Salah satu artis Indonesia kembali terseret kasus narkoba. Kali ini, polisi menangkap Januarisman Rutuwene atau yang lebih dikenal sebagai Aris 'Idol', atas kepemilikan narkoba jenis sabu. Menurut keterangan polisi, penyelidikan sudah dilakukan selama kurang lebih satu minggu sebelumnya.
 

Awal mulanya, polisi  menangkap tersangka YW di daerah Larangan, Tangerang. Dari YW, polisi memperoleh informasi bahwa esktasi dan sabu yang ia miliki juga digunakan di sebuah aparteremen di wilayah Menteng Atas, Jakarta Selatan. Kemudian, polisi menggerebek apartemen tersebut dan mengamankan Aris beserta 4 orang lainnya.

 

Dari hasil tes urin, Aris beserta keempat orang tersebut terbukti positif narkoba. Setelah melalui proses interogasi, menurut keterangan polisi, Aris menggunakan narkoba setelah vakum dari dunia hiburan. Ia menjadikan narkoba sebagai pelarian.

 

Mungkin narkoba jenis sabu sudah tidak asing lagi di telinga Geng Sehat. Obat adiktif ini memang merupakan salah satu yang paling 'digemari' para pengguna narkoba. Tapi, apa Geng Sehat tahu asal dan dampak dari kecanduan sabu? Berikut penjelasannya!
 
 
Baca juga: Sebelum Kasus Sabu, Jennifer Dunn Pernah Dipenjara Akibat Ekstasi dan Happy V!

 

Obat Adiktif yang Berbahaya

Sabu berbentuk crystal methamphetamine, merupakan obat kuat dan bersifat sangat adiktif (menimbulkan ketagihan). Sabu memengaruhi sistem saraf pusat dan merupakan obat ilegal.

 

Sabu memang merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk 'pesta narkoba'. Biasanya, pengguna mengisap sabu menggunakan pipa kaca kecil. Namun, pengguna juga bisa memakan, mengendus, atau menyuntikkannya ke vena.

 

Menurut orang yang sudah pernah menggunakan sabu, mereka merasakan euforia atau rasa senang beberapa saat setelah menggunakan obat tersebut. Namun, sabu itu berbahaya. Obat ini bisa merusak tubuh dan menyebabkan masalah psikologis yang cukup parah. 

 

Sejarah Sabu atau Metamfetamin

Metamfetamin merupakan zat stimulan yang sebenarnya sudah digunakan sejak dulu, Selama Perang Dunia II, tentara diberikan metamfetamin supaya tetap terjaga di malam hari. Banyak pula orang yang menggunakan obat ini untuk  menurunkan berat badan dan meredakan depresi.

 

Namun, pada umumnya penggunaan metamfetamin itu ilegal. Satu-satunya produk metamfetamin yang dilegalkan berupa tablet untuk mengobati obesitas dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Metamfetamin dalam bentuk obat legal pun sebenarnya jarang digunakan dan hanya bisa diperoleh di bawah resep dokter. 

 

Sementara itu, crystal meth atau sabu dibuat dengan mencampurkan metamfetamin bersama bahan pseudoefedrin. Zat ini biasa ditemukan di dalam banyak obat demam. Zat pseudoefedrin berfungsi sebagai antikongestif.

 

Efek Penggunaan Sabu pada Fisik, Emosi hingga Tampilan

Aliran sensasi euforia yang kuat beberapa saat setelah menggunakan sabu lah yang membuat banyak pengguna sulit lepas dari ketergantungan. Ketika menggunakan obat ini, zat kimia dopamin mulai membanjiri bagian di otak yang mengatur kepuasan dan kesenangan. Alhasil, pengguna merasa percaya diri dan berenergi. 

 

Dalam kurun waktu singkat, pengguna menjadi ketagihan dan terdorong untuk melakukan apapun supaya bisa merasakan sensasi euforia itu kembali. Lama kelamaan, tubuh pengguna secara otomatis membangun toleransi terhadap sabu. Itu artinya, pengguna membutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi untuk mendapatkan sensasi 'high' yang sama seperti sebelumnya. Semakin tinggi dosis sabu yang digunakan, semakin tinggi pula risiko kesehatannya. 

 

Baca juga: Waspada Narkoba Baru, Sintetis Blue Safir! 

 

Overdosis sabu akan berdampak secara fisik, antara lain meningkatkan suhu tubuh bahkan bisa sangat tinggi sehingga kehilangan kesadaran hingga kematian. Secara psikologis, pengguna sabu dalam waktu lama juga dapat mengalami gangguan kecemasan, bingung, sulit tidur, ketidakstabilan mood, dan mudah tersinggung.  

 

Penampilan pengguna juga bisa berubah secara dramatis. Umumnya, mereka terlihat lebih tua dari umurnya yang sebenarnya, kulit kusam dan berjerawat. Selain itu, sabu juga menyebabkan mulut kering serta merusak atau mengubah warna gigi.

 

Dampak kejiwaan yang lebih berat adalah paranoid dan halusinasi. Sebagian pengguna memiliki  keinginan melukai diri sendiri bahkan orang lain. Belum lagi risiko tertinggi terkena HIV/AIDS. Pasalnya, obat ini bisa menurunkan kesadaran, sehingga pengguna cenderung melakukan perilaku berisiko, seperti seks yang tidak aman.

 

Kenali saat Orang Terdekat Menggunakan Sabu

Waspadai jika seseorang di sekitar Kamu memiliki gejala-gejala di bawah ini:

  • Menjadi cuek akan penampilannya.
  • Terlalu sering menyentuh rambut atau kulitnya
  • Kehilangan selera makan dan mengalami penurunan berat badan
  • Pupil melebar dan pergerakan mata meningkat
  • Memiliki pola tidur yang aneh, misalnya tidak tidur sama sekali selama beberapa hari
  • Sering merasa kaget dan memiliki pergerakan yang terlalu berlebihan
  • Sering meminjam uang atau bahkan mencuri
  • Mood berubah-ubah dan jadi temperamental
  • Berperilaku psikotik, seperti paranoid dan  halusinasi

 

Baca juga: Narkoba, Dapat Membuat Sakau Hingga Merusak Otak!

 

Kecanduan sabu merupakan salah satu jenis kecanduan obat-obatan terlarang yang paling sulit diobati. Namun, dengan kombinasi terapi banyak juga korban kecanduan yang berhasil lepas dari jeratan obat terlarang ini. Kalau Geng Sehat memiliki orang terdekat dengan gejala kecanduan sabu atau narkoba jenis lain, jangan mencoba menolongnya sendiri. Mereka memerlukan tenaga profesional atau program pengobatan khusus agar bisa berhenti dari kecanduan. (UH/AY)

 

Sumber:

WebMD. Crystal Meth: What You Should Know. Juni. 2017.

 

Mengenal jenis obat tablet