Rata-rata bayi lahir dengan berat 3-4 kg. Namun, beberapa bayi lahir dengan berat yang lebih dari rata-rata tersebut. Bayi yang lahir dengan berat lebih dari 4 kg disebut mengalami makrosomia. Lalu, apa ciri-ciri bayi besar dalam kandungan? Apakah bisa dideteksi? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Penelitian: Semakin Tinggi Asupan Vitamin D Ibu Hamil, Semakin Tinggi Skor IQ Anak
 

Apa Itu Makrosomia?

Ketika bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg, maka ia disebut sebagai ‘bayi besar’ atau bisa juga disebut dengan makrosomia. Makrosomia bisa terjadi jika bayi di dalam kandungan menerima nutrisi dalam jumlah lebih banyak dari yang dibutuhkan, sehingga ia tumbuh lebih cepat dan besar. Namun, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh faktor genetik.

 

Baca juga: Pilih USG 2D, 3D, atau 4D? Masing-masing Ada Fungsinya Lho!
 

Siapa yang Berisiko Mengalami Makrosomia?

Sejauh ini, ahli maupun dokter tidak selalu memahami kenapa beberapa bayi lahir dengan berat lebih besar dibandingkan bayi lainnya. Khususnya karena beberapa wanita yang tidak memiliki risiko tetap melahirkan bayi dengan ukuran besar.

 

Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko makrosomia atau melahirkan bayi dengan ukuran besar, di antaranya: 

 

Mengalami diabetes gestasional, diabetes tipe 2, atau diabetes tipe 1: risiko lebih tinggi khususnya jika diabetesnya tidak dikontrol.

  • Mengalami obesitas atau kenaikan berat badan berlebihan saat hamil: risiko makrosomia lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya memiliki berat badan ideal atau normal, namun mengalami kenaikan berat badan berlebihan. Begitu juga dengan wanita yang sebelumnya sudah obesitas dan kemudian mengalami kenaikan berat badan berlebih saat hamil.
  • Pernah melahirkan bayi dengan kondisi makrosomia: risiko makrosomia lebih besar jika sebelumnya pernah melahirkan bayi besar juga.
  • Usia kehamilan melebihi 40 minggu: semakin lama bayi di dalam kandungan, semakin tinggi risiko makrosomia.
  • Mums lahir dengan kondisi makrosomia: jika Mums lahir dengan kondisi makrosomia, maka ada pula risiko Mums akan melahirkan bayi besar. 

 

Baca juga: Bisa Rusak Suasana, 6 Hal Ini Harus Dihindari sebelum Berhubungan Intim
 
 

Ciri-ciri Bayi Besar Dalam Kandungan

Tidak ada cara untuk mengetahui berapa tepatnya berat badan bayi dalam kandungan. Jadi, sulit melakukan diagnosis makrosomia secara akurat hingga bayi sudah lahir dan ditimbang berat badannya.

 

Namun, dokter bisa menerka-nerka makrosomia dengan memeriksa riwayat medis Mums, diantaranya:

  • Ukuran tinggi fundal: tinggi fundal adalah jarak antara bagian atas perut hingga tulang kemaluan. Jika tinggi fungal melebihi ekspektasi, maka kemungkinan bayi mengalami makrosomia. 
  • Memeriksa abdomen secara manual: meraba atau menyentuh perut juga bisa membantu dokter mendeteksi kemungkinan bayi mengalami makrosomia.
  • Lewat pemeriksaan USG: pemeriksaan USG bisa membantu dokter mendeteksi berat badan bayi dalam kandungan, serta kadar cairan amnion atau air ketuban. Jumlah air ketuban yang berlebihan biasanya berkaitan dengan makrosomia. Pasalnya, bayi berukuran besar lebih banyak mengeluarkan urin dan lebih banyak urin berarti lebih banyak air ketuban. 

 

Bisakah Melahirkan Normal Jika Ada Kemungkinan Bayi Makrosomia?

Ukuran bayi bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dokter ketika Mums berencana ingin melahirkan secara caesar. Jika ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayi mengalami makrosomia, bukan berarti Mums harus melahirkan secara caesar. Mums tetap bisa mencoba melahirkan normal. Dokter akan mempertimbangkan ukuran dan bentuk panggul, posisi bayi di jalan lahir, kesehatan Mums, dan kesehatan bayi.

 


Sumber:

What To Expect. Fetal Macrosomia. Februari 2022.
Very Well Family. Macrosomia: Being Pregnant With a Large Baby. Oktober 2022.
American College of Obstetricians and Gynecologists, When Pregnancy Goes Past Your Due Date, 2017.
American College of Obstetricians and Gynecologists, Gestational Diabetes Mellitus, February 2018.