Pernahkah terpikir kenapa pernikahan begitu berharga? Karena kebahagiaan yang ditawarkan sangat sepadan dengan ujiannya. Pernikahan bukanlah 2 jam resepsi terbaik dalam hidupmu. Melainkan setiap menit penuh rasa senang, susah, sakit, sehat, baik, buruk, mesra, dan marah  yang ditawarkan secara acak setiap hari tanpa bisa Kamu prediksi. Pernikahan tidak ragu-ragu mengajarkan yang sebenarnya tentang kehidupan sejak hari pertama rumah tangga dibina.

 

Tidak ada pernikahan yang luput diuji. Pernikahan yang kuat ditempa oleh beragam ujian, justru akan menunjukkan jati diri pasangan suami istri itu sendiri. Apa saja cobaan atau ujian pernikahan yang sebaiknya diketahui oleh semua pasangan? Yuk, ajak pasanganmu membaca penjelasan selengkapnya! Kamu dan pasangan bisa kompak menyiapkan diri sebaik mungkin. Semakin realistis Kamu dan pasangan menyikapi potensi tantangan dalam pernikahan, semakin kuat kalian melewatinya.

Baca juga: 10 Tanda Kehidupan Seks Kamu Sehat dan Bahagia

 

11 Tahapan Ujian dalam Pernikahan

1. Perjuangan finansial

Tidak bisa dipungkiri, sesaat setelah menikah,  peran krusial pasangan untuk menafkahi istri, dimulai. Tanggung jawab ini, sangat rentan memicu stres. Selalu besarkan hati pasangan, lewat apapun cara yang Kamu yakini terbaik untuk mendukung pekerjaannya. Syukuri setiap rupiah yang berhasil ia bawa pulang ke rumah. Jika Kamu dan pasangan bisa mensyukuri hal-hal kecil sejak awal, keberkahan terbaik pasti akan terus bertambah dalam pernikahan. Selain itu, pasangan suami istri yang baik, harus saling terbuka tentang situasi finansial.  Semakin Kamu dan pasangan mengutamakan kejujuran di segala hal, semakin jujur pula jumlah rezeki yang datang dalam pernikahan kalian.

 

 

2. Karakter asli yang saling berbenturan

Percayalah, satu hari setelah menikah, sudah cukup untuk membuatmu terkaget oleh sifat asli pasangan. Seberapa baik Kamu merasa sudah mengenal pasangan, pasti ada saja karakter bawaan yang sebelumnya luput terdeteksi. Dan benturan karakter ini, jika terendus pada situasi dan waktu yang tidak tepat, sangat lumrah memicu sesi argumentasi. Fase adaptasi ini sangatlah normal. Biasakan untuk menjadi pasangan suami istri yang terbuka apa adanya dan tidak memendam opini. Bila Kamu merasa pasangan memiliki sifat yang kurang baik, utarakan pendapatmu sejak awal, agar kebiasaan tersebut tidak berkembang menjadi tabiat buruk yang berpotensi merusak hubungan dalam pernikahan.

 

3. Adaptasi mengurus rumah tangga

Dalam pola pernikahan di era modern, istri tidak identik lagi menjadi penanggung jawab penuh urusan pekerjaan rumah tangga.  Selama satu dekade terakhir, semakin banyak psikolog dan pakar pernikahan yang menyarankan adanya kerja sama diantara suami istri untuk menjalani pekerjaan rumah tangga. Mengenalkan sistem kerja sama ini terkadang menjadi tantangan tersendiri. Ada pria yang merasa tidak terbiasa dan takut salah berurusan dengan aktivitas rumah tangga. Namun, jangan jadikan hal ini alasan, mulailah tunjukkan inisiatif dari melakukan yang Kamu bisa. Satu pekerjaan kecil yang Kamu bantu, akan sangat bermakna bagi istrimu.

 

4. Menciptakan hubungan hamonis antara dua keluarga

Di Indonesia, ada ungkapan menikahi seseorang berarti juga menikahi keluarganya. Adalah egois jika Kamu menyukai pasanganmu, tanpa mencoba mengenal dengan baik segala sesuatu tentang orangtuanya. Cobalah menjadi suami istri yang saling menunjukkan penghargaan serta kasih sayang terhadap mertua, layaknya orangtuamu sendiri. Komunikasi dan penyesuaian diri yang baik merupakan kunci penentu hubungan yang harmonis antara mertua dan menantu. 

 

 

5. Masa Kehamilan

Setelah lewat masa-masa bulan madu, Kamu dan pasangan pasti menyimpan harapan untuk memiliki momongan. Saat keinginan ini terwujud, kalian memasuki masa adaptasi lain, yaitu kehamilan si Kecil. Inilah kesempatan utama bagi suami untuk membuktikan bahwa kehadiran buah hati yang menuntut segala bentuk transformasi dalam diri istri, justru membuat cintamu padanya bertambah.

 

6. Tantangan mengurus anak

Tugas menjadi orangtua tidaklah mudah. Kamu dan pasangan harus pintar mengatur segalanya. Pintar mempersiapkan perencanaan finansial, pintar memilah metode pengasuhan, juga pintar menempatkan prioritas sebagai orangtua tanpa kehilangan identitas sebagai suami istri. Si Kecil semestinya menjadi perekat cinta orangtua, karena sebelum kehadirannya, cinta Kamu dan pasanganlah yang lebih dulu ada.

 

7. Ketidaksetiaan

Pernikahan manapun pasti pernah ditantang akan ujian yang satu ini. Potensinya yang begitu rentan terjadi, bukan berarti menuduh semua pasangan suami istri gemar berselingkuh. Permasalahannya, tergantung pada pilihanmu untuk menyambut atau menampik godaan.  Jangan sampai Kamu membuat pilihan yang keliru, agar tidak berhadapan dengan sesal dan rasa bersalah.

Baca juga: 10 Tips Pernikahan Anti-Perselingkuhan
 

8. Merampungkan tugas sebagai orangtua 

Tanpa disadari si Kecil sudah tumbuh dewasa menjadi pribadi yang mandiri. Ia siap menjalani kehidupan bersama jodoh yang ia pilih. Disinilah perasaan Kamu dan pasangan akan berkecamuk. Seakan kilas balik dari seluruh momen kebersamaanmu dengan si Kecil berputar di depan mata. Tentu Kamu bahagia melihat dia menemukan pasangan hidup yang selalu ia damba. Namun di sisi lain, ada rasa hilang yang sulit untuk Kamu jelaskan. Sikapilah masa transisi ini dengan positif agar kebahagiaan hidupmu semakin bertambah. Kamu tahu buah hatimu berada di tangan yang tepat, karena ia akan menghabiskan sepanjang usia dengan orang yang sangat mencintainya.

 

9. Cobaan penyakit

Ujian penyakit merupakan salah satu bentuk cobaan yang menguras tenaga, pikiran, finansial, dan kesabaran. Meskipun hanya salah satu dari suami istri yang sakit, kenyataannya fase ujian ini mampu memengaruhi mereka berdua. Inilah saatnya bagi suami istri untuk tidak hanya memberikan bantuan medis, melainkan juga harus menumbuhkan rasa optimis. Satu hal yang tak kalah penting jika sebuah pernikahan dicoba oleh penyakit tertentu, jangan lupa untuk mengekspresikan rasa penghargaan yang dalam untuk semua dukungan yang keluarga berikan.

 

10. Perubahan situasi dalam karier

Perjalanan karier setiap individu pasti mengalami dinamika, termasuk karier Kamu dan pasangan. Kelak, Kamu akan meninggalkan dunia pekerjaan yang telah dijalani bertahun-tahun. Awalnya, Kamu dan pasangan pasti mengalami proses adaptasi. Hal ini lumrah terjadi. Berikan waktu pada dirimu untuk lambat laun terbiasa dengan perubahan yang ada. Lakukan hal-hal yang meningkatkan kesehatan fisik dan psikologi, agar tidak ada celah bagi Kamu dan pasangan untuk mengalami post-power syndrome atau depresi. Gantikan waktu yang hilang di masa produktif bekerja dengan saling merawat dan membahagiakan.

 

11. Kembali berdua

Pernikahan menyibukkan dirimu dengan begitu banyak tahapan hidup dan investasi waktu. Tahapan-tahapan ini menciptakan keterikatan pada anakkarier, dan rumah. Namun semua itu, pada akhirnya akan kembali pada satu titik, yaitu Kamu dan pasangan. Cobalah untuk menyibukkan diri dengan rutinitas baru yang bersifat relaksasi. Kamu dan pasangan bisa menemukan tujuan baru yang tidak kalah menyenangkan. Manfaatkan setiap detiknya untuk merayakan tahun-tahun kebersamaan yang telah berhasil kalian lewati. Kamu dan pasangan pasti sangat mensyukuri keputusan untuk selalu kuat bersama, tidak peduli sehebat apapun ujian menerpa.

 

Ujian-ujian dalam pernikahan layaknya undangan takdir yang harus dihadiri. Berhasil melewati ujian dalam pernikahan dan rumah tangga hanyalah satu dari sekian banyak bukti bahwa pernikahanmu siap untuk tumbuh semakin kuat. Jika sejak awal Kamu dan pasangan berkomitmen untuk selalu menghidupkan cinta dalam pernikahan, tidak mungkin ada halangan yang tidak bisa Kamu singkirkan. (TA/WK)

Baca juga: 10 Cara agar Pernikahan Langgeng hingga Akhir Hayat