Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2012 menyebutkan angka bunuh diri di Indonesia pada usia 15-29 tahun mencapai 3,6 per 100 ribu jiwa, atau sekitar 9.274 orang per tahun. Sedangkan secara global diperkirakan 804 ribu orang per tahun yang meninggal akibat bunuh diri.

 

Sebenarnya apa yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri? Depresi berkepanjangan biasanya menjadi penyebabnya. Selain itu, bisa karena bullying, penyakit kronis, trauma yang mendalam, pengaruh alkohol dan narkotika, maupun faktor sosial ekonomi. Gangguan psikologis berat, seperti skizofrenia dan bipolar, juga sering menjadi penyebab bunuh diri.

Baca juga: Apakah Bunuh Diri Bisa Menular, Seperti yang Terjadi pada Fans Jonghyun SHINee?

 

Secara  mengejutkan, ada pernyataan yang menyebutkan bahwa percobaan dan tindakan bunuh diri diduga bisa terjadi karena faktor genetik. Contohnya ialah keluarga Ernest Hemingway, pengarang terkenal sekaligus jurnalis asal Amerika Serikat. Selain Hemingway, beberapa anggota keluarganya juga melakukan bunuh diri, termasuk ayahnya, Clarence Hemingway, dua orang saudaranya, Ursula dan Leicester, serta cucunya, Margaux Hemingway.

 

Benarkah Perilaku Bunuh Diri Itu Diwariskan?

Pada tahun 2014, Guintivano dan kawan kawan dari John Hopkins University menyatakan bahwa gen spindle dan kinetochore-associated 2 (SKA2) dapat menjadi biomarker yang bisa mendeteksi perilaku bunuh diri pada seseorang.

 

Penelitian yang dilakukan pada jaringan prefrontal korteks otak post mortem menyebutkan bahwa terdapat mutasi (perubahan struktur) pada gen SKA2 pada penderita penyakit kejiwaan yang berisiko melakukan bunuh diri, dengan ditandai adanya penambahan gugus metil pada basa nitrogen sitosin dan guanin.

 

Perubahan struktur DNA pada gen SKA2 mengakibatkan ketidakaktifan gen tersebut. Akibatnya, ketika gen SKA2 tidak berfungsi dengan baik, tubuh pun tidak mampu menekan pelepasan hormon stres kortisol ke seluruh otak.

Baca juga: Penyebab Depresi dan Dorongan Bunuh Diri pada Orang Sukses

 

Kortisol yang berlebihan akan beredar di dalam peredaran darah dan berpengaruh pada meningkatnya gula darah, insulin, kolesterol, dan tekanan darah. Kadar kortisol yang abnormal dapat mengakibatkan aksi impulsif yang tidak terkontrol dan timbulnya pikiran negatif, hingga cenderung membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

 

Pada tahun 2015, Kaminsky dan kawan-kawan dari universitas yang sama mengembangkan studi ini. Mereka melakukan tes darah untuk mencari gen SKA2. Cara ini dapat memprediksi siapa yang berisiko tinggi untuk melakukan perilaku bunuh diri. Dengan tes ini, diharapkan dapat dilakukan intervensi dini untuk mencegah bunuh diri.

 

Di lain pihak, Robert Berezin, MD., dalam jurnal Psychology Today pada tahun 2014 membantah penelitian yang menyatakan bahwa perilaku bunuh diri disebabkan oleh mutasi gen. Beliau tetap berpendapat bahwa penyebab bunuh diri adalah suatu yang kompleks dan bersifat psikososial.

Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri pada Remaja

 

Setiap orang pasti pernah merasa sakit hati, entah karena kematian orang yang dicintai, kemarahan, kegagalan, penolakan, kebencian terhadap diri sendiri, penyakit, trauma, pelecehan, dan sebagainya. Ketika menghadapi hal sulit seperti ini, respons dan ketahanan mental setiap orang berbeda-beda.

 

Para ahli boleh berbeda pendapat mengenai penyebab perilaku bunuh diri, tetapi bagaimana respons kita bila ada orang terdekat yang berniat melakukan bunuh diri? Yang pertama harus dilakukan adalah BEREMPATI. Jadilah ‘tempah sampah” untuk mendengarkan segala keluhan dan curahan hatinya. Setelah itu, bujuklah ia untuk pergi ke psikolog klinis atau psikiater, karena proses pemulihannya berada di tangan mereka.

 

Bunuh diri bisa dicegah, oleh karena itu: LET’S DO SOMETHING STOP SUICIDE!!!

 

Pekerjaan Dengan Tingkat Stres Tertinggi - guesehat.com

 

Daftar Pustaka

Boks MP, Rutten BP, Geuze E, Houtepen LC, Vermetten E, Kaminsky Z, Vinkers CH,SKA2 Methylation is Involved in Cortisol Stress Reactivity and Predicts the Development of Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) After Military Deployment,Neuropsychopharmacology. 2016 Apr;41(5):1350-6.

Guintivano J, Brown T, Newcomer A, Jones M, Cox O, Maher BS, Eaton WW, Payne JL, Wilcox HC, Kaminsky ZA, Identification and replication of a combined epigenetic and genetic biomarker predicting suicide and suicidal behaviors,Am J Psychiatry. 2014 Dec 1;171(12):1287-96.

Z Kaminsky, H C Wilcox, W W Eaton,K Van Eck, V Kilaru, T Jovanovic,T Klengel, B Bradley,E B Binder,K J Ressler, A K Smith, Epigenetic and genetic variation at SKA2 predict suicidal behavior and post-traumatic stress disorder, Transl Psychiatry. 2015 Aug; 5(8)