Merebaknya varian Covid-19 yakni Omicron cukup meresahkan. Meskipun gejala infeksi Omicron dikatakan ringan mirip pilek saat flu, namun risiko infeksi ulang dengan varian coronavirus Omicron ternyata lebih tinggi hingga lima kali lipat. Selain itu, belum bisa dibuktikan apakah memang gejalanya lebih ringan daripada varian Delta.

 

Hal tersebut terungkap melalui penelitian di Eropa, ketika kasus Covid-19 kembali melonjak di benua biru tersebut dan mengancam perayaan akhir tahun. Hasil penelitian Imperial College London didasarkan pada data Badan Keamanan Kesehatan Inggris dan Layanan Kesehatan Nasional pada orang-orang yang dites positif COVID-19 dalam tes PCR di Inggris antara 29 November hingga 11 Desember 2021.

 

Bagaimana menangkal coronavirus varian Omicron ini? Peneliti menyarankan vaksin ketiga atau booster yang bisa memberikan perlindungan terhadap gejala berat saat terinfeksi Omicron hingga 85%.

 

Baca juga: Sudah Ditemukan di Indonesia, Apakah Varian Omicron Berbahaya?

 

Vaksin Covid-19 Tidak Bisa Melindungi Kita dari Omicron?

Vaksin Covid-19 membantu mengajari tubuh kita cara melawan Covid-19. Tetapi vaksin yang sudah digunakan saat ini tidak dirancang untuk memerangi varian Omicron yang merupakan varian mutasi tinggi. Beberapa literatur menyatakan vaksin Covid-19 yang ada saat ini hanya memberikan sedikit perlindungan terhadap Omicron dibandingkan varian mutasi sebelumnya, bahkan varian Delta.

 

Booster bisa mencegah infeksi dengan gejala berat hingga membutuhkan perawatan di rumah sakit akibat Omicron. Suntikan ketiga akan membuat tubuh menghasilkan antibodi yang lebih tinggi untuk melawan virus.

 

Antibodi ini akan menempel pada virus untuk menghentikannya memasuki sel dan bereplikasi. Apakah vaksin lengkap 2 kali saja tidak cukup? Penelitian menemukan,  ada pengurangan 20 hingga 40 kali lipat dalam kemampuan antibodi untuk mematikan virus Omicron.

 

Bahkan dengan booster pun, perlindungan terhadap gejala berat karena Omicron mungkin hanya sekitar 80 hingga 85,9%, dibandingkan perlindungan untuk varian Delta yang mencapai 97%.

 

Salah satu peneliti dari Imperial College, Prof Azra Ghani mengatakan, sampai saat ini belum bisa dipastikan seberapa parah penyakit yang disebabkan oleh varian Omicron dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh varian sebelumnya.

 

Sampai hal ini bisa dipastikan, yang mungkin membutuhkan penelitian berbulan-bulan, pemerintah di semua negara perlu menyusun rencana sejak sekarang untuk mengurangi potensi dampak apa pun. "Salah satunya, berdasarkan penelitian awal adalah pentingnya memberikan dosis booster sebagai bagian dari melindungi kesehatan masyarakat yang lebih luas."

 

Baca juga: Asyik, si Kecil Bisa Vaksin Covid-19!

 

Kapan Vaksin Booster Dilaksanakan?

Mulai tahun depan, Indonesia akan melaksanakan penyuntikan booster vaksin Covid-19 (dosis ketiga) ke masyarakat yang sudah vaksin penuh. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, booster vaksin Covid-19 akan dijalankan dengan dua skenario. Untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan akan ditanggung APBN. Jumlahnya 83,1 juta orang dan disiapkan 92 juta vaksin.

 

Sisanya harus membayar sendiri dengan total 125,2 juta orang atau setara 139 juta vaksin. Untuk vaksinasi ini ada cadangan vaksin 10%. Vaksinasi booster akan dilakukan di klinik dan fasilitas kesehatan swasta. Sementara untuk puskesmas akan difokuskan untuk vaksin rutin.

 

Baca juga: Sudah Sembilan Vaksin COVID-19 Dapat Ijin Penggunaan di Indonesia

 

 

 

Referensi:

Reuters.com. Oomicron five times more likely reinfect than delta

BBC.com. Booster at least 80% effective against severe Omicron