Orang dengan sindrom narsistik yang kuat cenderung tidak suka bahkan benci melihat orang lain bahagia. Apapun yang dilakukan orang lain lebih baik darinya, ia tak suka. Orang-orang narsistik ini kurang bisa memahami perasaan bahagia. Mereka membutuhkan "alat" untuk meningkatkan kebahagiaan dan status mereka, entah itu dengan kekuasaan, uang, keluarga, atau barang.

 

Meski begitu, mereka tak kunjung mendapatkan rasa bahagia itu. Mereka juga tidak mengerti kalau kebahagiaan dan kepuasan yang sejati itu bukan berasal dari faktor eksternal, melainkan dari dalam. Saat orang lain melakukan hal yang baik atau terlihat lebih bahagia dibandingkan dirinya, orang narsistik merasa seperti diingatkan bahwa mereka tidak bisa mendapatkan kebahagiaan itu.

 

Kalau sudah begitu, orang denga para narsistik pun merasa iri, marah, dan benci melihat orang lain lebih bahagia atau baik. Mereka percaya lebih berhak mendapatkan segala keinginannya karena mengganggap diri mereka lebih baik dari orang lain. Jika orang narsistik memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain, itulah sumber kebahagiaan sejati untuknya. 

 

Baca juga: 13 Fakta Seputar Sifat Narsis yang Perlu Kamu Tahu!



Menurut Darius Cikanavicius yang merupakan mentor kesehatan mental, seperti dikutip dari psycentral.com, karena orang narsis kurang empati, mereka cenderung tidak bisa memahami orang lain bahkan mengabaikan orang lain.  “Selain itu, orang-orang dengan kecenderungan narsis yang kuat sering berpikir dalam istilah hitam dan putih, baik atau jahat, pemenang atau pecundang, terbaik dan terburuk, sukses atau gagal, lemah dan kuat, atau seterusnya. Jadi, di mata mereka, mereka adalah orang baik dan orang yang lain adalah orang jahat,” jelas Darius.

 

Baca juga: 5 Kegiatan yang Bikin Kamu Bahagia di Pagi Hari



Jika Kamu bahagia dan memiliki karir yang bagus, bisa saja teman Kamu yang cenderung narsistik merasa terancam karena terus merasa dibanding-bandingkan.. Orang yang sangat narsistik juga merasakan Schadenfreude. Dalam bahasa Jerman, berarti bahaya-sukacita. Ini berarti pengalaman bahagia, senang, atau puas berasal dari masalah, kegagalan, dan penghinaan orang lain yang disaksikan atau dilihat.

 

Dalam kasus yang lebih ekstrem, orang yang sangat narsis juga dapat menyakiti orang lain dengan mengintimidasi atau menindas orang lain, contohnya. “Mudah bagi mereka untuk membenarkan segala sesuatu dengan pemikiran dan proyeksi hitam putih, delusi, dan dorongan kompulsif untuk mengelola harga diri mereka yang rapuh dengan cara apapun yang diperlukan,” tambah Darius.



Apakah Kamu Memiliki Sifat Narsistik?

Dikutip dari PsychologyToday, jika Kamu tipe orang yang langsung mengeluarkan respons saat iri atau benci melihat orang lain lebih baik dan bahagia, langkah yang harus Kamu lakukan ialah menghambat respons yang tidak diinginkan. Cobalah berlatih untuk menenangkan diri dan menunda respons yang tidak diinginkan dari situasi yang membuat Kamu iri atau benci. Beberapa cara bisa Kamu lakukan saat menunda respons, seperti:

  • Hitung hingga 25 sebelum Kamu merespons.
  • Ambil 3 teknik berpanas, yaitu dalam, lambat, dan menenangkan. Tarik napas hingga hitungan ke empat, tahan napas setiap hitungan ke empat, lalu hembuskan napas pada hitungan ke empat hingga delapan berikutnya.

 

Baca juga: Resolusi Tahun Baru: Jangan Lupa Bahagia!



Namun, jika Kamu termasuk orang yang tidak langsung memberikan respons, mulailah untuk mengidentifikasi situasi yang membuat Kamu benci saat melihat orang lain lebih baik atau lebih bahagia dibanding Kamu. Kalau bisa, tuliskanlah hal-hal yang membuat Kamu benci atau iri melihat orang lain bahagia beserta alasannya. Setelah diidentifikasi, cobalah untuk memikirkan atau menuliskan hal lain yang membuat Kamu bahagia sebagai bentuk pengalihan.

 

Saat seperti ini, Kamu bisa mulai mengidentifikasi kebahagiaan Kamu sendiri, bukan kebahagiaan yang berasal dari proyeksi orang lain. Saat merasa benci dengan kesuksesan atau kebahagiaan orang lain, cobalah untuk fokus mencari kebahagiaan diri sendiri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain. Selain itu, cobalah untuk belajar menerima kebahagiaan atau hal-hal baik dari orang lain. (TI/AY)