Gangguan tidur kerap diabaikan oleh penderita diabetes tipe 2, maupun yang berisiko. Padahal, ada kaitan erat antara kurang tidur dan kejadian diabetes tipe 2. Seorang peneliti, Eve Van Cauter, PhD, menulis tentang "Dampak Gangguan Tidur dan Sirkadian pada Metabolisme Glukosa dan Diabetes Tipe 2" dalam salah satu publikasi National Institute of Diabetes and Digestive Kidney. Ia menjelaskan hubungan antara kurang tidur dan diabetes serta bagaimana menghindarinya.

 

Gangguan Tidur Memicu Diabetes

Gangguan tidur merupakan masalah tidur yang terdiagnosis, dan sangat umum terjadi di masyarakat modern. Mungkin gangguan tidur yang paling umum adalah kurang tidur. Kurang tidur tidak hanya dialami orang dewasa, bahkan anak-anak termasuk populasi yang paling kurang tidur.

 

Studi menunjukkan bahwa masalah tidur berhubungan dengan resistensi insulin, pradiabetes, dan diabetes dan berdampak signifikan pada toleransi glukosa. Pernah dilakukan eksperimenpada sukarelawan sehat dan memaksa mereka pada kondisi “kurang tidur” di malam hari. Hasilnya adalah penurunan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin.

 

Penderita diabetes atau seseorang yang memiliki faktor risiko diabetes harus mulai memerhatikan pola tidurnya. Hal ini karena penurunan sensitivitas insulin yang bisa mencapau 25% sampai 30% setelah kurang tidur selama 4 sampai 5 hari. Bayangkan kalau kurang tidur ini menjadi kebiasaan. Ancaman prediabetes bahkan diabetes akan semakin nyata.

 

Studi selanjutnya menunjukkan bahwa mereka yang tidur malamnya sebentar, memiliki risiko diabetes hingga 40% dibandingkan mereka yang tidur cukup, 7 hingga 8 jam.

 

Baca juga: Bahaya, Kurang Tidur pada Penderita Diabetes. Begini Mengatasinya!

 

Gangguan Tidur Lain yang Memicu Diabetes

Tidak hanya kurang tidur, masalah tidur lainnya seperti Obstuctive Sleep Disorder (OSA) sedang hingga berat merupakan faktor risiko berkembangnya diabetes tipe 2. Meningkatnya prevalensi gangguan tidur seperti OSA sejalan dengan peningkatan angka obesitas, dan kedua epidemi ini berkontribusi pada peningkatan secara dramatis prevalensi diabetes.

 

Perlu dicatat bahwa gangguan tidur, seperti kurang tidur atau sulit tidur atau tetap tidur, berdampak pada risiko diabetes. Hubungan eksternal NIH mirip dengan riwayat keluarga diabetes tipe 2.

 

OSA atau sleep apnea ditandai dengan mendengkur, dan napas terhenti di tengah tidur. Kondisi ini memerlukan terapi khusus agar tidak berkembang menjadi stroke, dan masalah lain, termasuk diabetes.

 

Penggunaan alat continuous positive airway pressure (CPAP) bagi penderita OSA ternyata dapat menurunkan kadar glukosa dan meningkatkan kontrol glikemik.

 

Baca juga: 5 Bahaya Kesehatan Akibat Bermain Handphone Sebelum Tidur, Segera Tinggalkan!

 

Mengatasi Gangguan Tidur dengan Sleep Hygiene

Bagi Kamu yang mengalami susah tidur, bisa mencoba mempraktikkan sleep hygiene atau kebiasaan tidur yang baik. Kebiasaan ini wajib bagi yang sudah memiliki diabetes tipe 2. Langkap pertama adalah memiliki rutinitas tidur teratur, yakni waktu tidur dan bangun yang sama setiap hari.

 

Ketika jadwal tidur selalu konsisten, maka akan sangat membantu jam internal tubuh (ritme sirkadian) bekerja dengan baik. Waktu tidur yang dibutuhkan di malam hari adalah minimal tujuh hingga sembilan jam.

 

Hal lain yang perlu diingat adalah penting untuk tidak tidur siang berlebihan. Menurut National Sleep Foundation, tidur siang harus dibuat relatif singkat, cukup sekitar 20 menit dan lakukan menjelang sore hari.

 

Baca juga: Susah Tidur atau Insomnia, Inilah Pilihan Aromaterapi untuk Tidur

 

 

Referensi:

Niddk.nih.gov. The-impact-of-poor-sleep-on-type-2-diabetes

Everydayhelath.com. Type-2-diabetes-care dan sleep-better