Saat ini terjadi peningkatan kasus Covid-19 secara signifikan di Indonesia, diduga akibat varian Omicron. Varian Omicron memiliki kemampuan penularan dan memperbanyak diri yang lebih tinggi dari varian sebelumnya.

 

Dokter Spesialis Penyakit Paru dari RSUP Persahabatan, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam Talkshow Kesehatan secara virtual yang diadakan oleh SOHO, 3 Februari 2022, menjelaskan,  sebagian besar kasus Omicron adalah kasus tanpa gejala atau ringan, dan banyak ditemukan pada orang yang sudah menerima vaksin dosis lengkap.

 

''Tetapi ini bukan berarti vaksin tidak efektif, vaksin bermanfaat untuk mencegah munculnya gejala varian Omicron. Waspada jika yang terinfeksi adalah kelompok rentan seperti lansia, orang dengan komorbid, dan anak-anak,“ jelas dr. Erlina.

 

Ia menambahkan, 20% kasus Omicron di Indonesia adalah kasus penularan lokal. Penularan infeksi varian Omicron harus dihentikan karena jika tidak terkendali dapat menyebabkan sistem kesehatan Indonesia menjadi kewalahan. Perlu peran pemerintah yang membuat kebijakan dan masyarakat pun harus maksimal untuk mencegah penularan.

 

Mengutip Dr. Maria Van Kerkhove selalu WHO Technical Lead on Covid-19, Omicron sangat dominan saat ini dibandingkan Delta dengan peningkatan kasus yang signifikan alias lebih menular. Lebih banyak kasus artinya potensi rawat inap tinggi dan dapat mengganggu sistem pelayanan kesehatan.

 

Lantas bagaimana cara menghadapi varian Omicron ini? Simak pendapat dua ahli berikut ini!

 

Baca juga: Kasus Omicron Makin Bertambah, Catat Panduan Pengobatannya!

 

Apakah Ada Gejala Khas Omicron?

Spektrum derajat infeksi Omicron beragam, bisa tanpa gejala, ringan, perlu rawat inap bahkan kematian. Meskipun data awal menunjukkan gejala Omicron lebih ringan, virus ini masih berbahaya terhadap populasi rentan, yaitu usia lanjut, orang dengan komorbid, dan lainnya.

 

Menurut dr. Erlina, gejala klinis Covid-19 varian Omicron adalah sebagai berikut:

 

Gejala khas

  • Hidung tersumbat atau rinore/hidung berair.

  • Nyeri tenggorokan, terutama tenggorokan gatal

 

Gejala yang cukup sering ditemui

  • Mudah lelah

  • Sakit kepala

  • Nyeri otot

  • Batuk

 

Baca juga: Puncak Omicron Diperkirakan Pertengahan Februari, Ini Rekomendasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia!
 

 

3 Cara Tangkal Omicron: Vaksin, Prokes, dan Perkuat Daya Tahan Tubuh

Bagaimana jika terinfeksi Omciron? Dr. Erlina berpesan untuk tidak panik, namun tetap waspada. Segera lakukan vaksinasi Covid-19 terutama untuk kelompk rentan dan lansia.

 

"Untuk sementara tidak perlu bepergian ke luar negeri jika tidak mendesak. Selalu terapkan protokol kesehatan 5M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumuman, mengurangi mobilitas). Pemerintah juga harus memperkuat 3T yaitu testing, tracing, dan treatment," jelas dr. Erlina.

 

Selain prokes, salah satu upaya mencegah tertular Omicron adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Caranya dengan menerapkan gaya hidup sehat.

  • olahraga 30 menit sehari

  • berhenti merokok

  • mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang

  • istirahat cukup

  • jaga kebersihan diri dan lingkungan

  • kendalikan jika punya penyakit lain

  • segera ke dokter jika mengalami gejala yang disebutkan di atas.

 

Prof.Dr. dr. Iris Rengganis Sp.PD-KAI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi dari RSCM Jakarta, menambahkan, sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang baik. Tubuh juga memiliki sel-sel pertahanan tubuh yang sangat banyak dengan fungsi kerja berbeda yang semuanya bertujuan menangkal infeksi dari luar. Pertahanan tubuh ini akan semakin kuat dengan tambahan vaksin yang spesifik.

 

Namun, sistem daya tahan tubuh seseorang berbeda-beda dan bersifat individual. Beberapa faktor yang memengaruhi mulai dari genetik, infeksi sebelumnya, indeks masa tubuh, nutrisi, ada-tidaknya kormobid, termasuk status psikis emosional. Semuanya, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi sistem imun tubuh seseorang.

 

“Penanganan setiap orang itu harus case-by-case atau tailor made bergantung pada kondisi masing-masing orang. Namun, penanganan yang berlaku untuk semua orang adalah upaya protokol kesehatan. Saat ini, dua kali vaksinasi tidak cukup. Harus memberikan dosis booster atau dosis penguat. Selain sudah divaksinasi dan jaga Prokes, tidak ada salahnya juga kita menguatkan daya tahan tubuh kita dengan mengonsumsi imunomodulator,” papar Prof Iris.

 

Beberapa mikronutrien yang penting sebagai imunomodulator antara lain vitamin A, C, D, E, B6, B12, folat, zat besi, zink, dan lain-lain. Suplemen juga bisa didapatkan dari bahan herbal misalnya Echinacea purpurea dan black eldeberry.

 

Prof. Iris menjelaskan, Echinacea bekerja untuk memodulasi sistem imunitas, terutama terhadap deteksi virus, Zinc bekerja untuk meningkatkan kerja sistem imun terhadap infeksi virus, black eldeberry dapat membantu meningkatkan respon inflamasi. Vitamin C bekerja sebagai antioksidan dan co-faktor penting dalam fungsi imunitas, Vitamin D bekerja sebagai hormon yang reseptornya banyak ditemukan dalam sistem imun dan berfungsi sebagai imunomodulator yang efektif.

 

Bagaimana mengonsumsi semuanya? Umumnya satu jenis suplemen sudah menggabungkan beberapa golongan zat dengan mekanisme kerja berbeda untuk saling bersinergi sehingga efeknya lebih kuat dan meminimalkan efek samping.

 

Baca juga: Minum Suplemen Imun Tiap Hari, Amankah?