Beberapa waktu lalu, beredar kabar meninggalnya reporter Metro TV Rifai Pamone. Berita ini cukup mengejutkan karena usia Rifai yang cukup muda, yaitu 38 tahun. Menurut keluarga, Rifai meninggal setelah menderita penyakit TB kelenjar. Menurut orang-orang terdekatnya, Rifai memang terlihat kurus dan tidak sehat sejak beberapa bulan lalu. Setelah beberapa waktu, Rifai akhirnya mengambil cuti dan kembali ke kampung halamannya. Namun, ia meninggal dunia beberapa hari setelahnya.

 

TB kelenjar memang merupakan penyakit yang belum diketahui banyak orang. Kebanyakan orang hanya tahu bahwa TB adalah penyakit paru-paru. Padahal, infeksinya bisa menyerang organ lain seperti tulang, usus, hingga kelenjar getah bening. Lalu, apakah TB kelenjar ini termasuk penyakit mematikan? Berikut penjelasan lengkapnya!

 

Baca juga: Mengenal Kelenjar Getah Bening dan Fungsinya bagi Tubuh

 

Apa Itu TB Kelenjar dan Apa Gejalanya?

TB atau tuberkulosis umumnya merupakan penyakit yang menyerang paru-paru. Gejala utama dari TB adalah batuk berdahak, yang jika sudah parah akan bercampur darah atau muncul garis-garis merah di dahak. Nah, yang tidak diketahui banyak orang adalah, sebenarnya infeksi kuman TB ini bisa menyerang bagian tubuh lain juga. Salah satu bagian tubuh selain paru-paru yang paling sering diserang oleh infeksi TB adalah kelenjar getah bening atau kelenjar limfe.

 

Berbeda dengan infeksi TB di paru-paru, TB kelenjar umumnya tidak menunjukkan gejala batuk-batuk. Gejala utama dari TB di paru-paru adalah lemas, lemah, suhu  tubuh meningkat hingga 38 derajat celsius, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun drastis.

 

 Karena gejalanya mirip dengan gejala banyak penyakit, baik yang ringan hingga yang berat, banyak penderita TB kelenjar yang tidak sadar terhadap penyakitnya. Penderita TB kelenjar biasanya bisa beraktivitas normal. Hanya saja, lama kelamaan akan terjadi penurunan aktivitas karena gejala kelelahan dan kelemahan.

 

Oleh sebabnya, banyak orang yang sudah terinfeksi TB kelenjar bisa hidup normal selama berbula-bulan, hingga infeksinya menjadi parah dan baru dibawa ke rumah sakit. Penderita TB kelenjar juga mudah terkena infeksi atau penyakit lain karena daya tahan tubuhnya menurun.

 

Di rumah sakit, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu mendeteksi jika adanya benjolan di bagian tubuh tertentu (limfadenitis atau radang kelenjar getah bening). Jika ditemukan benjolan, dokter tidak akan langsung mendiagnosis pasien terkena TB kelenjar. Pasalnya, pembesaran getah bening di leher, rahang bawah, pundak, ketiak, selangkangan, dan bagian tubuh lainnya juga bisa menjadi gejala kanker kelenjar getah bening atau limfoma.

 

Gejala TB kelenjar dengan kanker kelenjar getah bening juga mirip, yaitu tubuh lemas, nafsu makan hilang, berat badan menurun, nyeri otot, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, misalnya seperti tes USG. Makanya, diagnosis TB kelenjar memang membutuhkan sejumlah pemeriksaan mendalam terlebih dahulu.

 

Baca juga: Inilah Gejala Kanker Getah Bening yang Diderita Ustadz Arifin Ilham

 

Pengobatan TB Kelenjar

Jika sudah terdiagnosis TB kelenjar, dokter akan memberikan obat yang disesuaikan dengan kondisinya. Biasanya, obat yang diberikan dan harus dikonsumsi secara rutin adalah OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Penyakit ini sebenarnya mudah disembuhkan, asalkan ditemukan secara dini dan pasien mengonsumsi obat secara rutin, istirahat, dan menerima asupan gizi yang cukup.Ssumber penularannya juga harus dicari dan diobati

 

Baca juga: Waspada Limfoma yang Diawali Benjolan Tidak Biasa!

 

Kasus TB memang cukup banyak di Indonesia. Namun, infeksi TB  yang menyerang organ selain paru-paru tidak terlalu banyak. Karena gejala TB kelenjar menyerupai gejala kanker limfoma, banyak orang yang takut memeriksakan kondisinya ke dokter. Padahal, TB kelenjar lebih mudah disembuhkan jika ditemukan sedini mungkin.

 

Selain itu, TB kelenjar juga bukan termasuk penyakit yang mematikan. Jadi, kalau Geng Sehat memiliki gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, tidak perlu takut memeriksakan diri ke dokter. Jika sudah ditemukan penyakitnya dan segera diobati, Geng Sehat juga akan bisa kembali beraktivitas dengan normal. (UH/AY)