d1c79e18_42-19616854ssss Asupan nutrisi yang baik merupakan hal penting yang harus Anda perhatikan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika nutrisi tidak dipenuhi dengan baik maka dapat mengakibatkan anak menjadi mudah sakit dan gangguan pada perkembangan otaknya. Program ASI eksklusif yang direkomendasikan oleh United Nation Children Fund (UNICEF) dan WHO (World Health Organization) dimaksudkan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Program ini merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama minimal 6 bulan dan setelah 6 bulan pemberian ASI dapat ditambah dengan makanan pendamping ASI (MPASI) hingga usia 2 tahun. Mengapa demikian? ASI yang diproduksi oleh kelenjar payudara ibu bersifat steril dan banyak mengandung gizi dan faktor kekebalan tubuh yang diperlukan oleh bayi, terutama pada beberapa bulan pertama kehidupannya. Berbeda dengan kandungan gizi yang terdapat dalam susu formula-yang mahal sekalipun, kandungan gizi dalam ASI dapat berubah sesuai dengan kebutuhan gizi janin sesuai usianya. Selain itu, bayi yang baru lahir belum bisa membentuk sistem imunnya sendiri oleh karena itu diperlukan asupan antibodi melalui ASI ibu. Namun seringkali ASI tidak langsung keluar setelah melahirkan, dan produksinya baru meningkat pada hari ketiga pasca persalinan. Hal ini seringkali membuat para ibu cemas dan menggantikannya dengan susu formula, padahal bayi yang baru lahir dapat bertahan hinga 2-3 hari tanpa mendapatkan asupan cairan.  Anda perlu tahu bahwa jumlah ASI yang keluar dan kandungan gizi di dalamnya sudah diciptakan Tuhan sesuai dengan kebutuhan bayi pada saat itu. Beberapa hari pertama setelah bersalin, jumlah ASI yang keluar hanya sedikit dan warnanya putih kekuningan, dan disebut kolostrum dan seringkali diartikan sebagai “susu basi” dan beberapa ibu justru membuagnnya. Padahal kolostrum ini banyak mengandung nutrisi dan faktor kekebalan tubuh yang dibutuhkan oleh bayi yang baru lahir. Selain untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kekebalan tubuh, memberikan ASI juga dapat menjalin hubungan emosional ibu dan bayi. Lalu mengapa berdasarkan data global RISKESDAS 2013, hanya 54,3% bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif? Ibu yang sibuk, bayi yang menangis seringkali dikaitkan dengan kondisi kelaparan, dan kepercayaan terhadap beberapa mitos, seringkali dijadikan alasan mengapa masih banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif.

Dukung ASI Eksklusif

Saat ini, semakin banyak wanita yang bekerja.  Hal ini seringkali dijadikan alasan gagalnya program ASI eksklusif. Lalu bagaimana cara menyiasatinya? Edukasi mengenai cara penyimpanan ASI yang benar diperlukan agar ibu yang bekerja dapat tetap memenuhi kebutuhan ASI bayinya. Hal yang penting diingat adalah bahwa alat pemerah dan penyimpanan ASI harus menggunakan wadah yang steril, bisa dalam bentuk wadah botol steril atau menggunakan plastik ASI. Sebaiknya menggunakan alat perah dengan botol yang terpisah, agar mudah dibersihkan. Selain itu, setiap kemasan harus diberi tanggal dan jam perah agar pada saat akan digunakan, ASI yang lebih dahulu diperah dapat dipergunakan lebih dulu.

Lalu bagaimana caranya agar produksi ASI tetap banyak meskipun bekerja?

Seorang ibu yang menyusui tentunya harus terpenuhi nutrisi dan terutama kebutuhan cairannya. Selain itu juga perlu diperhatikan untuk melakukan pengeluaran ASI secara teratur, misalnya setiap 2-3 jam sekali. Hal ini perlu dilakukan karena apabila payudara menjadi bengkak karena ASI yang berlebihan, tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang akan mengakibatkan berkurangnya produksi ASI. Setiap wanita mempunyai hak untuk mendapat cuti hamil dan menyusui selama 3 bulan. Waktu 3 bulan ini dapat diambil saat wanita tersebut menyusui atau sejak bulan terakhir kehamilannya. Setelah melahirkan jumlah produksi ASI umumnya lebih banyak dari kebutuhan bayi, hal ini dapat dipakai sebagai kesempatan untuk menambah persediaan  ASI bila dikemudian hari ibu bekerja. Kemudian ketika ibu sudah harus kembali bekerja, ibu dapat tetap memerah ASI ketika berada di kantor secara manual maupun dengan bantuan pompa ASI di ruangan laktasi yang disediakan oleh kantor. Kemudian ASI yang sudah diperah tersebut bisa Anda simpan di lemari pendingin atau di termos khusus ASI yang Anda miliki. ASI yang telah diperah ini kemudian bisa Anda bawa pulang dengan menggunakan wadah khusus yang dapat menyimpan dingin/ termos.

Lalu dimana ASI harus disimpan, bisa tahan untuk berapa lama dalam penyimpanan?

Ada tiga tempat yang bisa dipakai untuk menyimpan persediaan ASI, yaitu disimpan di suhu ruangan, lemari es, dan freezer. Dalam suhu ruangan, ASI dapat bertahan selama 4-6 jam dan bisa bertahan selama 3-8 hari jika disimpan di suhu lemari es. Jika ingin menyimpan di dalam kulkas, Anda sebaiknya menyimpan wadah ASI di bagian dalam kulkas agar tidak terlalu terpengaruh perubahan suhu ketika pintu kulkas dibuka dan ditutup. Sedangkan untuk penyimpanan di freezer khusus (suhu < -18oC), ASI bisa bertahan maksimal 6-12 bulan. Apabila tidak mempunyai freezer khusus, dapat diletakkan di dalam freezer lemari es biasa. Jika tersedia hanya lemari es satu pintu, maka ASI dapat disimpan selama 2 minggu dalam freezernya, namun jika tersedia lemari es dua pintu, maka ASI dapat disimpan selama 3-4 bulan. Jangan memanaskan ASI yang sudah disimpan dengan merebusnya, tapi cukup biarkan ASI yang sudah membeku tersebut mencair dengan sendirinya di suhu ruang atau dengan meletakkan botol ASI tersebut di wadah yang berisi air hangat. Apabila sudah dicairkan, maka ASI tersebut tidak dapat dibekukan kembali, namun masih bisa disimpan selama kurang lebih 4 jam. Jika ASI yang sudah disajikan masih bersisa, maka sisa ASI dalam botol hendaknya langsung dibuang. Mudah bukan? Ingat bahwa memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi Anda akan membantu mereka untuk mendapatkan kekebalan tubuh yang lebih baik dan memberikan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.