Gangguan makan dan infertilitas ternyata bisa berhubungan. Memiliki gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, bisa menyebabkan infertilitas atau membuat seseorang lebih sulit hamil. 

 

Baca juga: Sedang Promil, Yuk Kenalan Dulu dengan Istilah- Istilah dalam Kehamilan
 

Jenis-jenis Gangguan Makan

Gangguan makan memiliki kategori luas. Namun, menurut panduan internasional Diagnostic and Statistical Manual V, gangguan makan terdiri dari empat jenis. Setiap jenis gangguan makan memiliki gejalanya sendiri. Berikut gangguan makan yang perlu diwaspadai:

  • Anoreksia nervosa: membatasi makan, takut mengalami kenaikan berat badan, dan melihat bentuk tubuh dirinya sendiri secara tidak realistis. 
  • Bulimia nervosa: memiliki episode rutin makan dengan porsi yang banyak (binge eating), sulit mengontrol keinginan untuk makan, melakukan kegiatan seperti memaksa diri untuk memuntahkan makanan, menggunakan laksatif, atau olahraga berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan.
  • Gangguan binge eating: mirip dengan bulimia nervosa, tetapi tanpa upaya untuk menurunkan berat badan. 
  • Gangguan makan yang tidak terspesifikasi: pola makan tidak teratur atau perilaku lain yang berhubungan dengan berat badan, tetapi tidak termasuk ke dalam kategori di atas. 

 

Meskipun setiap gangguan makan memiliki gejala perilaku berbeda-beda, ada satu hal penting yang sama dan berhubungan dengan kesehatan umum serta kesuburan. Orang yang memiliki gangguan makan umumnya kurang nutrisi dan memiliki risiko lebih tinggi mengalami amenorea (tidak ada siklus menstruasi) atau oligomenorea (siklus menstruasi tidak teratur), sehingga membuatnya sulit untuk hamil. 

 

Baca juga: Konsumsi Asam Folat Bisa Meningkatkan Kesuburan Pria Lho!
 

Hubungan antara Anoreksia dan Ovulasi Tidak Teratur

Untuk wanita yang memiliki gangguan makan, ovulasi dan menstruasi bisa menjadi tidak teratur atau bahkan berhenti sepenuhnya. Meskipun menstruasi tidak teratur atau jarang bukan termasuk kriteria diagnosis anoreksia, sekitar 70-90% wanita yang memiliki gejala anoreksia melaporkan bahwa mereka berhenti mengalami menstruasi setidaknya selama tiga bulan, sementara 5-10% wanita lainnya mengatakan bahwa mereka mengalami menstruasi tidak teratur.

 

Anoreksia menyebabkan penurunan hormon leptin. Hormon ini dikenal dengan fungsinya mengontrol nafsu makan dan berat badan. Namun, hormon leptin memiliki fungsi lain, yaitu mengontrol aktivitas hipotalamus di otak, yang berfungsi mengontrol produksi hormon-hormon yang berperan penting dalam proses ovulasi, seperti hormon luteinizing dan hormon yang menstimulasi folikel. 

 

Hubungan antara Gangguan Makan Lain dengan Ovulasi Tidak Teratur

Sekitar 40% wanita yang mengalami bulimia dan 50% wanita yang memiliki gangguan makan lainnya memiliki menstruasi yang tidak teratur, sementara 30-40% wanita lainnya melaporkan bahwa mereka sama sekali tidak mengalami menstruasi. 

 

Apakah Gangguan Makan Menyebabkan Infertilitas?

Perubahan rutinitas siklus menstruasi tidak bersifat permanen pada wanita dengan gangguan makan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas wanita yang mengalami anoreksia dan amenorea akan kembali memiliki siklus menstruasi yang rutin dalam kurun waktu 6 bulan pertama setelah memiliki berat badan normal. 

 

Namun, perlu diketahui bahwa menstruasi tidak teratur bukan berarti tidak bisa hamil. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami gangguan makan memiliki risiko dua kali lipat mendapatkan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.

 

Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa mungkin wanita berpikir karena memiliki menstruasi yang tidak teratur, maka kesempatan untuk hamil sangat rendah, sehingga mereka berhenti menggunakan kontrasepsi. Padahal, kesempatan untuk hamil tetap masih terbuka. (AS)

 

Baca juga: Dapatkan Informasi Seputar Promil, Kehamilan, dan Tumbuh Kembang Langsung dari Ahlinya



Referensi

Modern Fertility. How eating disorders impact fertility. November 2020.
Obstetrics and Gynecology. Unplanned pregnancy in women with anorexia nervosa. November 2010.