Baru-baru ini, Indonesia berduka akibat kehilangan salah satu tokoh berprestasinya, Bapak Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Beliau wafat di Guangzhou, Tiongkok, pada Minggu, 7 Juli 2019, setelah berjuang melawan penyakit kanker paru stadium lanjut yang selama ini dideritanya.

 

Kanker paru memang dikenal sebagai salah satu kanker dengan angka kematian yang cukup tinggi. Salah satu kebiasaan buruk yang diketahui dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru adalah kebiasaan merokok. Walaupun begitu, tidak sedikit juga penderita kanker paru yang tidak memiliki kebiasaan merokok, seperti halnya almarhum Bapak Sutopo.

 

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dari seluruh kemungkinan penyebab kanker paru, salah satunya paparan asap rokok dari lingkungan sekitar atau yang lebih sering dikenal dengan istilah status perokok pasif.

 

Para perokok pasif ini ternyata menghadapi ancaman bahaya kesehatan yang tidak kalah besar dengan perokok aktif, Gengs! Bagaimana mekanisme asap rokok yang dihirup secara pasif bisa berdampak buruk bagi kesehatan? Yuk, simak ulasan berikut!

 

Siapa saja yang masuk kategori perokok pasif?

Jika yang disebut sebagai perokok aktif adalah mereka yang mengisap rokok sebagai bagian dari gaya hidup, maka perokok pasif adalah mereka yang terpapar oleh asap rokok. Asap yang dihasilkan dari aktivitas para perokok aktif dikenal dengan istilah secondhand smoke atau environmental tobacco smoke atau involuntary smoke.

 

Asap ini merupakan campuran dari sidestream smoke (asap yang berasal dari bagian ujung rokok yang dinyalakan) dan mainstream smoke (asap yang diembuskan oleh para perokok kemudian berbaur dengan udara sekitar).

 

Baca juga: Merokok Bikin Disfungsi Ereksi Bukanlah Mitos Belaka!

 

Banyak orang yang terpaksa menjadi perokok pasif karena berada di lingkungan yang sama dengan banyak perokok aktif. Tempat yang tinggi peluang paparan asap rokoknya adalah lingkungan kerja, kendaraan bermotor, area publik, serta rumah.

 

Saat ini, mungkin Geng Sehat sudah banyak melihat tempat-tempat umum atau perkantoran yang memberlakukan larangan merokok di areanya dan menyediakan lokasi khusus (smoking room/smoking area) bagi para perokok.

 

Mirisnya, para perokok aktif justru sering kali mengabaikan hal ini pada saat berada di rumah karena tidak ada peraturan atau sanksi yang diberlakukan. Padahal, rumah merupakan lingkungan yang seharusnya dijaga kebersihan udaranya karena besar kemungkinan terdapat bayi, anak-anak, maupun orang dewasa yang tidak merokok di dalamnya.

 

 

Mengapa paparan asap rokok berbahaya untuk kesehatan?

Dalam dunia kesehatan, rokok dan berbagai aspek terkait memang selalu menjadi objek yang menarik untuk diteliti. Tidak hanya para perokok pasif yang diteliti, melainkan apa yang terjadi pada mereka yang terpapar asap rokok secara pasif. 

 

Dari tahun ke tahun, berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan adanya dampak buruk akibat paparan asap rokok pada perokok pasif. Hasil-hasil penelitian tersebut bahkan sudah berhasil memengaruhi pembuatan public policy, seperti keharusan melokalisasi area merokok, sanksi bagi mereka yang kedapatan merokok di dalam mobil jika terdapat bayi dan anak-anak, dan lain sebagainya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena bahaya paparan asap rokok yang tidak terbantahkan.

 

Secondhand smoke atau asap yang dihirup oleh para perokok pasif mengandung banyak sekali substansi kimiawi berbahaya, yang tersebar di udara dalam partikel yang amat kecil. Partikel-partikel ini sangat mudah terhirup oleh saluran pernapasan dan terdeposisi atau bisa dikatakan menetap di sana.

 

Baca juga: Apakah Berhenti Merokok Tanpa Bantuan Tenaga Medis Bisa Berhasil?

 

Beberapa jenis senyawa kimia berbahaya yang terkandung dalam secondhand smoke antara lain benzol(α)pyrene, toluene, dimethylnitrosamines, 1,3–butadiene (sejenis gas beracun), cadmium (sejenis logam yang sangat toksik), formaldehyde, acetaldehyde, dan berbagai substansi lain, termasuk lebih dari 50 jenis bahan yang bersifat karsinogenik atau dapat mencetuskan kanker.

 

Paparan terhadap berbagai substansi berbahaya ini telah terbukti meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut, asma berat, sampai dengan penyakit kardiovaskular, kanker, dan kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome/SIDS). American Academy of Pediatrics bahkan telah menyatakan bahwa tidak ada level aman, baik dari segi kadar maupun durasi paparan, terhadap asap rokok ini, Gengs!

 

Adanya larangan merokok di beberapa kawasan publik merupakan cara yang cukup efektif untuk mengurangi risiko paparan asap rokok terhadap mereka yang tidak merokok. Namun, hal ini juga sebaiknya diterapkan di lingkungan rumah.

 

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa perokok pasif yang terpapar asap rokok pada rentang usia muda (0-25 tahun), memiliki risiko mengalami kanker paru yang lebih besar dibandingkan perokok pasif yang terpapar pada usia di atas 25 tahun.

 

Teori tersebut menjelaskan bahwa pada usia muda, pertumbuhan sel berlangsung dengan progresif dan paparan terhadap substansi yang bersifat mutagenik atau karsinogenik dapat relatif lebih mudah menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel yang mengarah kepada kanker. Jadi jika di lingkungan hunian Geng Sehat terdapat kelompok berusia muda, pastikan mereka terhindar dari paparan asap rokok, ya!

 

Baca juga: Beragam Upaya untuk Berhenti Merokok

 

Apa yang harus dilakukan agar Geng Sehat tidak menjadi perokok pasif?

Perokok pasif memang kelompok yang menjadi korban akibat kebiasaan tidak sehat para perokok aktif. Namun, bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan, Gengs! Sebuah penelitian yang dipublikasikan di tahun 2016 menemukan beberapa hambatan untuk mengurangi paparan terhadap secondhand smoke, terutama di lingkungan hunian atau rumah.

 

Kesulitan tersebut di antaranya:

  • Susah untuk mengomunikasikan hal ini dengan anggota keluarga yang merokok (terlebih jika mereka adalah anggota keluarga yang lebih tua atau saudara yang bukan keluarga inti).
  • Adanya kebiasaan merokok sebagai sarana bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungan sekitar.
  • Faktor cuaca yang tidak memungkinkan orang merokok di luar rumah.
  • Alasan menjaga anak.
  • Takut akan situasi keamanan di luar rumah.
  • Tidak adanya peraturan larangan merokok di dalam rumah (home smoking bans).

 

Geng Sehat bisa mencoba mengatasi hambatan ini dengan berkomunikasi secara asertif dengan mereka untuk merokok di luar area rumah atau meningkatkan kesadaran seluruh anggota keluarga yang tidak merokok akan bahaya paparan asap rokok secara pasif, sehingga dapat sebisa mungkin menghindarinya.

 

Jika menjumpai perokok yang ngeyel dan nekat merokok di area yang seharusnya bebas asap rokok, Geng Sehat dapat melaporkannya ke pengawas yang bertugas di area tersebut. Namun jika di area tersebut tidak ada larangan merokok, maka Geng Sehat yang sebaiknya menghindar agar tidak terpapar asap rokok yang berbahaya.

 

Jadi sudah jelas kan merokok merupakan kebiasaan yang amat berbahaya. Tidak hanya bagi mereka yang aktif melakukannya, melainkan juga bagi orang-orang sekitar. Yuk, ajak semakin banyak orang di sekitar kita untuk meninggalkan kebiasaan buruk ini dan menggantinya dengan kebiasaan yang sehat, misalnya berolahraga bersama. Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: Gengs, Beginilah Dampak Merokok bagi Gigi dan Mulut!

 

Atasi Stres saat Berhenti Merokok - GueSehat.com

 

Referensi

National Cancer Institute: Secondhand Smoke and Cancer

National Intitute of Health: Second hand smoke, age of exposure and lung cancer risk

American Academy of Pediatrics: Secondhand Smoke Exposure in Cars Among Middle and High School Students—United States, 2000–2009