Berbuat baik dan menolong orang lain memang merupakan hal yang baik untuk meningkatkan mood. Namun, ahli belum menemukan secara pasti dampaknya secara langsung pada tubuh. Bagaimana dampak berbuat baik terhadap otak?

 

Mungkin Geng Sehat sudah sadar bahwa ketika berbuat baik, otomatis kita merasa senang. Jadi, tentunya ada hubungan antara berbuat baik dengan kesenangan dan kondisi otak. Nah,untuk tahu dampak berbuat baik terhadap otak, baca penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: Berbuat Baik Menyehatkan Fisik dan Mental, Lho!

 

Dampak Berbuat Baik Terhadap Otak

Penelitian yang dipublikasikan dalam Neurolmage menemukan untuk pertama kalinya, bagaimana dampak berbuat baik terhadap otak. Penelitian ini mempelajari bagaimana kondisi perubahan pada otak setelah seseorang berbuat baik.

 

Ternyata, hasilnya lebih rumit dari yang diperkirakan. Ilmuwan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menemukan adanya dua jenis kebaikan yang berbeda, dan keduanya muncul di otak dalam cara yang berbeda juga.

 

Ilmuwan mempelajari 36 penelitian yang berbeda tentang berbuat baik, di mana otak dari 1,150 partisipan dipindai / di-scan ketika berbuat baik, memikirkan tentang kebaikan, ataupun aktivitas lain yang memicu pusat 'kebaikan' di dalam otak.

 

Ilmuwan membagi penelitian-penelitian tersebut menjadi tipe kebaikan yang berbeda-beda. Tipe pertama adalah kebaikan 'strategis', di mana partisipan melakukan perbuatan baik untuk seseorang, dengan harapan ia memperoleh balasan tertentu.

 

Tipe yang kedua adalah kebaikan 'altruistik', di mana partisipan melakukan kebaikan tanpa mengharapkan balasan, melainkan hanya ingin merasa lebih baik. Menurut scan otak, kebaikan altruistik dan strategis mengaktivasikan bagian yang berbeda di dalam otak.

 

Baca juga: Jangan Terlalu Cepat Menolong Anak

 

Ketika Kamu melakukan kebaikan strategis, bagian striatal otak, yang memberikan sensasi penghargaan, menyala, dan Kamu akan merasakan perasaan positif. Sementara itu, kalau Kamu melakukan kebaikan tanpa mengharapkan balasan, otak juga akan memberikan sensasi penghargaan, dari bagian lain.

 

Menurut ahli, altruisme menyalakan spektrum otak secara keseluruhan. Altruisme menyalakan bagian striatal, namun juga mengaktivasikan korteks subgenual anterior cingulate cortex, yang berperan dalam mood kita, dan meningkatkan kebahagiaan.

 

Bagian otak lain yang aktivitasnya meningkat ketika kita berbuat baik adalah ventromedial prefrontal cortex, yang memengaruhi pembuatan keputusan dan merupakan bagian krusial untuk membuat keputusan empatetik terhadap orang lain.

 

Sebagai contoh, ketika Kamu mengadopsi kucing atau berdonasi ke badan amal, keputusan tersebut didukung oleh ventromedial prefontal cortex. Pada intinya, kombinasi antar dua tipe kebaikan tersebut memproduksi kebahagiaan kepada diri masing-masing.

 

Membiasakan diri berbuat baik meningkatkan kepuasan diri setiap orang. Namun, berbuat kebaikan tanpa mengharapkan balasan memiliki efek yang lebih baik. Ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut mengambil kesimpulan bahwa terdapat dua tipe kebaikan, yang saling berhubungan di dalam otak. Jadi, jangan salah mengartikan motivasi Kamu ataupun orang lain.

 

Sebagai contoh, mungkin kalau Kamu mencoba menolong teman pindah rumah, kemudian ia memberikan Kamu uang sebagai balasannya, Kamu bisa merasa tidak dihargai dan tidak mau menolong lagi. Namun, kalau dibalas dengan perkataan baik dan pelukan, kemungkinan besar Kamu akan merasa lebih bahagia dan dihargai.

 

Jadi, penelitian di atas menunjukkan dampak berbuat baik terhadap otak. Berbuat baik memang bisa meningkatkan kebahagiaan dan otomatis juga kesehatan kita. Setelah membaca dampak berbuat baik terhadap otak di atas, biasakan berbuat baik ya, Gengs. Kalau bisa lakukan kebaikan tanpa mengharapkan balasan tertentu. (UH)

 

Baca juga: 13 Fakta Seputar Sifat Narsis yang Perlu Kamu Tahu!

 

 

Sumber:

Bustle. How Kindness Changes Your Brain, According To New Research. Oktober. 2018.