Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, berisiko mengalami berbagai jenis infeksi, salah satunya infeksi tuberculosis atau TBC. Kini TBC disebut dengan TB saja untuk menghilangkan stigma negatif. Diabetes adalah salah satu penyakit yang menyebabkan daya tahan tubuh turun. Orang dengan diabetes  biasanya memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dibandingkan orang yang bukan penderita diabetes. Oleh karena itu penderita diabetes rentan tertular TB.

 

TB dan diabetes itu ibarat telur dengan ayam. Diabetes dapat meningkatkan TB, sebaliknya TB dapat menyulitkan kontrol diabetes. Bahkan obat-obatan TB diketahui dapat meningkatkan gula darah, satu hal yang menjadi musuh penderita diabetes.

Baca juga: Waspada, Jumlah Bakteri Tuberkulosis (TB) yang Kebal terhadap Obat Meningkat!
 

Penelitian yang sudah dilakukan dari beberapa negara menunjukkan, 5-30% pasien TB juga penderita diabetes, dan diabetes juga terbukti sebagai faktor risiko berkembangnya TB. Penderita diabetes memiliki risiko tertular TB 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan orang yang bukan penderita diabetes. TB pada penderita diabetes juga lebih rentan kambuh dan menyebabkan kematian.

 

Karena kombinasi mematikan diabetes dan TB, WHO mencanangkan program deteksi TB pada semua pasien diabetes. Deteksi dini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan kedua penyakit ini. Penderita TB juga disarankan melakukan cek kesehatan untuk mendiagnosis apakah dia juga mengidap diabetes.

 

Gejala TB

Gejala TB yang paling sering adalah batuk lebih dari tiga minggu tidak kunjung sembuh, penurunan berat badan, hilang nafsu makan, demam, keringat di malam hari, dan rasa lelah atau kurang tenaga. Segera pergi ke dokter jika mengalami gejala-gejala TB sehingga dapat segera diobati. Pengobatan TB umumnya berlangsung 6 bulan tanpa putus. Jika penderita diabetes terdeteksi TB, tentu diberikan juga obat-obatan untuk diabetes.

 

Bagaimana cara mendeteksi TB?

Ada dua cara mendeteksi TB, yaitu dengan tes kulit dan tes darah. Tes kulit disebut juga tes Mantoux. Pasien harus dua kali datang ke dokter. Pada kunjungan pertama, dokter akan menyuntikkan cairan tuberkulin di bawah kulit lengan pasien. Prosedur tes kulit untuk mendeteksi TB ini mirip cara mendeteksi alergi. Hanya jenis cairan yang disuntikkan yang membedakan. Setelah disuntik dengan tuberkulin, 48-72 jam, pasien datang kembali untuk membaca hasil. Jika bekas suntikan menjadi bengkak, keras dan kemerahan maka pasien dinyatakan positif TB.

Baca juga: 4 Hal Penting dari Pengobatan Tuberkulosis (TB)

 

 

Tes darah untuk TB disebut interferon-gamma release assays (IGRAs). Pasien dinyatakan menderita TB jika hasilnya positif. Baik tes kulit maupun tes darah tidak dapat menentukan jenis TB, apakah TB laten atau TB infeksi.

 

TB laten adalah jika seseorang positif terinfeksi bakteri penyebab TB, yaitu Mycobacterium tuberculosis, tetapi infeksinya tidak aktif. Ia tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Sebaliknya TB infeksi adalah jenis TB yang aktif dan berpotensi menularkan kepada orang-orang di sekitarnya. TB ditularkan melalui percikan ludah saat batuk atau bersin. Untuk menentukan jenis infeksi TB, bisanya dilakukan tes tambahan, yaitu pemeriksaan dahak, foto rontgen paru, dan sebagainya.

 

Terapi

Pasien TB yang disertai penyakit lain termasuk diabetes lebih sulit diobati. Alasannya adalah, pertama, diabetes melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga kurang efektif melawan infeksi TB. Kedua, karena infeksi sulit diberantas akibatnya risiko kematian karena TB pada penderita diabetes meningkat. Risiko kematian semakin meningkat jika penderita diabetes sudah mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, stroke atau gagal ginjal. Alasan ketiga, obat-obatan untuk TB menjadi tidak terlalu efektif akibat diabetes.  

 

Baca juga: TBC: Tak Hanya Bisa Menyerang Paru-paru

 

Saat ini diabetes sudah menjadi endemik di seluruh dunia, begitu juga dengan TB. Beban ganda diabetes dan TB semakin memperberat biaya kesehatan terutama di negara miskin dan berkembang. Rekomendasi WHO diharapkan dapat mengurangi beban ganda pasien. Pasien diabetes hanya fokus pada pengobatan untuk mengendalikan gula darah saja, dan pasien TB hanya fokus mengeradikasi penyakit TB dari tubuhnya. (AY)