Bagi Geng Sehat yang memiliki penyakit asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya inhaler. Inhaler adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam terapi asma dan PPOK. Alat ini berisi obat-obatan yang sifatnya reliever atau pereda serangan, maupun sebagai maintenance agar penyakit tetap terjaga alias tidak timbul serangan akut. Inhaler sendiri ada macam-macam jenisnya, tergantung dari mekanisme pengeluaran obat dan penggunaannya.

 

Sebagai apoteker, jika bertemu pasien yang mendapatkan terapi dengan inhaler, saya selalu berusaha memberikan edukasi mengenai cara penggunaan inhaler. Hal ini bukan tanpa alasan. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kegagalan terapi asma dan PPOK disebabkan oleh kesalahan pasien dalam menggunakan inhaler. Jadi, penyakit tidak bertambah baik karena obat tidak masuk ke dalam paru-paru sesuai yang seharusnya.

Baca juga: Bahaya Polusi Udara bagi Anak

 

Menggunakan inhaler memang gampang-gampang susah. Untuk pasien yang baru saja menggunakannya, memang terasa sulit. Namun, lama-kelamaan akan terbiasa. Karena ketepatan penggunaan inhaler sangat menentukan keberhasilan terapi, ada beberapa kesalahan umum yang sebaiknya dihindari. Berdasarkan pengalaman saya sebagai apoteker, berikut 7 kesalahan yang paling banyak terjadi saat menggunakan inhaler untuk terapi asma dan PPOK.

 

1. Tidak menggunakan inhaler dengan teknik yang benar

Seperti saya sudah tekankan di atas, teknik penggunaan yang benar adalah kunci dari keberhasilan terapi menggunakan inhaler. Setiap jenis inhaler memiliki cara penggunaannya masing-masing. Saya sendiri selalu menggunakan alat bantu berupa video, brosur, dan dummy inhaler saat memberi edukasi kepada pasien tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat.

 

Tidak hanya menunjukkan, saya selalu meminta pasien mempraktikkan apa yang sudah diajarkan. Edukasi ini tidak cukup sekali, sehingga saya selalu menyarankan pasien melihat kembali video dan brosur yang sudah diberikan, untuk memastikan bahwa mereka menggunakan inhaler dengan baik.

 

2. Tidak mengeluarkan napas terlebih dahulu

Prinsip dasar dari inhaler adalah obat akan masuk ke paru-paru pada saat pasien menarik napas. Jadi, pasien perlu menarik napas dalam agar obat benar-benar masuk seutuhnya ke paru-paru. Dan untuk membantu hal itu, pasien harus mengeluarkan napas semaksimal mungkin sebelum menggunakan inhaler, agar tersedia ‘tempat’ untuk menarik napas dalam-dalam. Hal ini sering dilupakan pasien. Kebanyakan dari mereka langsung menghirup inhaler tanpa mengeluarkan napas terlebih dahulu

 

3. Tidak menahan napas setelah menghirup obat

Setelah obat masuk, sebaiknya pasien tidak langsung mengembuskan napas. Disarankan untuk menahan napas selama kurang lebih 10 detik. Namun jika pasien sudah tidak kuat, kurang dari 10 detik pun tidak masalah, selama pasien merasa nyaman. Dengan menahan napas, jalan udara tidak langsung terbuka. Obat pun bertahan lebih lama. Diharapkan dengan ini semakin banyak pula obat yang bisa masuk ke paru-paru.

Baca juga: Hindari 5 Penyebab Asma Menjadi Kambuh!

 

4. Tidak berkumur setelah menggunakan inhaler

Hal ini khususnya berlaku bagi pengguna inhaler yang mengandung obat kortikosteroid, seperti budesonide, fluticasone, beclomethasone, atau mometasone. Kortikosteroid berperan untuk mengurangi peradangan dan mengurangi produksi mukus di saluran napas.

 

Kortikosteroid dapat menyebabkan infeksi jamur ringan di mulut. Oleh karena itu, disarankan selalu berkumur setelah menggunakan inhaler. Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan sisa-sisa obat yang tertinggal di rongga mulut. Disarankan pula untuk menggosok gigi secara rutin. Selain itu, pasien sebaiknya mengganti sikat gigi lebih sering, misalnya sebulan sekali.

 

5. Tidak membersihkan bagian mouthpiece setelah digunakan

Pembersihan inhaler, terutama bagian mouthpiece, terlihat sebagai hal yang sederhana. Namun, ini sangat penting untuk memastikan inhaler bekerja dengan baik. Pada beberapa kasus, bagian mouthpiece tertutup kotoran atau sisa obat dari dosis sebelumnya, sehingga mengganggu keluarnya obat.

 

Pembersihan dapat dilakukan dengan mengelap mouthpiece dengan kain kering. Untuk jenis inhaler pressurised metered dose inhaler (MDI), yang perlu dibersihkan hanyalah bagian plastiknya saja. Pisahkan dahulu tabung dengan bagian pelindung plastik, bersihkan bagian plastik dengan air hangat, lalu keringkan dan pasang kembali tabung. Bagian tabung yang terbuat dari logam tidak perlu dibersihkan apalagi direndam air.

 

Untuk jenis dry powder inhaler, yang mana obat berbentuk serbuk, mouthpiece dibersihkan dengan kain kering. Tidak disarankan menggunakan air, karena dapat merusak serbuk obat yang sensitif terhadap kelembapan.

 

6. Tidak memberikan jeda waktu dari satu semprotan ke semprotan berikutnya

Beberapa inhaler memerlukan dosis 2 kali semprot dalam sekali penggunaan. Misalnya 2 kali sehari 2 semprot. Perlu ada jeda sekitar 30-60 detik dari satu semprotan ke semprotan berikutnya. Hal ini untuk memastikan obat dari semprotan pertama sudah masuk ke paru-paru, baru kemudian dilakukan semprotan berikutnya.

Baca juga: Bahayakah Sesak Napas Saat Hamil?

 

7. Tidak menyimpan inhaler dengan benar

Petunjuk penyimpanan inhaler ada di setiap leaflet yang menyertai. Secara umum, selalu pasang kembali penutup mouthpiece setelah digunakan, untuk memastikan mouthpiece selalu bersih. Untuk pressurised MDI, hindari menyimpan di tempat panas, karena dapat meningkatkan tekanan yang ada dalam tabung.

 

Gengs, itulah dia 7 kesalahan yang umum terjadi dalam penggunaan inhaler untuk pengobatan asma dan PPOK. Sebenarnya jika diperhatikan, ketujuh hal tersebut adalah hal yang sederhana, tetapi ternyata berpengaruh besar terhadap keberhasilan terapi. Jadi, jika Kamu atau orang-orang terdekatmu menggunakan inhaler, pastikan tidak melakukan kesalahan-kesalahan ini, ya! Salam sehat!