Tindakan bedah bariatrik belakangan ini mulai banyak diperbincangkan, akibat kasus-kasus pasien dengan obesitas ekstrem. Tindakan bedah pada lambung ini menjadi salah satu terapi yang dinilai paling efektif menurunkan berat badan, jika metode diet dan pengobatan lain tidak membawa hasil.

 

Namun, bedah beriatrik ternyata membawa manfaat lain, khususnya pada pasien diabetes. Beberapa kasus menunjukkan, gula darah pada pasien diabetes yang sebelumnya obesitas dapat menjadi normal setelah menjalani bedah bariatrik.

 

Doktor Peter Ian Limas, spesialis bedah digestif dari Rumah Sakit Pondoh Indah, Jakarta, memaparkan berbagai manfaat bedah bariatrik pada pasien diabetes dan obesitas dalam acara diskusi dengan media tentang Peran Bedah Bariatrik & Metabolik dalam Pengobatan Obesitas dan Diabetes, di Jakarta, Kamis, 14 Maret 2019.

 

Baca juga: Tindakan Perkecil Lambung untuk Wanita Asal Kalteng Berbobot 350 Kilogram?

 

Mengapa Harus Bedah Bariatrik?

Penurunan berat badan pada intinya adalah mengurangi asupan kalori dan menambah pengeluaran energi. Caranya dengan memperbaiki pola makan dan mungkin dibantu obat penurun berat badan. Namun, apakah selalu berhasil? Menurut dr. Peter, untuk kasus obesitas yang ekstrem, agak sulit. 

 

"Mengatasi obesitas dengan mengurangi asupan energi dan obat-obatan, tingkat keberhasilannya hanya 3%. Untuk kasus pasien obesitas dengan berat badan 120 kg misalnya, setidaknya ia mengalami kelebihan berat badan 55 kg. Ini sangat sulit dicapai dengan metode konvensional," jelas dr. Peter.

 

Selain itu, ia menambahkan, tujuan menurunkan berat badan tidak semata-mata mengurangi bobot tubuh, melainkan juga menghadang penyakit-penyakit yang dapat timbul karena obesitas, misalnya diabetes, penyakit jantung, dan penyakit metabolik lainnya. 

 

Maka satu-satunya cara paling efektif untuk menurunkan berat badan pasien obesitas dengan BMI > 40 kg/m2 adalah pembedahan. Tujuan bedah bariatrik adalah:

 

1. Pembatasan asupan makanan. Pembedahan dilakukan untuk membatasi jumlah makanan yang akan diolah di lambung. Dengan begitu, ada pembatasan jumlah kalori yang bisa dimakan.


2. Malabsorpsi. Pembedahan juga dimaksudkan untuk mempersingkat atau memotong sebagian dari usus kecil, sehingga mengurangi jumlah kalori dan nutrisi yang diserap tubuh.

 

Baca juga: Ini yang Terjadi Saat Kelebihan Berat Badan Dibiarkan!

 

Jenis-jenis Bedah Bariatrik

Bedah atau operasi bariatrik adalah terapi atau pengobatan untuk orang gemuk. Ada beberapa cara yang bisa dipilih dari bedah bariatrik ini, seperti dijelaskan oleh dr. Peter:

 

1. Gastrik bypass

Ini adalah operasi untuk membuat jalan pintas antara kerongkongan dan usus kecil. Dengan begitu, makanan akan langsung masuk ke usus halus tanpa melalui lambung.

2. Sleeve gastrektomi

Secara awam, sleeve gastrektomi adalah operasi memotong ukuran lambung. Biasanya, 85% dibuang dan hanya menyisakan 15% bagian lambung. Diameter lambung menjadi hanya sebesar kelingking.

 

Tujuannya adalah membuat efek cepat kenyang. Tindakan ini biasanya diberikan pada penderita obesitas yang harus secepatnya diberikan pertolongan, karena sudah sangat berbahaya jika dibiarkan obesitas dalam waktu lama.

3. Mini gastrik bypass

Tindakan mini gastrik bypass adalah gabungan antara pemotongan lambung dan gastrik bypass.

4. Gastrik banding

Dibandingkan jenis bedah bariatrik lainnya, tindakan gastrik banding lebih minimal invasif. Caranya yaitu mengikat lambung dengan alat semacam cincin, sehingga ukuran lambung berkurang. Bedanya dengan gastrektomi, ikatan ini bisa dibuka kembali jika diperlukan.

 

Dari jenis-jenis bariatrik tersebut, mana yang terbaik? Tentu dokter yang akan menentukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemungkinan efek samping pada pasien.

 

“Dengan teknik bedah bariatrik, akan terjadi penurunan berat badan sekitar 55-85%. Jika pasien dapat bekerja sama, melakukan diet, dan berolahraga rutin, dalam 1 tahun pasien biasanya menjalani operasi bedah plastik untuk memperbaiki kondisi kulit yang bergelambir, karena berat badan jauh berkurang.” jelas dr Peter.


Di Indonesia, sudah sekitar 200 operasi bariatrik yang dilakukan. Sebagian besar operasi yang dilakukan adalah sleeve gastrektomi. “Di RSPI, pasien terberat yang pernah dioperasi memiliki berat badan 239 kg, pada November 2018 lalu.” papar dr. Peter.

 

Baca juga: Anak-anak Zaman Now Diprediksi Obesitas saat Dewasa!


Bedah Bariatrik dapat Memperbaiki Diabetes

Menurut dr. Peter, penderita diabetes yang menjalani bedah bariatrik akan mengalami penurunan gula darah hanya dalam waktu 2 hari setelah tindakan. Itulah sebabnya bedah bariatrik disebut juga operasi metabolik. Operasi bariatrik direkomendasikan pada pasien diabetes yang memiliki BMI > 32,5.

 

“Sampai saat ini, belum banyak diketahui mengapa bedah bariatrik bisa memperbaiki diabetes. Namun, beberapa tindakan yang pernah dilakukan menunjukkan, pasien menjadi tidak lagi membutuhkan insulin setelah operasi,” jelas dr. Peter.

 

Penjelasan yang masuk akal adalah terkait perubahan hormonal pasca tindakan operasi, termasuk insulin. Dengan berat badan turun, maka kebutuhan insulin otomatis berkurang.

 

Selain itu, tambah dr. Peter, hormon GLP-1 yang diproduksi di usus akan meningkat. GLP-1 adalah hormon yang meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan glukagon, hormon yang menaikkan gula darah.

 

Meskipun sangat baik untuk penderita diabetes, bukan berarti bedah bariatrik bisa menyembuhkan diabetes. Diabetes adalah penyakit akibat kerusakan pankreas.

 

“Namun, setidaknya bedah bariatrik akan dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga produksi insulin yang sudah sedikit pada penderita diabetes tetap efektif. Dengan perbaikan metabolisme lainnya, maka efek jangka panjangnya akan sangat menguntungkan pasien diabetes,” jelas dr. Peter.

 

Baca juga: Ini Lho, Mengapa Orang Gemuk Rentan Kena Diabetes!

 

Tetap Harus Diet dan Jalani Gaya Hidup Sehat

Bedah bariatrik direkomendasikan untuk penderita obesitas kelas III (BMI > 37,5), obesitas yang disertai diabetes (BMI > 32,5), dan obesitas kelas I tetapi tidak bisa diturunkan dengan terapi lain (BMI > 27,5).



Dokter spesialis bedah digestif senior dari RSPI, dr. Hermansyur Kartowisastro menambahkan, penanganan obesitas sebaiknya tidak hanya mengandalkan bedah bariatrik saja, tetapi juga melibatkan dokter spesialis gizi, dokter spesialis penyakit dalam, dan dokter olahraga.

 

“Maka disiplin menjaga pola hidup sehat sangat penting pasca operasi. Pencegahan obesitas tetap prioritas. Para orang tua harus waspada jika anak mereka gemuk dan jangan bangga, karena ketika dewasa penanganan obesitas menjadi lebih sulit,” pesannya. (AY/AS)

 

Baca juga: Lakukan Ini agar Resolusi Turunkan Berat Badan Berhasil!
 


Referensi:

American Diabetes Association. Bariatric Surgery in Patients With Morbid Obesity and Type 2 Diabetes

Mayo Clinic. Guide to types of weight-loss surgery