Ditengah merebaknya kasus coronavirus di seluruh dunia, peneliti masih berlomba-lomba untuk mengenal lebih jauh virus Covid-19 ini. Nama ilmiah Covid-19 adalah SARS CoV 2, virus penyebab wabah coronavirus yang sudah menyebar ke seluruh dunia.

 

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengenal sifat dan kelemahan virus ini agar manusia bisa membuat obat untuk mengalahkannya. Dari berbagai penelitian yang dilakukan tersebut, ternyata sekelompok dokter spesialis telinga hidung dan tenggorok (THT) menemukan suatu kecenderungan baru. Ternyata ada sejumlah pasien penderita positif SARS CoV 2  yang mengalami gangguan mengecap dan menghidu.

 

Dari sebuah laporan kesehatan di Italia, 34% pasien yang positif SARS CoV 2  mengalami salah satu gangguan antara penghidu (penciuman) atau pengecap, sedangkan 19% mengalami kedua gangguan menghidu dan mengecap.

 

Laporan di Jerman menyatakan 2/3 pasien dengan positif SARS CoV 2  mengalami gangguan penghidu dan pengecap selama beberapa hari, dan laporan dari Korea Selatan, dimana merupakan negara yang melakukan skrining paling luas, 15% pasien mengalami gangguan penciuman. Dari data tersebut, memang ada kecenderungan gangguan diidap oleh penderita SARS CoV 2.

 

Baca juga: Benarkah Obat untuk Hipertensi Bisa Memperparah Infeksi Covid-19?

 

Apa itu Gangguan Mengecap dan Menghidu?

Gangguan mengecap atau disgeusia adalah sensasi yang salah dalam pengecapan. Gangguan ini biasa ditemukan pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi, penggunaan obat asma, dan kekurangan seng.

 

Sedangkan gangguan menghidu atau disebut hiposmia adalah berukurangnya kemampuan untuk mengenali dan mendeteksi bau. Sedangkan anosmia adalah hilangnya kemampuan mendeteksi bau.

 

 Penyebab hiposmia dan anosmia :

  • Infeksi saluran napas dan sinusitis. Adanya radang menyebabkan lapisan saluran napas bengkak dan di invasi oleh sel radang. Semakin sering terjadinya infeksi dan radang, kemampuan menghidu semakin lemah karena ukuran saraf yang mengecil akibat infeksi berulang.
  • Rhinitis alergi. Ini adalah gangguan alergi yang ditandai dengan bersin berulang, hidup mampet/ meler/ gatal, mata gatal, tenggorokan gatal dan batuk setiap terkena paparan tertentu. Radang berulang pada lapisan saluran napas meningatkan risiko hilangnya kemampuan menghidu.
  • Trauma Kepala : cedera pada saraf dan jalur penghidu dapat mengganggu kemampuan menghidu karena terganggunya jalur penyampaian informasi.
  • Konsumsi obat : anti alergi, anti radang serta obat kemoterapi dapat memberikan efek samping gangguan menghidu
  • Infeksi virus : 40% orang dewasa mengalami periode hiposmia atau anosmia setelah infeksi virus. Virus penyebab hilangnya kemampuan penghidu ini umumnya virus yang menyebabkan gejala pernapasan, dan ada lebih dari 200 jenis virus yang menyebabkan gejala ini.

 

Baca juga: Gangguan Penciuman: Hiposmia vs Hiperosmia

 

Bagaimana Virus dapat Mengganggu Indera Penciuman?

Dari berbagai penyebab di atas, ternyata infeksi virus memang bisa menyebabkan gangguan mengecap dan menghidu. Mekanismenya adalah sebagai berikut:

  • Virus SARS CoV 2 atau Covid-19 menyerang lapisan di dalam hidung dan menyebabkan radang sehingga terjadi gangguan penyerapan bau, sama seperti radang lainnya
  • Virus menyerang sel yang dapat menangkap bau, sehingga tidak ada informasi bau yang dikirim ke otak
  • Virus dicurigai dapat menembus lapisan sehingga mencapai bagian otak yang berfungsi memproses informasi bau

 

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gangguan penghidu adalah dengan pemeriksaan fisik ke dokter. Dokter akan menggunakan metode deteksi yang disbeut 40 scracthe and sniff cards, dimana dilakukan pencocokan antara bau yang ada dengan pilihan di kartu yang tersedia.

 

Pemeriksaan ini dianjurkan dilakukan karena sulitnya mendeteksi hiposmia terutama yang ringan, karena banyak yang tidak menyadari. Dari data yang telah dipaparkan tersebut, kemungkinan memang gangguan penghidu dan pengecapan adalah salah satu bentuk awal infeksi SARS CoV 2.

 

Jika Geng Sehat memiliki gangguan penciuman dan pengecapan segera tes ke dokter. Kamu juga direkomendasikan untuk melakukan isolasi diri sebelum terjadi demam, batuk, dan sesak napas, dan berbagai keluhan infeksi Covid-19 lainnya. Isolasi diri dirumah dapat dilakukan jika keluhan ringan, dan anda tidak butuh bantuan orang lain untuk mengurus diri. Stay Healthy!

 

Baca juga: Kenali Gejala dan Penyebab Anosmia!

 

 

Referensi:

Livescience.com. COVID-19 might cause loss of smell. Here’s what that could mean

Theconversation.com. Is the loss of your sense of smell and taste an early sign of COVID-19?