Apakah Geng Sehat pernah mengalami suatu alergi tertentu? Misalnya seperti alergi kepiting, udara dingin, ketombe, dan bulu hewan? Biasanya reaksi yang ditimbulkan jika Kamu bersentuhan atau mengonsumsi makanan dan zat yang membuat Kamu alergi terjadi gatal atau kemerahan pada kulit. Nah, ternyata ada juga orang yang mengalami alergi pada obat, lho.

Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh yang bisa dianggap berbahaya. Menurut Dr. Iris Rengganis, Sp. PD-KAI, seorang dokter ahli penyakit dalam di rumah sakit Pondok Indah, Jakarta, alergi obat sendiri baru bisa dirasakan oleh pasien ketika kali kedua mengonsumsinya atau lebih.  

Saat tubuh pertama kali terkena sebuah alergen, tubuh baru berkenalan dengan alergen dan memproduksi antibodi untuk melawan obat tersebut karena menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Ketika seseorang mengonsumsi obat yang sama untuk kedua kalinya atau lebih, tubuh akan meningkatkan jumlah antibodinya kembali dan memicu pelepasan kimia dalam tubuh (histamin) dan menyebabkan gejala-gejala alergi.

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Alergi Obat

 

Gejala Alergi Obat

Sebagian besar alergi obat menimbulkan gejala yang ringan, dan akan sembuh dalam beberapa hari setelah penggunaan obat dihentikan. Beberapa gejala yang terjadi jika seseorang mengalami alergi obat, seperti:

  • Gatal
  • Batuk
  • Kulit kemerahan
  • Demam
  • Sesak napas atau napas pendek
  • Mata terasa gatal atau berair
  • Pembengkakan

Namun, reaksi alergi juga ada yang menimbulkan bentol-bentol pada kulit yang berkepanjangan. Jika mengalami bentol, biasanya dokter akan memberikan suntikan untuk meredakan bentol tersebut. Ada pula reaksi parah dari alergi yang dinamakan anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang menyebabkan kegagalan fungsi sistem tubuh secara luas.

Kondisi ini menyebabkan tubuh pasien mengalami drop yang cukup parah, tekanan darah menurun drastis dan bisa berakibat sangat fatal sehingga membutuhkan penanganan darurat. Suntikan epinephrine atau adrenalin auto-injector (epipen) di paha atau lengan atas akan dilakukan oleh dokter. Biasanya dokter akan mengulangi suntikan setiap 5-15 menit hingga gejala membaik.

Baca juga: Perbedaan Loratadine dan Cetirizine sebagai Obat Alergi

 

Penyebab Alergi Obat

Penyebab seseorang mengalami alergi obat belum dapat diketahui secara pasti, namun diduga ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko alergi obat pada seseorang. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Peningkatan pajanan terhadap obat tertentu, contohnya karena penggunaan yang berulang, berkepanjangan, atau dengan dosis tinggi.
  • Faktor keturunan, risiko mengalami alergi obat akan lebih besar jika pihak keluarga ada yang mengalami hal serupa.
  • Pernah mengalami jenis alergi lain, misalnya alergi makanan.
  • Alergi terhadap obat lain.
  • Penyakit yang menyebabkan tubuh rentan terhadap reaksi alergi obat, seperti HIV.

Seseorang yang mengalami alergi obat biasanya baru dapat didiagnosis mengalami alergi obat dengan memeriksa kondisi kesehatan penderita. Selain itu, jika penderita ingin berobat ke dokter sebaiknya langsung beritahu dokter tentang alergi obat yang Kamu alami. Dokter juga biasanya akan menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.

Terdapat 2 cara yang dianjurkan dokter untuk dapat memastikan bahwa orang tersebut menderita alergi obat atau tidak, diantaranya:

  • Tes kulit. Jika obat yang dikonsumsi menimbulkan reaksi gatal, kulit memerah, atau muncul benjolan, maka dipastikan Kamu menderita alergi obat.
  • Tes darah. Tes ini jarang dilakukan karena tingkat akurasinya yang kurang. Namun, tes ini juga berfungsi untuk dapat mengetahui kemungkinan adanya kondisi lain yang berpotensi memicu gejala lain.
Baca juga: Pengobatan Mandiri sebagai Cara Mengatasi Alergi

 

Pengobatan Alergi Obat

Biasanya dokter akan memberikan antihistamin yang disarankan untuk menghambat reaksi sistem imun yang diaktifkan oleh tubuh saat terjadi reaksi alergi. Sementara itu, kortikosteroid dapat digunakan untuk mengatasi peradangan akibat reaksi alergi yang lebih serius.

Bagi yang pernah mengalami anafilaksis atau reaksi alergi obat yang berat, dokter biasanya akan meresepkan suntikan epinefrin. Berbeda halnya dengan seseorang yang memiliki reaksi hipersensitif obat. Penanganannya tergantung seberapa parah kondisi penderita. Jika kondisi kulit, mata, dan rambut sudah parah, biasanya penanganannya mirip seperti penanganan terhadap luka bakar.

Kondisi lain dari efek terhadap alergi obat adalah sindrom Steven-Jhonson. Sindrom ini menyerang membran mukosa (lapisan lunak dari jaringan yang melapisi sistem pencernaan dari mulut hingga ke anus, serta saluran organ reproduksi dan bola mata), alat kelamin, dan mata. Jika seseorang mengalami kondisi ini harus langsung membutuhkan penanganan medis segera, serta harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Selain itu dokter akan memberikan antibiotik, obat anti nyeri, perawatan mata, dan perawatan luka.

Seseorang yang mengalami alergi obat tidak dapat sembuh 100% dan dapat mengalami  kematian jika terus diabaikan. Sebaiknya, ingat untuk selalu menghindari kandungan obat yang membuat alergi agar tidak timbul efek yang lebih parah. (AD/WK)