Hidup sehat dan bugar setiap hari adalah dambaan setiap orang. Terlebih di era modern ini yang menuntut setiap orang untuk selalu aktif berkarya dan berprestasi. Karena itu, kesehatan menjadi salah satu “aset berharga” yang harus dirawat. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) di mana membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam menjadi tren akhir-akhir ini.

 

Menurut dr. Ratna Asih, M.Si (Herb) dari Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI), pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan telah diwariskan secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi.

 

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu, terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak Pabbura (Sulawesi Selatan), Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.

 

 

"Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju antara lain usia harapan hidup yang lebih panjang, prevalensi penyakit kronis yang meningkat, dan semakin luasnya akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia," jelas dr. Ratna.

 

Tetapi sayangnya belum semua masyarakat paham cara memilih obat herbal yang baik. Masih ditemukan penyalahgunaan obat herbal oleh produsen yang tidak bertanggungjawab.

 

Baca juga: Jahe dan Mahkota Dewa untuk Pereda Batuk
 

Pengguna Herbal di Indonesia

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri. Pada tahun 2009, sebanyak 15,04% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat tradisional.

 

Kemudian pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat, yaitu sebesar 31.7% dan meningkat lagi menjadi 41.7% di tahun 2012. Tren peningkatan terjadi seiring pertambahan tahun.

 

Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan obat tradisional dikarenakan Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Ramuan dari tumbuhan telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan dan dirasakan khasiatnya. Tak heran jika penjualan jamu dan obat herbal terus melesat.

 

WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal untuk menangani gangguan kesehatan ringan dan meningkatkan kebugaran. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.

 

Dengan makin berkembangnya penelitian tentang tanaman obat, maka berubahlah gambaran tentang manfaat tanaman obat. Fitoterapi dan obat herbal sekarang dipertimbangkan menjadi sesuatu yang dibutuhkan di samping obat konvensional.

 

 

Kelebihan obat herbal antara lain aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self limiting (sembuh sendiri tanpa obat), hemat waktu karena tidak perlu mendatangi profesi kesehatan, ada kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu penting mengetahui cara memilih obat herbal yang baik.

 

Baca juga: Daun Sambiloto Bisa Perbaiki Kinerja Insulin, Lho!

 

 

Cara Memilih Obat Herbal yang Baik

Dalam penggunaan obat herbal, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pengguna agar khasiat obat dapat tercapai antara lain. Cara memilih obat herbal yang baik, dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah berikut:

 

1. Kebenaran bahan

Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam varietas. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan.

 

2. Ketepatan dosis

Seperti halnya obat sintetis, obat herbal juga mempunyai aturan dosis yang harus dipatuhi. Penggunaan takaran yang lebih pasti, misalnya dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.

 

3. Ketepatan waktu penggunaan

Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diinginkan. Sebagai contoh,kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun diminum dalam ramuan jamu kunir asam saat datang bulan. Tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan, malah beresiko menyebabkan keguguran.

 

Baca juga: Cara Memilih Obat Herbal Diabetes yang Aman dan Praktis
 
 

4. Ketepatan cara penggunaan

Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat bisa saja membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung, jika dihisap seperti rokok bersifat melegakan pernafasan (bronkodilator) dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan/ mabuk.

 

5. Ketepatan telaah informasi

Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk diakses. Ketidaktahuan atau informasi yang salah bisa menyebabkan obat herbal berbalik menjadi bahan membahayakan.

 

6. Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu

Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat Konsumen perlu cerdas untuk memilih obat herbal yang sesuai dengan indikasi.

 

Baca juga: Kelola Diabetes dengan Pola Hidup Sehat dan Konsumsi Obat Herbal yang Aman!

 

 

Referensi:

  1. Abdul Mun’im, Endang Hanani. 2011. Fitoterapi Dasar. PT. Dian Rakyat, Jakarta.

  1. Oktora L. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 3 No 1. P.2-5

  1. Kementeriaan Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Riset Kesehatan Dasar.

  2. Sukandar E Y, Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri- Klinik Teknologi Kesehatan,disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB,http://itb.ac.id/focus/ focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, diakses Januari 2006.

  1. World Health Organization. 2003. Traditional medicine, http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs134/en/, diakses Januari 2006.

  1. Wijayakusuma, H. M. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Sembuhkan Penyakit. Pustaka Bunda. Jakarta.