Setiap hubungan pasti akan mengalami pasang surut. Walau begitu, ada beberapa tanda yang perlu diperhatikan lebih seksama karena bisa menjadi isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik dalam pernikahan. Simak di sini.

 

Deddy Mahendra Desta dan Natasha Rizky sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka. Setelah menjalani 10 tahun pernikahan dan dikaruniai 3 anak, mereka setuju untuk memilih jalan masing-masing dengan bercerai. Miris, sudah pasti. Karena mereka terlihat sebagai pasangan yang harmonis, di tengah perbedaan usia 16 tahun. 

 

Di sisi lain, perceraian figur publik kerap menjadi pengingat kita semua, bahwa masalah pernikahan sekecil apa pun, bisa menjadi batu kerikil yang berbahaya. Supaya sama-sama belajar, yuk amati beberapa masalah pernikahan yang seperti sepele, namun bisa jadi “lampu merah” untuk setiap pernikahan

 

 

1. Selalu Mengkritik Satu Sama Lain

Saling mengingatkan satu sama lain agar bertumbuh menjadi lebih baik, tentu termasuk hal yang positif. Tetapi perlu kita telaah kembali, apakah kritik yang disampaikan benar-benar membantu atau justru jadi negatif dan menimbulkan pertengkaran.

 

Penelitian menunjukkan bahwa kritik yang bersifat permusuhan adalah prediktor kuat yang menunjukkan ada ketidakpuasan dalam pernikahan. Lebih mengkhawatirkannya lagi, kritik negatif bahkan juga bisa menjadi tanda bahwa pernikahan menuju perceraian

 

Dr. John Gottman, seorang terapis pernikahan asal Amerika Serikat dengan pengalaman lebih dari 50 tahun menangani masalah rumah tangga, menyebut bahwa kritik yang hanya menjatuhkan salah satu atau kedua pihak, merupakan faktor yang dapat mematikan suatu hubungan dan bukan tak mungkin menjadi sinyal terjadinya perpisahan. Tiga lainnya adalah penghinaan, defensif, dan mendiamkan pasangan (silent treatment).

 

Tentu saja, mengungkapkan perasaan kepada pasangan tetap tetap diperlukan jika ada sesuatu yang perlu dibenahi dari pasangan. Tapi ingat, apa yang kita katakan dan bagaimana cara mengatakannya sangat penting. Berikut contohnya:

 

  • Kritik negatif

“Berantakan banget sih kamu. Kenapa sih, baju kotornya ditaro di lantai? Nyebelin tau!”

 

  • Kritik membangun

“Pa, aku pusing kalo ada baju kotor berserakan. Tolongin ya, taro baju kotor langsung ke tempatnya.”

 

Dengan menekankan perasaan kita ketika menyampaikan sesuatu yang tidak berkenan, maka kita sudah mampu bersikap konstruktif dan tetap terbuka untuk memperbaiki masalah bersama. Di sisi lain, memberikan kritik yang negatif, dapat membuat pasangan justru menanggapi pernyataan tersebut dengan permusuhan.

 

 

Baca juga: Dampak Terlalu Memanjakan Anak

  

2. Kurangnya Keintiman

Keintiman dan keeratan secara emosional berjalan beriringan, dan keduanya membutuhkan kerja keras untuk dipertahankan. Terlebih bagi pasangan yang sudah menikah, bisa menjadi jauh dari waktu ke waktu, yang dapat menurunkan keintiman seksual yang pernah mereka nikmati. 

 

Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya keintiman adalah salah satu masalah utama bagi pasangan, menyebabkan kerenggangan, dan bahkan berpotensi merusak hubungan.

Ini tidak selalu dipicu oleh argumen atau peristiwa tertentu. Saling menerima begitu saja, dan tidak meluangkan waktu untuk terikat dalam kehidupan sehari-hari,  dapat memiliki efek yang sama.

 

Perlu diingat, keintiman tak selalu berarti seks. Berpegangan tangan, saling berkirim pesan mesra, atau bahkan memasak bersama, semuanya bisa menjadi inisiatif keintiman yang membuat kedua pihak merasa dicintai. 

 

 

3. Tidak Berkomunikasi

Sangat mudah bagi pasangan suami istri untuk terbiasa hanya membahas masalah anak, keuangan, atau pekerjaan. Tetapi, sebenarnya sangat penting lho, untuk merasa bahwa pasangan mendengarkan dan memahami sudut pandang kita, begitupun sebaliknya.

Tanpa komunikasi yang sehat, frustrasi dan kekhawatiran sehari-hari dapat berubah menjadi kebencian yang terpendam. Padahal, akan jauh lebih sulit untuk mengatasi perasaan terpendam daripada mengatasinya saat itu terjadi.

  

Baca juga: Mums Suka Menangis Tanpa Alasan? Ini Pemicunya!

  

4. Menghindar untuk Menghabiskan Waktu Bersama

Menghabiskan waktu sendirian itu sehat, bahkan saat kita sudah menikah. Namun, jika kita atau pasangan cenderung menghindari menghabiskan waktu bersama, atau bahkan sampai mengarang alasan untuk menghindar, kemungkinan ada alasan yang lebih dalam mengapa bisa merasa demikian.

 

Ini bisa karena kurangnya koneksi, bisa pula karena merasa kewalahan antara tugas rumah tangga dan pekerjaan, sehingga tidak ada lagi energi untuk menikmati waktu berkualitas sebagai pasangan. Jika ini yang terjadi sekarang, langkah pertama adalah tanyakan pada diri sendiri mengapa tidak ingin menghabiskan waktu dengan pasangan. Apakah sering berdebat setiap kali bersama? Apakah merasa sudah tidak “nyambung” lagi dengan pasangan setiap mengobrol?

 

Dengan mengidentifikasi alasan, kemudian mengomunikasikannya kepada pasangan, setidaknya dapat membantu mengungkap masalah yang lebih dalam dalam hubungan pernikahan Mums.

 

Ya, pernikahan adalah sebuah kerja sama yang intens dan sulit. Tak heran, pernikahan juga dikatakan sebagai ibadah terpanjang yang harus dilalui oleh umat manusia. Walau demikian, semoga Mums dan pasangan dapat melewati apa pun tantangan pernikahan yang ada, ya. Semangat! (IS)

 

 

Baca juga: Sering Berantem dengan Pasangan di WhatsApp? Hindari dari Sekarang!

 

 

 

Referensi:

VeryWell. Warning Signs Troubled Marriage

Psychology Today. Easy to Miss Signs of Relationship Trouble