Geng Sehat mungkin pernah mendengar mengenai penyakit bronkitis. Terkadang masyarakat menyebut penyakit ini dengan sebutan penyakit paru-paru basah. Padahal dalam istilah kedokteran tidak ada istilah paru-paru basah. 

 

Bronkitis memang adalah suatu penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Pada kondisi bronkitis, terjadi inflamasi atau peradangan pada bronkus. Bronkus adalah bagian dari sistem pernapasan yang berbentuk seperti tabung, berfungsi menyalurkan udara pernapasan ke paru-paru. Peradangan yang terjadi pada bronkus tersebut akan menyebabkan batuk, terkadang disertai dengan adanya dahak atau mukus.

 

Sebagai seorang pekerja kesehatan, saya beberapa kali menemui pasien yang datang berobat ke rumah sakit tempat saya bekerja dan didiagnosis mengalami bronkitis. Geng Sehat mau tahu lebih banyak mengenai penyakit bronkitis ini, beserta penyebab, gejala, dan penanganannya? Mari kita bahas!

 

Baca juga: Batuk Berkepanjangan Belum Tentu Coronavirus!

 

Bronkitis Akut dan Bronkitis Kronis

Kondisi bronkitis dapat bersifat akut maupun kronis. Seperti namanya, bronkitis akut biasanya akan sembuh dalam beberapa hari atau minggu. Bronkitis akut paling sering disebabkan karena infeksi virus, namun pada beberapa kasus bronkitis akut dapat juga disebabkan oleh infeksi bakteri.

 

Sedangkan pada bronkitis yang bersifat kronik, batuk yang dialami pasien dapat berlangsung terus-menerus hingga hitungan bulan, dan dapat berulang dalam satu atau dua tahun. Hal ini karena peradangan yang terjadi di bronkus bersifat konstan. Bronkitis akut merupakan bagian dari suatu kondisi kesehatan yang disebut penyakit paru obstruksi kronis atau PPOK.

 

Jika pada bronkitis akut penyebabnya adalah infeksi, tidak demikian halnya dengan bronkitis kronik. Bronkitis kronik paling sering disebabkan oleh kebiasaan merokok, atau jika pasien memiliki riwayat asma atau alergi.

 

Wanita yang merokok memiliki risiko lebih besar untuk mengalami bronkitis kronik, dibandingkan pria yang merokok. Selain itu, populasi yang memiliki resiko besar untuk terkena bronkitis kronik adalah pasien berusia lanjut, perokok pasif yang terpapar asap rokok, memiliki riwayat keluarga yang terkena penyakit paru-paru, serta pasien dengan riwayat gastroesophageal reflux disease (GERD).

 

Baca juga: Ciri-ciri, Gejala, dan Penyebab Paru-Paru Basah

 

Gejala Bronkitis

Seperti sudah saya sebutkan di awal, gejala paling utama dari bronkitis adalah adanya batuk terutama dibarengi dengan adanya produksi dahak atau mukus atau slem. Slem yang keluar dapat berwarna jernih, kuning, atau kehijauan.

 

Gejala lain bersifat tidak spesifik dan dapat menyerupai gejala penyakit lain seperti flu atau sinusitis, misalnya radang tenggorokan, nyeri kepala, hidung tersumbat, nyeri badan, dan perasaan kelelahan. Gejala juga dapat berupa mengi atau nafas berbunyi, sesak napas, dan kadang dibarengi dengan demam namun tidak terlalu tinggi.

 

Untuk memastikan diagnosis bronkitis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengkaji riwayat kesehatan pasien termasuk untuk menentukan risiko penyebab bronkitis seperti yang saya sebutkan di atas.

 

Komplikasi yang paling sering terjadi dari bronkitis adalah pneumonia. Hal ini terjadi jika infeksi yang tadinya terjadi di bronkus, menyebar lebih jauh ke paru-paru. Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada (chest X-ray).

 

Baca juga: Cara Membersihkan dan Menjaga Paru-paru

 

Pengobatan Bronkitis

Bronkitis akut biasanya bersifat self-limiting atau dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Pasien dianjurkan untuk banyak minum air putih dan memperbanyak waktu istirahat untuk mempercepat proses penyembuhan.

 

Konsumsi air yang banyak akan membantu mengencerkan dahak atau slem sehingga lebih mudah dikeluarkan. Antibiotik biasanya bukan merupakan terapi utama pada kondisi bronkitis akut kecuali dokter memastikan bahwa infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri.

 

Sedangkan untuk bronkitis kronik, pengobatan biasanya ditujukan untuk meredakan gejala. Misalnya obat-obatan bronkodilator untuk ‘membuka’ saluran napas dan steroid untuk meredakan inflamasi atau radang yang terjadi. Obat-obatan ini dapat diberikan baik secara inhalasi atau dihirup dan juga dimakan dalam bentuk tablet.

 

Penanganan bronkitis kronik juga erat kaitannya dengan modifikasi faktor risiko penyebab bronkitis itu sendiri. Misalnya dengan mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan merokok, berolahraga secara teratur, dan makan yang bergizi.

 

Gengs, itu dia sekilas mengenai penyebab, gejala, dan penanganan bronkitis. Ternyata bronkitis dapat bersifat akut atau kronik, dan pengobatan ditentukan oleh jenis bronkitis yang terjadi. Untuk bronkitis akut biasanya sifatnya self-limiting dan tidak memerlukan obat khusus.

 

Sedangkan bronkitis kronik sendiri lebih banyak dialami oleh orang dengan kebiasaan merokok, sehingga penanganan utama agar bronkitis kronik tidak terus berulang salah satunya adalah dengan mengurangi kebiasaan merokok dan memastikan gaya hidup sehat. Salam sehat!

 

Baca juga: Memilih Obat Batuk, Kenali Dulu Jenis Batuknya!

 

Referensi:

National Heart, Lung, and Blood Institute, 2019.

NHS United Kingdom, 2019.