang membaca buku biasa. Akibatnya, Kamu tidak hanya sulit tidur dengan pulas, melainkan juga cenderung merasa lelah di hari berikutnya.

 

Baca juga: Dampak Bermain Smartphone sebelum Tidur Picu Risiko Kebutaan Sementara

 

 

Buku Lebih Mudah sebagai Pendamping Anak Belajar

Semua orang tahu bahwa membaca merupakan kebiasaan yang baik dikembangkan sejak masa anak-anak. Namun, ternyata metode membaca yang dipilih, juga ikut berpengaruh lho, pada kemampuan si Kecil untuk membaca. Sebuah studi yang dipublikasikan di New York Times melaporkan bahwa, anak-anak usia 3-5 tahun yang sering dibacakan buku elektronik, mereka memiliki skor pemahaman bacaan yang lebih rendah daripada anak-anak yang dibacakan buku dengan cara tradisional.

 

Menurut peneliti, dibandingkan dengan saat Kamu membaca buku biasa, perangkat elektronik kerap membuat fokus dan perhatian seseorang terhadap cerita yang dibaca, teralihkan. Selain itu, tidak sedikit dari orang tua dan anak-anak yang jadi menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan gadget daripada berkonsentrasi pada elemen cerita dan bahasa pada buku yang tengah dibaca.

 

Buku Meningkatkan Retensi Membaca

Seperti yang dilaporkan dalam Scientific American, survei yang dilakukan tahun 2005 di San Jose University menemukan bahwa rasa lelah yang timbul pada syaraf mata saat seseorang lama menatap layar gadget, membuat orang sering mengambil jalan pintas saat membaca. Mereka memilih kata kunci yang paling menarik dan menarik kesimpulan seadanya, daripada melahap kalimat demi kalimat seperti yang kita lakukan jika membaca buku biasa. Lambat laun, pembaca pun terbiasa membaca ke bagian yang paling bagus saja dari buku tersebut. Akibatnya, mereka kerap melewatkan nuansa bahasa dan perjalanan emosional yang bisa dinikmati secara menyeluruh dari sebuah buku.

 

Selain itu, dilansir dari The Guardian, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Stavanger University dari Norwegia terhadap 50 orang, ditemukan bahwa saat membaca buku biasa, pembaca umumnya dapat lebih mudah mengingat keseluruhan alur cerita dengan baik, dibandingkan dengan hasil yang diperoleh saat mereka membaca e-book. Secara signifikan, pembaca e-book lebih sulit untuk melakukan rekonstruksi plot. Mereka bahkan sulit merespons dengan tepat saat diminta mengurutkan 14 kronoligis peristiwa dengan benar, sesuai alur ceritanya.

 

Anne Margen selaku pimpinan riset memberikan penjelasan terkait hal ini. “Saat Kamu membaca buku biasa, Kamu dapat merasakan dengan jari kedua tanganmu menyentuh setumpuk halaman buku. Ini akan meningkatkan kemampuan koordinasi antara indra peraba dan indra visual. Seiring dengan emosimu yang terbawa dalam cerita, otak pun terstimulasi secara fisik untuk mengingat segala sesuatu yang terjadi dalam buku yang tengah Kamu baca,” papar Margen. Semua sensasi ini, tidak akan bisa Kamu temui saat membaca e-book.

 

Layar E-Book Rentan Memicu Stres

Menurut sebuah studi tahun 2009, membaca buku secara manual setidaknya selama 6 menit, dapat membuat seseorang merasa lebih santai. Perasaan rileks ini akhirnya ikut berpengaruh positif. Detak jantung dan tekanan darah mereka terekam lebih stabil setelah membaca buku. Namun, tidak demikian dengan membaca e-book.

 

Penggunaan ponsel atau tablet berulang kali pada larut malam, justru sering dikaitkan dengan risiko depresi, tingkat stres yang lebih tinggi, dan kelelahan di kalangan orang dewasa muda. Pasalnya, saat membaca e-book, ada kalanya Kamu pun sesekali mengecek media sosial. Melompat dari tautan satu ke tautan laman lainnya. Tidak terasa, ini membuat jelang waktu tidurmu lebih tersita. Belum lagi bila Kamu tidak sengaja menemukan postingan di media sosial  yang menumbuhkan rasa sedih, bersalah, atau menyesal. Akhirnya, kinerja yang dikerahkan oleh otakmu sebelum tidur, terlalu berlebihan daripada semestinya.

 

Nah, Geng Sehat sendiri, bagaimana? Apakah termasuk pecinta buku biasa, atau penyuka e-book? Apapun pilihan Kamu, pastikan Kamu memperhatikan dampak baik dan buruknya, ya. Membaca buku biasa mungkin tampak ketinggalan zaman, boros, atau tidak praktis. Tetapi jangan diremehkan lho, manfaat sederhana dari nikmatnya membaca buku di pangkuanmu. Aktivitas sederhana seperti membolak-balik halaman dan tenggelam dalam cerita yang dibaca, ternyata sangat sehat untuk mengasah kemampuanmu agar fokus terhadap sesuatu! (TA/AY)

 

Baca juga: Sering Bermain Gadget? Hati-hati Terkena Sindrom Text-Neck