Anosmia adalah kondisi saat Kamu tidak dapat membaui atau mencium aroma maupun bau. Kehilangan indera penciuman ini bisa bersifat sementara atau permanen. Kondisi yang mengiritasi lapisan hidung, seperti alergi atau pilek dapat menyebabkan anosmia sementara nih, Gengs. Lantas, apa saja gejala dan penyebab anosmia?

 

Penyebab Anosmia

Anosmia sering kali disebabkan oleh pembengkakan atau penyumbatan pada hidung. Kondisi ini membuat Kamu tidak dapat membaui atau mencium aroma ataupun bau. Berikut beberapa penyebab anosmia yang perlu Kamu ketahui!

 

1. Iritasi selaput lendir yang melapisi hidung

Iritasi pada selaput lendir yang melapisi hidung ini bisa saja karena infeksi sinus, selesma (batuk pilek), influenza, kebiasaan merokok, dan rinitis alergi. Pilek juga merupakan penyebab paling umum dari anosmia. Namun, dalam hal ini, anosmia akan membaik dengan sendirinya. 

 

2. Penyumbatan saluran hidung

Anosmia atau kondisi hilangnya indera penciuman bisa terjadi jika ada sesuatu yang secara fisik menghalangi masuknya udara ke dalam hidung, seperti tumor, polip hidung, ataupun kelainan tulang di dalam hidung yang disebut juga dengan septum hidung. 

 

3. Kerusakan saraf atau otak

Reseptor di dalam hidung berperan mengirimkan sinyal melalui saraf ke otak. Anosmia bisa terjadi saat ada bagian dari jalur sinyal yang mengalami kerusakan. Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti penyakit Alzheimer, tumor otak, gangguan hormon, tiroid yang kurang aktif, obat-obatan tertentu, penyakit Parkinson, skizofrenia, epilepsi, diabetes, atau cedera otak.

 

Baca juga: Cara Membersihkan dan Menjaga Paru-paru 

 

Gejala Anosmia

Seperti yang diketahui, anosmia adalah kondisi saat Kamu tidak dapat membaui atau mencium aroma maupun bau secara menyeluruh atau sebagian. Kondisi kehilangan indera penciuman ini memang sulit untuk diukur. Namun, jika Kamu tidak dapat membaui atau mencium bau maupun aroma tertentu karena pilek atau alergi dan tak kunjung membaik setelah satu atau dua minggu, segeralah ke dokter. 

 

Dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kondisi yang Kamu alami. Selain itu, dokter juga akan melihat kondisi hidung dengan alat khusus. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada infeksi, polip, atau pertumbuhan jaringan lainnya yang dapat mengganggu kemampuan mencium atau membaui.

 

Nah, sebagai pemeriksaan lanjutan, Kamu juga mungkin diminta untuk menjalani beberapa pemeriksaan, di antaranya CT scan, pemeriksaan MRI, rontgen pada tengkorak, hingga endoskopi untuk melihat kondisi dalam hidung. 

 

Baca juga: Prosedur Bronkoskopi untuk Meneropong Paru, Begini Persiapannya! 

 

Pengobatan untuk Anosmia

Pengobatan untuk anosmia tergantung pada penyebabnya. Jika Kamu mengalami anosmia karena infeksi, alergi, pilek, atau sinus, biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, Kamu perlu berkonsultasi dengan dokter jika anosmia tidak kunjung hilang meski gejala pilek dan alergi sudah membaik. 

 

Pengobatan yang mungkin diberikan dokter yang disebabkan oleh iritasi hidung, seperti antihistamin, semprotan hidung steroid, antibiotik, dan dekongestan. Dokter juga bisa saja melakukan prosedur pengangkatan polip, meluruskan septum hidung, atau membersihkan sinus.

 

Kalau Kamu merasa obat tertentu yang Kamu konsumsi memengaruhi indera penciuman, ungkapkanlah hal ini pada dokter. Namun, jangan berhenti minum obat tersebut jika Kamu belum berkonsultasi dengan dokter. Jika Kamu merokok, mulailah kurangi dan berhentilah. Hal ini karena merokok dapat menumpulkan kemampuan indera penciuman.

 

Baca juga: Dampak Polusi Udara, Warga Jakarta Terancam Penyakit Paru Ini!



Jadi, kalau Kamu mengalami kondisi kehilangan indera penciuman atau tidak mampu membaui atau mencium aroma atau bau tertentu secara menyeluruh atau sebagian, segeralah ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Yuk, cari dokter yang ada di sekitar Kamu dengan fitur ‘Direktori Dokter’ yang tersedia di GueSehat.com!

 





 

Referensi: 

Healthline. 2019. What is Anosmia?

WebMD. 2019. Anosmia: Symptoms, Causes, and Treatments.