Makan termasuk salah satu kebutuhan pokok semua manusia untuk melangsungkan hidupnya. Pernyataan ini merupakan analisis yang manusiawi dan logis. Idealnya, tubuh manusia harus terhindar dari berbagai macam penyakit yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Selain itu makanan yang kita konsumsi juga harus memberikan banyak manfaat bagi tubuh agar dapat bekerja dengan maksimal.

 

Tetapi pada kenyataannya, justru banyak makanan yang justri mendatangkan banyak penyakit pada manusia, baik yang berhubungan dengan pola maupun cara makan dan juga memang jenis makanan yang dikonsumsi (Hidayah, 2011).

 

Selain itu, terkadang tanpa disadari makanan yang sehat berubah menjadi tidak sehat hanya karena cara mengonsumsi dan cara mengolahnya yang kurang tepat. Salah satunya dengan meniup makanan atau minuman yang panas. Kelihatannya sepele ya, padahal memang kita sebaikya menghindarinya. Apa bahaya meniup makanan panas?

 

Baca juga: Begini Cara Mengobati Lidah Terbakar karena Makanan Panas!

 

Bahaya Meniup Makanan Panas

Meniup makanan panas agar bisa segera turun suhunya dan segera dikonsumsi mungkin hanya masalah sepele. Padahal, sejak dalam agama Islam, Rasulullah SAW pun melarang agar tidak meniup makanan atau minuman yang panas. Lambat laun, hal ini mulai bisa dibuktikan secara ilmiah.

 

Beberapa penelitian di era modern pun membuktikan bahwa meniup makanan atau minuman yang panas ternyata dapat membahayakan kesehatan. Sebab, udara yang keluar melalui hembusan nafas merupakan udara yang telah rusak dan penuh dengan karbon dioksida (CO2) (Tharsyah, 2006).

 

Beberapa alasan mengapa tidak diperbolehkan meniup makanan/minuman yang panas, yaitu :

 

1. Mengganggu pH darah

Makanan yang masih panas mengandung uap(air), jika ditiup maka akan terjadi reaksi penggabungan molekul air (H2O) dari makanan dengan gas karbondioksida (CO2) dari mulut. Sebagaimana kita tahu bahwa siklus bernafas adalah menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2).

 

Sehingga ketika meniup makanan, tentunya yang dikeluarkan adalah gas CO2. Sementara itu, makanan panas masih mengeluarkan uap air (H2O). Menurut reaksi kimia, jika uap air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa baru, yaitu asam karbonat yang bersifat asam.

H2O + CO2 --> H2CO3. (Smeer, 2009).

 

Di dalam darah terdapat H2CO3  yang berfungsi untuk mengatur pH (tingkat keasaman) dalam darah. Darah merupakan buffer (larutan penyangga) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan dengan basa konjugasinya berupa HCO3 sehingga pH darah sebesar 7,35 – 7,45.

CO2 + H2O --> HCO3- + H+

 

Tubuh menggunakan buffer sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Dengan adanya kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah satu dari dua kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

 

Asidosis adalah keadaan di mana darah terlalu banyak mengandung asam dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Sedangkan Alkalosis adalah keadaan di mana darah terlalu banyak mengandung basa dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

 

Baca juga: Ngeri Banget! Ini Bahaya Makan Nasi yang Belum Matang

 

2. Dapat merusak makosa pada mulut dan juga saluran pencernaan di bawahnya.

Hobi mengonsumsi makanan atau minuman panas, apabila hal ini dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan indra pengecap, kerusakan permanen mukosa rongga mulut, serta gangguan pada gigi (Anam, 2016).

 

3. Risiko terinfeksi bakteri Helicobacter pylori yang mudah menyebar melalui pernafasan.

Bakteri ini dapat menyebabkan peradangan pada lapisan lambung, yang berawal dari luka kecil hingga membesar menjadi tukak lambung. Infeksi bakteri helicobacter akan muncul dalam tubuh seseorang melalui air yang tercemar dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis serta dari kontak antar orang.

 

4. Menjadi media penyebaran virus, bakteri, dan partikel zat berbahaya.

Sisa-sisa makanan yang ada di dalamnya bisa membusuk dan menyebabkan pula bau mulut yang tidak sedap. Apabila bau ini ditiupkan ke dalam makanan atau minuman panas yang akan diminum, tentunya akan menempel dan berbahaya jika diminum.

 

Tak hanya itu, terdapat juga mikroorganisme tak kasat mata di dalam mulut yang bersifat baik maupun buruk. Maka dari itu, makhluk yang sangat renik di dalam mulut tersebut akan menempel pada makanan panas apabila ditiup dan dapat berdampak buruk jika masuk ke dalam perut.

 

Selain ditinjau dari etika makan yang kurang sopan, ternyata dari segi kesehatan juga dilarang meniup makanan atau minuman yang masih panas. Oleh sebab itu, marilah mulai mengedukasi minimal ke orang-orang terdekat. Dengan begitu maka kebiasaan meniup makanan atau  minuman panas mulai menghilang dan tidak lagi menjadi hal yang wajar.

 

Baca juga: Bolehkah Mengonsumsi Telur Mentah?

 

 

Referensi

Hidayah, A. (2011). Kesalahan-Kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Buku Biru.

Tharsyah, A. (2006). Yang Disenangi Nabi & Yang Tidak Disukai Nabi. Depok: Gema Insani.

Zeid B. Smeer, Kajian Hadis-Hadis Etika Makan Ditinjau Dari Aspek Kesehatan, Jurnal el-Harakah Vol. II, No 2, Tahun 2009, 95.

Khairu Anam, Pendidikan Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Perspektif Islam, Jurnal Sagacious Vol. 1 Juli-Desember 2016, 70.