Setelah kemunculan varian Omicron, publik kembali dikenalkan dengan Delmicron, yang merupakan kombinasi varian Delta dan Omicron. Tetapi apakah varian ini benar-benar ada? Yuk, simak faktanya!

 

Apa itu Delmicron?

WHO secara resmi sudah mengumumkan adanya mutasi baru virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 pada November lalu, yaitu varian Omicron. Omicron adalah varian baru dari coronavirus (COVID-19) dengan sejumlah besar mutasi.

 

Para ilmuwan di seluruh dunia mempertimbangkan kemunculan varian baru dan setelah melalui pemeriksaan awal, mereka mengindikasikan bahwa Omicron adalah varian Covid-19 yang paling mengkhawatirkan setelah Delta karena tingkat penularannya yang tinggi.

 

'Delmicron' telah digunakan oleh beberapa orang untuk merujuk pada kombinasi varian Delta dan Omicron. Awal mula munculnya istilah Delmicron adalah karena ada lonjakan kasus yang sama, seperti saat varian Delta juga merebak di sejumlah negara. Saat itu, kemunculan varian Delta memicu “tsunami” Covid-19 di beberapa negara, termasuk Indonesia.

 

Rupanya, varian Omicron inipun menimbulkan lonjakan kasus yang juga tinggi.  Setelah pertama kali terdeteksi bulan lalu, Omicron dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dengan Inggris muncul sebagai salah satu negara yang paling terpukul karena banyaknya korban positif bersama dengan Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Belgia.

 

Baca juga: Sudah Ditemukan di Indonesia, Apakah Varian Omicron Berbahaya?

 

Apakah 'Delmicron' varian baru?

Bukan, 'Delmicron' bukanlah varian atau mutasi baru. Istilah ini lebih kepada situasi lonjakan kasusnya, bukan varian virus baru. Dengan bahasa sederhana, lonjakan kasus akibat varian Delta dan Omicron inilah yang disebut Delmicron.

 

Bisakah varian Delta dan Omicron bergabung?

Data awal menunjukkan bahwa varian Omicron tidak efektif dicegah dengan vaksin Covid-19 yang ada saat ini. Artinya, efektivitas vaksin lengkap yang terdiri dari dua dosis masih kurang maksimal sehingga perlu booster vaksin ketiga. Hal ini karena varian Omicron jauh lebih menular daripada varian Delta, meskipun gejalanya lebih ringan.

 

Dari sisi ilmiah, belum bisa dibuktikan apakah kedua varian ini bisa bergabung membentuk varian baru. Yang sudah pasti adalah, keduanya menimbulkan ketegangan yang sama dalam potensi meningkatkan lonjakan kasus baru.

 

Namun, seorang ahli mengatakan bahwa ada kemungkinan varian Delta dan Omicron dapat bertukar gen dan memicu varian baru, yang bahkan lebih mematikan. Peristiwa ini secara ilmiah disebut 'peristiwa rekombinasi'.

 

Baca juga: Apakah Varian Omicron Berbahaya untuk Ibu Hamil?

 

Bagaimana penamaan varian baru?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi nama varian virus corona dengan huruf Yunani dalam urutan abjad. Misalnya, jika ada varian coronavirus baru, itu akan menjadi alfabet yang mengikuti 'Omicron' - yaitu, pi, rho, sigma, dll. Nama-nama ini diputuskan setelah pertimbangan luas dan tinjauan sistem penamaan potensial.

 

Setelah varian baru ditemukan, WHO memberikan label untuk varian baru tersebut misalnya Variants of Interest (VoI) dan Variants of Concern (VoC) sesuai potensi bahayanya. Untuk kalangan ilmiah dan penelitian, WHO memberikan nama dan label sendiri, misalnya untuk varian Omicron memiliki nama ilmiah B.1.1.529.

 

Perhatian ahli kesehatan dan pengambil kebijakan di seluruh dunia saat ini adalah meredam kasus infeksi Omicron dengan berbagai cara. Salah satunya vaksin booster dosis ketiga. Selain itu protokol kesehatan seperti membatasi perjalanan, menggunakan masker, dan menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan pakai sabun harus terus diterapkan. 

 

Pemerintah Indonesia berencana mengadakan booster mulai 2022, dengan prioritas adalah lansia. Masyarakat bisa melakukan vaksin booster 3 bulan setelah vaksinasi lengkap.

 

Baca juga: Risiko Infeksi Ulang Tinggi, Peneliti Sarankan Booster untuk  Tangkal Varian Omicron

 

 

Referensi:

Wionews.com. What is 'Delmicron'? Is it a new variant or a mutant? All you need to know

Businesstoday.in. Is Delmicron a new COVID-19 variant? Here’s what you need to know