Beberapa minggu terakhir, kanker otak ramai diperbincangkan. Pemicunya adalah kabar yang menyatakan aktor sekaligus penyanyi Agung Hercules, dirawat karena menderita kanker otak.

 

Nah apa sebenarnya kanker otak itu, apakah perjalanan penyakit ini sama saja dengan jenis kanker lainnya? Guesehat dan beberapa media lain, menemui dokter spesialis bedah saraf, Dr. dr. Made Agus M. Inggas, di MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, belum lama ini.

Dr. Made meluruskan beberapa pemahaman yang keliru tentang kanker otak, dan juga pegobatannya yang kini ditanggung BPJS! Yuk simak penjelasan salah satu pakar kanker otak ini.

 

Baca juga: Agung Hercules Dikabarkan Idap Kanker Otak, Kenali Gejalanya!



Jenis-jenis Kanker Otak, Mana Paling Berbahaya?

Menurut dr. Made, kanker otak termasuk salah satu kanker paling ganas, yang penyebarannya sangat cepat. Banyak pasien yang bertanya-tanya apakah kanker otak bisa disembuhkan, begitu didiagnosis oleh dokter.

 

Secara umum, kanker otak terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Kanker otak primer adalah kanker yang selnya berasal dari otak. Artinya, kanker ini tumbuh pertama kali di otak. Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta ini melanjutkan, bahwa secara teori, kanker otak primer bisa menyebar ke bagian otak lain. “Tetapi hampir tidak pernah terjadi kanker otak primer menyebar ke bagian tubuh lain,” jelasnya.

 

Lantas apa bedanya dengan kanker otak sekunder? Kanker otak sekunder adalah sel kanker di otak yang merupakan penyebaran dari jenis kanker lain, misalnya penyebaran dari kanker payudara, atau kanker paru.

Seperti kanker pada umumnya, kanker otak primer dibagi sesuai deradat atau grade. Grade 1 atau yang paling ringan yakni pilocytic astrocytoma; grade 2 disebut diffuse astrocytoma (astrocytoma derajat rendah); grade 3 yakni anaplastic astrocytoma; dan grade 4 adalah glioblastoma multiforme.

 

Grade satu dan dua masih disebut tumor otak. Yang disebut kanker otak primer yakni grade tiga dan empat. Glioblastoma adalah yang paling ganas dan paling tinggi stadiumnya,” papar Dr. dr. Made.

 

Baca juga: Anak Bisa Terkena Infeksi Otak karena Terlalu Banyak Main Handphone? Hoaks!


Apakah Kanker Otak Bisa Disembuhkan?

Pada orang usia 60 tahun ke atas, kanker otak umumnya langsung muncul pada grade 4. Ini bisa terjadi karena mutasi yang terjadi terlalu banyak dan berat. Sedangkan pada anak-anak atau dewasa muda biasanya kanker terjadi secara bertahap. Diawali dari grade 2, berkembang jadi grade 3, lalu menjadi grade 4.

 

Apakah kanker otak bisa disembuhkan? Secara teori, harapan hidup pasien glioblastoma yang menjalani pengobatan lengkap bisa bertahan selama dua tahun. Tetapi menurut dr, Made, banyak juga yang bisa bertahan sampai lebih dari lima tahun.

 

Konsep sembuh antara pasien dan dokter kadang berbeda. Banyak pasien yang berharap sel kanker sepenuhnya hilang dari tubuhnya. “Namun bagi kami para dokter, jika kanker tidak lagi progresif, atau bisa dikendalikan, dan tidak menimbulkan gejala apapun pada pasien, itu sebuah kemajuan yang luar biasa. Karena memang sulit untuk menghilangkan sepenuhnya sel-sel kanker dari tubuh termasuk otak,” papar dr. Made.

 

Baca juga: Ternyata Ini Dampak Berbuat Baik Terhadap Otak!



Waspadai Gejala Kanker Otak Berikut!

Kanker otak sering kali sulit dikenali. “Kadang bisa menyerupai gejala maag, flu, sakit kepala, mual dan muntah,” ungkap dr. Made. Sakit kepalanya pun tidak khas, dan sangat bervariasi. Ada yang seperti migrain, ada yang seperti vertigo, ada pula yang hanya muncul di pagi hari.

 

“Yang pasti, perlu waspada bila sakit kepala terus menerus, sulit disembuhkan, dan makin progresif. Misalnya sekarang sakit kepala, lalu minum obat. Besoknya sakit lagi, dan obat seperti kemarin tidak mempan lagi; itu berarti progresif. Tandanya ada sesuatu di otak,” lanjutnya.

 

Selain gejala umum yang tidak khas, ada pula gejala lain, sesuai dengan lokasi kankernya. Bila kanker tumbuh di pusat bicara maka gejalanya mungkin kesulitan/tidak bisa bicara. Bila yang terjangkit adalah bagian asosiasi, maka penderita tetap bisa bicara, tapi mungkin tidak nyambung.

 

Gangguan fungsi seperti contoh di atas muncul bila kanker tumbuh di bagian otak besar. Bila kanker ada di otak kecil, biasanya gejala berupa vertigo. Sedangkan bila tumor ada di batang otak, umumnya ada penurunan kesadaran. “Batang otak hanya seukuran ibujari orang dewasa. Bila ada kanker di sana, langsung muncul gangguan,” ujar Dr. dr. Made.

 

Ia menyarankan agar melakukan pemeriksaan MRI, bersamaan dengan medical check up rutin, sehingga kanker otak bisa dideteksi secara dini, dan segera dilakukan pengobatan. Dengan demikian, angka keberhasilan pengobatan akan lebih tinggi.

 

Baca juga: 5 Penyebab Sakit Kepala yang Tidak Biasa!

 

Pengobatan Kanker Otak Ditangung BPJS

Menurut Dr. dr. Made, standar pengobatan kanker otak yakni dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi. Setelah kanker diambil lalu diketahui jenisnya, selanjutnya dilakukan radioterapi untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tertinggal. Setelah itu baru dilakukan kemoterapi.

 

Kemoterapi untuk kanker otak sedikit berbeda dengan kanker lain. Obatnya berupa pil, bukan cairan yang diinfus. “Sampai sekarang obatnya cuma satu, yakni temozolamide. Itu terapi standar untuk glioblastoma yang sudah diterima secara internasional,” jelas dr. Made.

 

Temozolamide diberikan dalam enam seri. Dalam satu seri, obat diminum setiap hari selama lima hari. Setelah itu istirahat selama 23 hari. Lalu masuk ke seri dua, istirahat lagi 23 hari, dan begitu seterusnya hingga enam seri.

 

Efikasi temozolamide sama baiknya dalam bentuk pil maupun infus. “Dalam bentuk pil tidak rusak di lambung, sehingga 100% diserap masuk ke darah. Lalu bisa tembus 100% ke sawar otak, sedangkan obat kemo yang lain tidak bisa menembus karena molekulnya besar,” papar dr. Made.

 

Rangkaian pengobatan kanker otak mulai dari operasi, radioterapi, hingga kemoterapi, sudah ditanggung BPJS. Sayangnya, temozolamide khusus untuk kanker otak grade 4. “Kabar baiknya, tahun depan untuk kanker grade 3 pun ditanggung BPJS,” ujarnya.

 

Setelah menjalani enam seri kemoterapi, dilakukan evaluasi dengan MRI kepala. Selanjutnya, monitoring MRI tiga bulan kemudian, dan diulang tiga bulan selanjutnya. Bila hasilnya baik, MRI dilakukan enam bulan kemudian, lalu diulang enam bulan selanjutnya. “Kalau hasilnya baik, MRI cukup setahun sekali, dan diulang tiap tahun,” pungkasnya.

 

Baca juga: BPJS Berencana Stop Sebagian Obat Kanker, Ini Kata Pasien