Geng Sehat pasti pernah mendengar mengenai penyakit asma. Asma adalah suatu kondisi inflamasi atau peradangan kronik, yang umum terjadi di saluran pernapasan. Ini ditandai dengan terjadinya bronkokonstriksi alias penyempitan bronkus. Gejala yang paling sering timbul akibat asma antara lain batuk, napas berdesis, dada terasa sesak, dan sulit bernapas.

 

Seperti sudah saya sebutkan di awal, asma adalah suatu kondisi yang sifatnya kronis alias menetap. Meskipun demikian, jika ada kehadiran suatu pencetus, dapat terjadi serangan akut yang jika tidak ditangani dengan baik akan membahayakan hidup.

 

Penggunaan obat-obatan untuk asma dimaksudkan agar penderitanya dapat beraktivitas dengan baik tanpa gejala yang menganggu, tidak terbangun di malam hari karena kesulitan bernapas, memiliki fungsi paru yang normal, dapat beraktivitas normal tanpa limitasi misalnya berolahraga, dan tentunya untuk mencegah serangan akut.

Baca juga: Bahaya Polusi Udara bagi Anak
 

Salah satu cara pemberian obat pada kondisi asma adalah dengan menggunakan inhaler. Mungkin Kamu pernah melihatnya atau malah pernah menggunakannya. Inhaler tersedia dalam berbagai bentuk, umumnya berbentuk tabung panjang dengan mouthpiece. Ada juga yang berbentuk seperti diskus dan lain sebagainya.

 

Pengobatan menggunakan inhaler banyak dipilih karena obat akan lebih cepat sampai ke paru-paru dan memiliki efek samping sistemik yang lebih rendah dibanding obat minum (oral), karena tidak banyak yang terabsorpsi ke dalam tubuh. Ada 3 jenis inhaler berdasarkan cara penggunaannya. Semuanya memiliki karakteristik tertentu. Apa sajakah 3 jenis inhaler tersebut? Ini dia!

 

1. Pressurised metered dose inhaler

Sesuai namanya yakni pressurised, inhaler jenis ini akan mengeluarkan obat dari dalam alat saat ditekan. Obat tersedia dalam tabung dan berbentuk cairan atau gas. Saat alat ditekan, obat akan berubah menjadi spray yang sangat halus. Jadi, pasien harus menarik napas dengan lembut saat alat ditekan, agar obat dalam bentuk spray halus tadi dapat masuk ke paru-paru. Alat ini juga sering disebut puff.

 

Yang harus diperhatikan dari penggunaan inhaler jenis pressurised ini adalah inhaler harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan. Selain itu, jika dosis yang diberikan dokter adalah 2 kali semprot dalam sekali penggunaan (misalnya 2 kali sehari 2 semprot), maka dari semprotan pertama ke semprotan kedua harus diberikan jeda kurang lebih 30-60 detik. Jadi, tidak bisa langsung menekan 2 kali semprot ya, Gengs!

Baca juga: Asma saat Hamil, Apa yang Harus Dilakukan?
 

Salah satu kesulitan pasien dalam menggunakan inhaler jenis ini adalah mereka tidak dapat mengoordinasikan menekan alat sambil menarik napas, misalnya pada pasien anak-anak. Jika seperti ini, dapat digunakan suatu alat bantu bernama spacer yang tujuannya mengurangi beban koordinasi tersebut. Obat akan berada di spacer setelah keluar dari alat dan saat itulah pasien dapat menghirupnya.

 

2. Breath activated inhaler

Untuk inhaler jenis breath activated, saat menarik napas obat akan keluar dari wadahnya dan masuk ke paru-paru. Itulah mengapa disebut dengan breath-activated inhaler. Inhaler jenis ini biasanya digunakan untuk pasien lanjut usia, yang memiliki kesulitan menekan pressurised inhaler.

 

3. Dry powder inhaler

Sesuai namanya, obat akan keluar dari alat dalam bentuk serbuk yang sangat halus saat menarik napas. Jadi, ada sensasi lewatnya serbuk. Sama dengan breath activated inhaler, biasanya inhaler jenis ini digunakan pada pasien yang memiliki kesulitan atau tidak mau menggunakan pressurised inhaler, misalnya pasien lanjut usia dan anak-anak berusia di atas 5 tahun.

 

Berbeda dengan dua inhaler di atas yang obatnya berbentuk gas atau cairan dalam tabung, obat yang tersedia dalam dry powder inhaler berbentuk serbuk dalam wadah multi dosis atau dalam bentuk kapsul yang harus dimasukkan ke dalam alat sebelum penggunaan.

Baca juga: 4 Pemicu Asma dan Cara Herbal untuk Mengobatinya
 

Setiap jenis inhaler mengandung obat yang berbeda dengan fungsi yang berbeda pula. Jadi, seorang pasien asma dapat menggunakan 2 jenis inhaler yang berbeda. Misalnya, satu pressurised inhaler yang berisi salbutamol sebagai reliever saat terjadi serangan akut, serta satu dry powder inhaler berisi kortikosteroid dan salmeterol sebagai obat yang rutin digunakan setiap hari.

 

Tentu saja setiap jenis inhaler memiliki cara penggunaannya masing-masing. Oleh karena itu, jika Kamu atau orang-orang terdekatmu terkena asma dan harus menggunakan inhaler, sangat penting untuk mendapatkan edukasi yang paripurna dari dokter dan apoteker mengenai penggunaan inhaler. Pasalnya, ada banyak sekali laporan bahwa kondisi asma pasien tidak membaik bukan karena obatnya tidak manjur, melainkan karena pasien menggunakan inhaler secara tidak tepat. Alhasil, obat jadi tidak bisa masuk ke paru-paru!

 

Gengs, itulah dia 3 jenis inhaler yang digunakan dalam pengobatan asma. Beda jenisnya, beda pula cara penggunaan dan karakteristiknya. Ingat, yang terpenting adalah pasien asma mampu menggunakan inhaler dengan teknik yang benar, untuk menjamin keberhasilan terapi. Salam sehat!

 

Mencegah Penyakit Paru Kronis - GueSehat.com