Memasuki tahun 2022, pemerintah menetapkan aturan baru terkait pembelajaran tatap muka terbatas (PTM Terbatas) 100% bagi siswa-siswi sekolah. Sayangnya, tak lama setelah pemberlakukan aturan baru tersebut, kasus pandemi Covid-19 dengan jenis baru, yakni Omicron, kembali merebak. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran baru bagi para orang tua.

 

Untuk mengurangi kekhawatiran tersebut, SoKlin mengadakan Webinar Ruang Keluarga SoKlin Antisep bertajuk “PTM di Tengah Kasus Omicron yang Beranjak Naik, Bagaimana Orang Tua Menyikapinya?” pada Kamis, 20 Januari kemarin.

 

Baca juga: Si Kecil Sekolah Tatap Muka, Siapkan Protokol 3M untuk Anak!
 

Pemerintah Wajib Memberi Hak Perlindungan bagi Peserta Didik

Pada dasarnya, pelaksanaan PTM dilakukan guna menghindari fenomena learning loss yang berpotensi terjadi akibat pembelajaran secara daring dalam waktu lama. Pemerintah sendiri sebenarnya juga sudah menyiapkan regulasi terkait protokol kesehatan yang cukup ketat. Namun, hal tersebut masih membuat sebagian orang tua merasa khawatir terkait aktivitas belajar tatap muka di sekolah. Hal ini tentu saja karena para siswa masih harus menghadapi risiko terpapar virus akibat interaksi secara fisik.

 

Dalam webinar, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., selaku Direktur Sekolah Dasar, Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen Kemendikbud mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan hak perlindungan kepada peserta didik, agar mereka sehat dan selamat. 

 

“Prioritas sehat dan selamat untuk para peserta didik PTM Terbatas 100%, ingat terbatas ya, apalagi di sekolah yang berada pada zona level 3, itu masih harus bergiliran masuk sekolah atau blended learning,” ungkapnya. 

 

Sri menambahkan bahwa pendidikan merupakan hal penting. Sangat disayangkan jika kualitas pendidikan di Indonesia semakin tertinggal, ditambah lagi dengan kondisi pandemi. Oleh karenanya, PTM bisa menjadi jawaban untuk mengejar ketertinggalan tersebut, tapi tetap harus menerapkan prokes yang berlaku.

 

Selain menerapkan prokes, Sri juga menjelaskan bahwa tenaga pengajar tentunya sudah divaksin secara lengkap, sembari peserta didik juga secara bertahap dilengkapi vaksinnya.

 

“Vaksinasi dan prokes saja tidak cukup, perlu adanya perubahan perilaku yang baik pula. Orang tua harus dapat mengedukasi anak-anak bahwa kita harus menjadi masyarakat yang siap menghadapi tantangan, seperti pandemi ini. Kita harus bisa saling menguatkan dan saling mengingatkan,” ujar Sri.



Baca juga: Begini Anjuran IDAI Terkait Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka di Awal 2022
 

Lindungi Anak dengan Vaksinasi dan Jaga Kesehatannya

Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis anak, dr. Lucia Nauli Simbolon, M.Sc, Sp.A., juga mengatakan bahwa pemberian vaksin untuk mendukung pelaksanaan PTM sebenarnya tidak memiliki efek samping berbahaya pada anak. 

 

“Kondisi kesehatan anak dipengaruhi oleh multi-faktor ya, mulai dari asupan bergizi dan seimbang, minum yang cukup, prokes, serta vaksinasi berbagai penyakit,” terang dr. Lucia.

 

Selain vaksinasi, menurut dr. Lucia, pelaksanaan PTM dalam kelompok belajar kecil juga memudahkan proses contact tracing jika terdapat kasus positif. 

 

Infeksi Covid-19 pada anak dapat menyebabkan kondisi yang disebut MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). Hal ini merupakan kondisi di mana banyak organ tubuh yang mengalami peradangan pada anak yang sebelumnya terkena Covid-19. Keluhannya pun beragam mulai dari ringan ke berat, seperti demam, nyeri, sulit bernapas, kebiruan atau pucat, yang dapat menyebabkan kondisi kritis hingga dapat menyebabkan anak meninggal dunia.

 

“Terdapat sekitar 0,14% anak yang dinyatakan MIS-C, sedikit ya sepertinya, tapi jangan sampai anak terkena, akan sedih sekali,” imbuhnya.

 

Oleh karena itu, kita wajib menjaga kesehatan anak. Orang tua harus menumbuhkan gaya hidup aktif terhadap anak. Anak-anak direkomendasikan bergerak aktif 1 jam sehari, sedangkan dewasa 30 menit sehari untuk aktivitas fisik. Orang tua juga harus membatasi waktu gawai anak-anak, memastikan anak memiliki tidur yang cukup dan berkualitas, makanan bergizi dan seimbang, cairan cukup, pemanfaatan energi secara tepat, mendapatkan dukungan mental dan sosial, serta vaksinasi secara lengkap.

 

“Varian virus corona terus bermutasi. Meskipun data pastinya belum lengkap untuk Omicron, namun yang jelas pemberian vaksinasi Covid-19 91% efektif mencegah terjadinya kejadian MIS-C pada anak. Oleh kerenanya, kita harus merubah gaya hidup menjadi lebih bersih dan sehat,” tutupnya.

 

Baca juga: Waspada, Anak-anak Lebih Rentan Terinfeksi Omicron!