Mungkin beberapa tahun lalu, hampir semua orang familiar dengan sindrom ibu super (supermom). Identik dengan sosok  ibu yang terobsesi untuk melakukan peran sebagai ibu super sempurna, akhirnya sindrom ini pun menimbulkan pro dan kontra. Hal ini dikarenakan, secara tidak langsung, sindrom ibu super ini mendorong sesama ibu untuk saling berlomba demi pembuktikan diri dan saling membandingkan pola pengasuhan secara negatif.

 

Namun, pernahkah Mums mendengar tentang sindrom superchild? Bagaimana pandangan dunia pengasuhan anak tentang fenomena 'anak super' ini? Simak penjelasan selengkapnya, ya! 

 

Baca juga: Mengembangkan Karakter Anak dengan Bermain 

 

Sindrom anak super adalah sindrom dalam diri anak yang membuatnya terobsesi dan terlalu berkompetisi demi menjadi yang terbaik dibandingkan anak-anak seusianya. Sindrom ini tidak muncul sendiri, melainkan ditanamkan oleh orangtua. Orangtua dari anak-anak super ini, umumnya kerap menginginkan anak untuk unggul secara sempurna dan berkembang lebih pesat, daripada tahapan tumbuh kembang yang semestinya. Dampak negatif dari didikan ini, adalah munculnya superchild syndrome. Mengapa hal ini bisa berkaitan? Karena umumnya, anak-anak dari orangtua yang super kompetitif, pasti diharapkan tumbuh menjadi sosok yang terobsesi pada persaingan pula. 

 

Baca juga: Cerita Unik Pengasuhan Anak dari Seluruh Dunia

 

Kelemahan Sindrom Anak Super

Para pakar dunia pengasuhan anak tidak menyetujui sindrom anak super ini. Mengapa? Alih-alih melewati tahapan tumbuh kembang yang sehat dan normal, anak yang dibesarkan dengan motivasi untuk selalu menjadi anak super, akan mengalami perkembangan yang sedikit lebih cepat daripada tahapan yang semestinya terjadi pada usia mereka. Mereka pun terobsesi ingin menjadi dewasa sebelum waktunya, ingin melebihi bakat orang lain, dan haus akan prestasi. Intinya mereka tidak ingin menjadi anak yang biasa-biasa saja.

 

Biasanya sindrom anak super lebih sering ditanamkan oleh orangtua yang menemui hambatan atau gagal meraih pencapaian tinggi pada usia muda. Dirangkum dari psychcenter.com, orangtua yang tidak pernah benar-benar puas pada profil diri mereka sendiri, pada akhirnya hanya akan menginginkan pencapaian yang lebih dari anak mereka.

 

Inilah sebabnya mengapa orangtua harus merasa puas terlebih dulu pada pencapaian hidup mereka, agar bisa menerima apa adanya setiap tahapan yang berhasil diraih oleh anak. Pakar pengasuhan anak pun sepakat bahwa sindrom anak super ini tidak baik untuk tumbuh kembang anak. Anak harus melewati proses alami, agar kepribadiannya berkembang secara utuh tanpa terpaksa. 

 

Dampak Buruk dari Sindrom Anak Super

Ini dia beberapa dampak buruk dari memberi terlalu banyak tekanan dan ekspektasi pada anak di usia yang terlalu dini.

 

Kinerja jangka panjang anak tidak akan membaik. Contohnya, memaksakan anak untuk mampu menulis dan membaca di usia yang terlalu muda, tidak akan memberikan hasil maksimal untuk kedepannya. Rasa terpaksa yang mengiringi proses pembelajaran tersebut, akhirnya akan membuat anak berhenti belajar. Akan jauh lebih bijaksana dan mudah jika Mums menunggu sampai akhirnya si Kecil mulai menunjukkan minat untuk belajar. Ia akan sangat menikmati setiap momen dan bangga dengan hasil pembelajarannya.

 

Anak juga sering merasa kelelahan jika dipaksa untuk mempelajari keahlian yang belum dia minati. Akibatnya motivasi diri anak,cenderung menjadi lemah. Anak-anak yang dipaksa untuk menguasai beragam ketrampilan, mungkin akan menunjukkan prestasi jangka pendek di bidang tersebut. Namun risikonya, mereka sering tertinggal dalam studi penalaran, pelajaran tentang ilmu pengetahuan (sains), dan bidang-bidang konseptual untuk jangka panjang. Terlalu banyak ragam ilmu yang dituntut untuk mereka kuasai, akhirnya mereka hanya mampu meniru apa yang telah diajarkan, tanpa benar-benar memahaminya.

 

Dalam kasus yang ekstrem, anak bisa sepenuhnya merasa kehilangan kesenangan masa kecil. Hal ini dikarenakan orangtua kerap menilai momen bermain sebagai pemborosan waktu. Kelak, kekurangan ini justru akan menghambat pertumbuhan mereka sebagai orang dewasa.

 

Anak-anak bukanlah objek atau miniatur orangtua. Biarkan mereka berkembang sesuai tahapan tumbuh kembangnya. Jadilah orangtua yang mendukung sepenuhnya anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi orang yang paling bahagia, paling sehat, dan paling merasa dihargai dengan hal-hal yang mereka inginkan. (TA/AY)

Baca juga: Manfaat Menggambar dan Mewarnai bagi Anak