Kamu punya teman atau keluarga yang mengalami hiperseksual? Atau mungkin justru Kamu yang mengalaminya? Apa sih sebenarnya hiperseksual itu? Hiperseksual dianggap sebagai salah satu bentuk gangguan yang lebih menyerupai kecanduan. Orang yang mengalaminya cenderung memiliki keasyikan berlebihan dengan fantasi seksual serta dorongan seks yang sulit dikendalikan. Dilansir dari treatment4addiction.com, gangguan ini telah dikenal secara luas oleh pakar kesehatan mental di seluruh dunia, meskipun sempat ditolak oleh American Psychiatric Association untuk diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

 

Konsekuensi terburuk dari perilaku seksual kompulsif ini adalah dampak negatifnya terhadap kesehatan, karier, rutinitas keseharian, bahkan pernikahan. Saat kelainan ini dijadikan fokus utama oleh penderitanya, maka hal selain seks sering dianggap tidak penting lagi. Tak jarang penderita gangguan hiperseksual terjerumus dalam kondisi yang membahayakan diri sendiri, hanya karena tidak bisa mengendalikan kecanduan seksual.  Kabar baiknya, dengan perawatan dan dukungan penuh, penderita gangguan hiperseksual dapat belajar untuk mengelola perilaku seksual kompulsif. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut, agar Kamu semakin memahami bantuan profesional apa saja yang bisa diberikan agar penderita hiperseksual dapat sembuh dari adiksi.

Baca juga: Seks juga Bisa Berbahaya untuk Kamu, Lho!

 

Tanda-tanda Hiperseksual

Ada banyak situasi yang mengindikasikan bahwa seseorang mengalami gangguan hiperseksual. Berikut diantaranya.

  • Waktu yang dihabiskan terlalu berlebihan untuk fokus pada fantasi seks, dorongan seksual, serta keterlibatan dalam aktivitas seksual.
  • Terlalu sering menjadikan seks sebagai pelampiasan dari rasa cemas, depresi, kebosanan, dan amarah yang tidak.
  • Berulang kali terlibat dalam perilaku seksual tanpa memerhatikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
  • Merasa tertekan akibat dorongan atau fantasi seksual yang obsesif.
  • Memiliki banyak pasangan seksual ataupun memungkinkan menjalin banyak perselingkuhan.
  • Menghindari keterlibatan emosional dan komitmen percintaan dalam hubungan seksual.
  • Memiliki obsesi yang sangat kuat terhadap pornografi.
  • Sering terlibat dalam dunia prostitusi.
  • Kecanduan cyber sex. Cyber sex adalah suatu perilaku seks yang dilakukan di dunia maya dengan mengandalkan ketersediaan konten pornografi yang ada dalam media sosial, aplikasi, dan lain sebagainya. 
  • Terlalu sering menghabiskan waktu untuk melakukan telepon seks. Telepon seks mengacu pada obrolan erotis yang dilakukan oleh dua orang via percakapan telepon untuk merasa terangsang.
  • Memiliki khayalan intens dan perilaku seksual yang harus disalurkan hingga waktu pun habis tersita.
  • Kerap selalu memiliki dorongan untuk berhubungan seks, yang membuatmu dapat melepaskan ketegangan, sekaligus merasa bersalah atau menyesal sesudahnya.
  • Terus terlibat dalam perilaku seksual yang memiliki konsekuensi serius. Konsekuensi tersebut diantaranya, hubungan seks yang berpotensi menularkan penyakit seksual, kesulitan membangun hubungan percintaan yang sehat dan stabil, masalah di tempat kerja, masalah finansial, hingga masalah hukum.

 

 

Penyebab Hiperseksual

Faktor-faktor berikut ini sering dikaitkan sebagai penyebab gangguan hiperseksual.

  • Tingginya kadar hormon serotonin, dopamine, dan norepinefrin dalam tubuh. Ketiga hormon ini berfungsi untuk mengatur suasana hati. Bila jumlahnya terlampau tinggi dalam tubuh, dapat memicu perilaku seksual kompulsif.
  • Pernah mengalami sejarah kekerasan fisik atau kekerasan seksual.
  • Ada riwayat penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.
  • Memiliki penyakit yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon androgen dalam tubuh. Salah satu contohnya, penyakit Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK).
  • Mengalami prevalensi gangguan lain yang dapat meningkatkan libido, misalnya gangguan bipolar.
  • Mengalami kecanduan konten seksual yang mencetus terjadinya perubahan jalur dalam sirkuit saraf otak.
  • Mengalami penyakit atau masalah kesehatan tertentu, seperti epilepsi dan demensia, yang menyebabkan kerusakan pada bagian otak sehingga memengaruhi perilaku seksual. Selain itu, pengobatan penyakit Parkinson yang mengharuskan pasiennya mengonsumsi obat agonis dopamin, juga dapat menyebabkan perilaku seksual kompulsif.
Baca juga: 10 Tanda Kehidupan Seks Kamu Sehat dan Bahagia

 

Dampak dari Hiperseksual

Sebuah riset dilakukan oleh pakar psikologi untuk mengetahui dampak dari gangguan hiperseksual.  Hasilnya? Para peneliti menemukan beberapa fakta sebagai berikut:

  • Sekitar 85% hingga 95% dari responden pria terdiagnosa mengalami gangguan hiperseksual.
  • Sekitar 17% dari orang-orang yang mengalami gangguan hiperseksual ini kehilangan pekerjaan akibat perilaku seksual tidak terkendali.
  • Sementara 28% dari mereka, mengalami infeksi menular seksual (IMS).
  • 39% dari responden mengalami perceraian.
  • 78% dari responden melaporkan perilaku hiperseksual ini sangat menghambat mereka untuk melakukan hubungan seks yang sehat.

 

Perawatan untuk Gangguan Hiperseksual

Saat seseorang terdiagnosa mengalami gangguan hiperseksual, ada serangkaian perawatan medis dan terapi psikologis yang bisa ia jadikan pilihan untuk menaklukkan kecanduan tersebut. Segeralah berkonsultasi dengan tim medis dan psikiater jika Kamu mendeteksi adanya dorongan seksual yang tidak normal, bersifat adiktif, sangat sulit dikendalikan, serta sudah sering membuatmu terlibat dalam masalah yang membahayakan keselamatan. Pastikan Kamu menemukan terapis yang kompeten di bidang ini.

 

Fokuslah pada manfaat perawatan untuk memiliki kesehatan fisik, psikologis, serta kehidupan seks yang lebih baik. Ingat, Kamu tidak sendiri. Selalu ada orang lain yang juga berjuang untuk pulih dari perilaku seksual kompulsif. Bila mereka berhasil mengusir gangguan ini, maka Kamu pun pasti bisa. (TA/WK)

Baca juga: 11 Kebiasan Buruk yang Melenyapkan Gairah Seks dalam Pernikahan