Kematian selebriti atau tokoh masyarakat memang selalu meninggalkan dampak yang besar di masyarakat, terutama jika kematiannya disebabkan oleh bunuh diri akibat depresi. Setelah kematian anggota boy band SHINee Kim Jonghyun pada 18 Desember lalu akibat bunuh diri, ada beberapa fans selebriti asal Korea Selatan tersebut yang sangat terpukul hingga menunjukkan sinyal bunuh diri.

 

Salah satunya adalah seorang penggemar Jonghyun yang berasal dari Indonesia. Penggemar bernama Devi dengan akun @key_cebong tersebut menunjukkan sinyal bunuh diri lewat cuitannya di Twitter. Beberapa saat kemudian, adik Devi mengonfirmasi bahwa kakaknya tersebut tengah dirawat di rumah sakit akibat overdosis.

 

Gangguan mental memang bukanlah penyakit yang menular. Namun, ada bukti yang kuat bahwa bunuh diri cenderung menular. Hal-hal yang terjadi pada beberapa penggemar Jonghyun ini bukanlah hal yang baru. Publisitas kasus bunuh diri selalu terkait dengan meningkatnya jumlah bunuh diri, terutama pada orang-orang yang berusia muda.

 

Dikutip dari The Telegraph, penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang mengetahui rekan kerjanya meninggal akibat bunuh diri memiliki risiko sekitar 3,5 kali lipat mengikuti jejak rekan kerjanya tersebut. Menurut ahli, 1 kematian akibat bunuh diri memang bisa menyebabkan kematian lain.

 

Sedangkan dikutip dari The New York Times, analisis menunjukkan bahwa setidaknya 5 persen dari kasus bunuh diri pada orang berusia muda diakibatkan oleh bunuh diri yang menular. Hal ini sangat sering terjadi sebagai dampak dari kematian selebriti atau tokoh masyarakat.

 

Beberapa saat setelah Marilyn Monroe meninggal pada Agustus 1962 dengan dugaan bunuh diri, tingkat bunuh diri di Amerika Serikat meningkat. Dikutip dari PsychCentral, setelah kematian aktris papan atas Korea Selatan Lee Eun Ju, kasus bunuh diri pada wanita berusia muda dengan menggunakan metode yang sama bertambah.

 

Saat ini, hal yang sama juga terjadi setelah kematian Jonghyun. Banyak penggemarnya yang menunjukkan sinyal bunuh diri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pencegahan supaya penularan bunuh diri tidak terjadi.

Baca juga: Waspadai Bahaya Keracunan Gas Karbon Monoksida, Penyebab Kematian Jong Hyun SHINee

 

Siapa yang Terkena Risikonya? 

Remaja dan orang-orang yang baru beranjak dewasa cenderung memiliki risiko tertinggi tertular bunuh diri. Menurut situs Health Center, penyebab utamanya adalah:

  • Remaja cenderung lebih sering mendengar dan mengikuti sikap serta pendapat dari sesama remaja, ketimbang orang tua ataupun orang dewasa lainnya.
  • Mereka memiliki kecenderungan bersikap impulsif untuk menetapkan keputusan, tanpa berpikir secara matang. Hal ini disebabkan prefrontal cortex (tempat fungsi kognitif atau proses berpikir terjadi) belum tumbuh secara matang dan sempurna.

 

Namun bagaimanapun juga, risiko tertinggi ada pada orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental mendasar, seperti depresi, gangguan kekhawatiran, dan korban kekerasan.

Baca juga: Penyebab Depresi dan Dorongan Bunuhi Diri pada Orang Sukses

 

Pencegahan Penularan Bunuh Diri

Tentu saja hal yang paling penting adalah mengidentifikasi sikap-sikap yang menunjukkan sinyal bunuh diri, terutama pada orang-orang yang terkena dampak dari kasus bunuh diri tersebut. Orang tua dan guru harus menganggap serius hal ini.

 

Mengangkat topik tentang bunuh diri dengan anak dan menuntunnya ke jalan yang positif harus dilakukan. Apalagi ketika seseorang yang dikagumi oleh anak, baik itu seorang selebriti ataupun tokoh masyarakat lainnya, bunuh diri.

 

Sementara itu, liputan dari media juga sangat penting bagi orang yang sudah memiliki masalah mental tertentu. Liputan media yang bersifat dramatis bisa meningkatkan risiko orang lain untuk bunuh diri. Media harus menghindari hal-hal ini:

  • Berita utama yang bersifat dramatis dan terlalu mengelu-elukan bunuh diri.
  • Penjelasan atau deskripsi detail tentang metode dan lokasi bunuh diri, karena hal ini bisa mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri dengan cara yang sama. 

 

Lebih baik berita yang dibuat berfokus pada:

  • Identifikasi tanda-tanda sinyal bunuh diri, mitos tentang bunuh diri, dan pengobatan atau pencegahan bunuh diri.
  • Mendorong agar orang-orang yang memiliki gejala depresi memeriksakan diri ke dokter.
  • Menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan selebriti tersebut untuk bunuh diri, salah satunya penyakit mental. Intinya, menjelaskan bahwa penyebabnya kompleks.

 

Pencegahan ini cukup baik karena sudah terbukti. Menurut The New York Times, sebuah penelitian di Vienna mendokumentasikan turunnya kasus bunuh diri secara drastis ketika media mengikuti tata cara liputan berita bunuh diri sesuai dengan pedoman yang tepat.

 Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri pada Remaja

 

Melakukan pencegahan penularan kasus bunuh diri memang sangat penting. Maka dari itu, Kamu harus peka dengan orang-orang terdekat yang menunjukkan sinyal-sinyal bunuh diri. Menurut dr. Dharmawan Ardi Sp.KJ., kalau orang terdekat sudah mengatakan bahwa ia ingin mati, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat indikasinya.

 

“Kalau ia sudah sampai ada ide untuk bunuh diri, ya harus langsung dibawa ke dokter, jelas dr. Dharmawan. Menurutnya, yang terpenting adalah menjadi pendengar orang terdekat tersebut. Kalau orang yang penting baginya baru bunuh diri, meskipun dia seorang selebriti, tetap harus dianggap serius. (UH/AS)